Mia dan Lio sudah pindah tempat, dari balkon ke sofa bed ruang tv. Keduanya begitu menempel, Mia bersandar pada dada Lio yang memeluknya dari belakang. Keduanya tampak serius menikmati cemilan yang dibeli Mia sambil menonton film The Commuter.
Fokus Mia terbelah antara film dan usapan tangan Lio di perutnya. Lama-lama dia merasa geli.
"Geli Lio," ucap Mia manja sambil melepas tangan Lio di perutnya.
Dilihatnya Lio hanya tersenyum dan mencium pipinya. Ia kembali menonton film, tapi tangan Lio kembali mendarat di perutnya.
"Aa.." Lio membuka mulutnya minta Mia menyuapi cheetos.
Mia menuruti.
"Makanan kamu banyak amat?" tanya Lio melihat kantong plastik di depannya yang berisi berbagai cemilan.
Mia mengangguk,"Buat temen movie marathon."
"Tadi katanya ketemu papa aku ya?"
Mia mengangguk,"Papa kamu ternyata hobi motoran juga ya," ada nada senang di sana.
Lio mengangguk,"Iya."
"Kok anaknya enggak?" Mia menatap Lio.
"Anaknya lebih suka sama anak motor," ucap Lio sambil memainkan alisnya.
"Idih, gay," ejek Mia.
"Kamu yang, kan kamu anak motor," Lio langsung menekan pipi Mia.
Mia tertawa.
"Udah ga marah?" tanya Mia sambil mengusap dagu kekasihnya.
Lio menggeleng sambil mengusap pipi Mia dengan pipinya, dia ingin bermanja-manja dengan kekasihnya.
"Jadi udah ga ngajakin nikah lagi nih?" tanya Mia sambil mengusap kepala Lio.
"Aku nunggu kamu mau, mau itu 5 tahun lagi 10 tahun lagi 20 tahun lagi, aku mau," ucap Lio.
Mia tersenyum, hatinya menghangat.
"Kenapa tiba-tiba berubah pikiran, dapet wejangan apa kamu?"
"Kamu itu sama kayak aku, takut buat percaya sama orang, pernah takut jatuh cinta juga, aku tahu susah buat percaya lagi sama orang. Apalagi ngeliat yang udah kamu alami yang," ucap Lio.
Mia hanya tersenyum tipis.
"Ya, GWS for me," ucap Mia berusaha tersenyum.
Dia merasa bersalah, rasa takutnya bisa menyusahkan orang lain. Mia memang sayang dengan Lio, tapi untuk berkomitmen dia belum bisa percaya 100%. Beruntung, lelakinya mau mengerti.
****
Mimi menatap Lio yang sedang melamun setelah teman-temannya keluar dari ruang meeting.
"Kenapa lo?" tanya Mimi yang masih membereskan berkas-berkas meeting.
Lio menghela nafas lalu memijat pelipisnya.
"Gue udah bisa sayang sama orang, udah bisa percaya sama orang, tapi orang itu sebaliknya," ucap Lio dengan nada sedih.
"Mia?" tebak Mimi.
Lio mengangguk.
"Dia sayang lo kok," Mimi berusaha menghibur.
"Tapi dia belum percaya sama gue, dia nolak gue ajak nikah," pada akhirnya Lio curhat.
Mimi menatap prihatin Lio.
"Ya lo tahu kenapa kan Yo?"
Lio mengangguk,"sedih aja rasanya ga diinginkan sama orang yang gue sayang Mi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arms Open
General FictionKenangan buruk di masa lalu, membuat Mia dan Lio tidak percaya apa itu cinta. Kedekatan keduanya karena pekerjaan membuat Mia membongkar rahasianya yang sudah dia tutup rapat selama ini. Bagaimana Lio dan Mia menyelesaikan traumanya?