Pada akhirnya Mia meminta bantuan Lio untuk mengganti perban di kedua tangan dan kedua pahanya. Saat ini Mia dan Lio duduk di sofa panjang, televisi yang menyala hanya dijadikan pengisi suara, keduanya tak ada yang berminat menonton.
Mia sesekali meringis saat Lio memberikan obat cair di luka-lukanya.
"Udah berapa lama lo kayak gini?" tanya Lio.
"Ga tau," jawab Mia sambil meringis, lukanya memang belum sepenuhnya kering.
Lio yang kesal dengan jawaban Mia memilih menekan luka di tangan Mia dengan kapas.
"Tai lo!" umpat Mia.
Lio justru tertawa, dia memang sengaja membuat Mia marah. Dengan tangan kirinya yang bebas, Mia memukul kepala Lio.
"Jangan rese dong," kesal Mia.
Lio hanya menatap Mia sekilas lalu kembali fokus dengan luka di tangan kanan Mia.
"Lo bisa kasar sama gue gini, emang lo ga ngajak berantem si brengsek itu?" tanya Lio.
Mia diam, dia tidak suka jika diingatkan tentang laki-laki brengsek itu, Johan.
"Gue kalah," jawab Mia pelan.
Lio hanya diam.
"Tapi kemarin pisau gue sempet kena perut dia sih, ga tau dalem apa ga," lanjut Mia.
Lio menatap Mia terkejut,"serius?"
Mia mengangguk dan mengernyit melihat wajah Lio yang terkejut.
"Mantap!" Lio tiba-tiba teriak dengan mengacungkan jempol ke Mia.
Hal itu membuat Mia terkejut dan tertawa kemudian.
"Mancing mania kali ah," balas Mia geli.
"Harusnya lo tusuk-tusuk tuh perut, dada, kaki, tangan, hidung...."
"Mati dong dia."
"Oh iya bisa mati ya, ah tar lo jadi dipenjara dong ya, malah ga bisa lanjutin skrip film gue, terus film gue ga jadi...."
"Hey hey hey! Mikir lo tetep ke duit ya."
"Mi, hidup butuh duit. Oke?"
Mia langsung memukul kepala Lio lagi, Lio mengaduh tapi membalas pukulan Mia dengan mencubit hidung perempuan yang duduk di depannya.
"Ah! Sakit rese," teriak Mia sambil menarik tangan Lio.
"Lo yang rese, mukul mulu, gue bisa bego," dengus Lio.
"Emang udah bego!"
Lio menekan luka Mia, membuat perempuan itu menjerit sakit. Bukan membuat Mia kapok, dia langsung memukul kepala Lio bertubi-tubi.
.
.
.
Lio dan Mia saat ini menikmati mie rebus di balkon apartemen. Lio sudah meletakkan mangkok kosongnya di meja bundar di tengah-tengah tempat duduknya dan Mia.
"Gue masih laper Mi," ucap Lio melas.
Mia meliriknya, lalu menyodorkan mangkok mienya ke Lio. Dengan sumringah, Lio mengambil mie milik Mia.
"Jangan banyak-banyak!"
"Han hadi lo nawarhin," ucap Lio ga jelas.
"Iya tapi jangan banyak-banyak, gue juga masih laper," Mia langsung mendekap mangkok mienya, tanda ia tidak ingin berbagi.
Lio hanya menampakkan ekspresi sebal, dia memilih menghabiskan air mineralnya yang tinggal separuh.
"Lo ga cerita sama Mimi kan?" tanya Mia sebelum memasukkan makanannya ke dalam mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arms Open
General FictionKenangan buruk di masa lalu, membuat Mia dan Lio tidak percaya apa itu cinta. Kedekatan keduanya karena pekerjaan membuat Mia membongkar rahasianya yang sudah dia tutup rapat selama ini. Bagaimana Lio dan Mia menyelesaikan traumanya?