Mia duduk di sofa ruangan Lio sambil memainkan ponselnya. Mia memilih main Hago sembari menunggu Lio selesai mengecek skripnya.
"Anjing," umpat Mia pelan saat dia kalah bermain Ludo.
"Mi, lo gimana sih?" sewot Lio.
Lio menatap Mia dengan tatapan marahnya. Mia lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, melihat Lio yang memasang ekspresi garang seperti ini dia tahu bahwa dia sudah melakukan kesalahan.
"Ada yang salah ya Yo?" tanya Mia.
"Lo ubah cerita Mi, endingnya harusnya ga gini. Kan gue udah jelasin ke elo di awal. Kok jadi gini?"
"Oh ending," ucap Mia enteng.
"Kok lo ngrasa ga ada salah gitu?" Lio semakin menatap Mia marah.
"Gue emang ubah dikit endingnya, ya gue ga setuju aja lo bikin sad ending. Lo bikin pemeran utama jadi jahat gitu kesannya tahu," terang Mia.
"Emang dia jahat kan posisinya, dia selingkuh di sini," Lio tak mau kalah.
"Yo, lo mau bikin kesan apa sih dari film lo?"
Lio hanya diam.
"Lo tuh seolah bikin orang LDR putus asa tahu gak dengan ending yang lo mau," ujar Mia.
"Mi, lo bisa ga sih nurut sama gue?" ucap Lio pelan tapi menyimpan emosi.
"Ending yang lo minta itu ga masuk akal. Orang yang nonton film lo itu harusnya dapet pesan yang baik, kalau lo cuma ngasih konflik doang apa yang bakal didapet coba?"
"Mereka bakal dapet pesan kalau orang yang udah selingkuh ga perlu dapet kesempatan kedua, karena itu bakal sia-sia, si tukang selingkuh bakal tetep selingkuh!" ucap Lio dengan nada tinggi.
Mia tersenyum kecut,"Oh otak lo cuma sampe di situ ternyata. Oke, gue revisi."
Mia langsung mencabut fdc yang menancap di laptop Lio lalu keluar dari ruangan laki-laki itu.
.
.
"Bos lo kenapa sih?" ucap Mia ke Mimi.
Saat ini keduanya sedang menikmati makan siang di warung gado-gado dekat kantor. Setelah keluar dari ruangan Lio, Mia langsung menarik Mimi yang lagi bengong untuk diajaknya keluar cari makan. Curhatlah Mia ke Mimi soal apa yang terjadi tadi di ruangan Lio.
"Dia pernah gagal LDR," ucap Mimi setelah menelan makanannya.
"Pantesan," Mia memutar bola matanya malas.
"Ceweknya sekolah di luar negeri, pulang-pulang hamil. Yaudah, gitu deh," Mimi mulai bercerita.
"Bukan anak Lio?"
"Ya bukanlah Mi, kan mereka LDR."
"Siapa tahu Lio nyusulin ke sana, atau ga bikinnya pas ceweknya lagi ke Indonesia."
"Ya kalau kayak gitu ya ga mungkin Lio depresi kali. Ceweknya hamil sama orang sana, dosennya sendiri."
Mia terkejut,"udah tua?"
"Enggak, masih muda, tau tuh sekarang nasibnya gimana, tapi gue dateng pas mereka nikah sih."
"Kapan sih kejadiannya? Kok gue baru tahu, perasaan dari gue kenal dia emang udah jomblo," Mia berusaha mengingat-ingat.
"Emang udah lama, pacaran dari SMA mereka, kan gue satu sekolah sama Lio, putus ya waktu udah mau lulus kuliah, waktu itu Lio juga udah mulai ada PH kecil-kecillan," cerita Mimi.
Mia manggut-manggut sambil menyeruput es jeruknya.
"Kacau banget pokoknya waktu itu si Lio, gue sempet ketemu dia kayak orang linglung gitu, aneh," Mimi mengingat momen dimana Lio baru anget-angetnya patah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arms Open
General FictionKenangan buruk di masa lalu, membuat Mia dan Lio tidak percaya apa itu cinta. Kedekatan keduanya karena pekerjaan membuat Mia membongkar rahasianya yang sudah dia tutup rapat selama ini. Bagaimana Lio dan Mia menyelesaikan traumanya?