26. Dev

412 64 0
                                    

Lio langsung memeriksa kedua tangan Mia setelah perempuan itu masuk ke dalam mobilnya.

Laki-laki itu tidak langsung melajukan mobilnya keluar dari area parkir rumah sakit. Yang ia lakukan juga bukan mencium kekasihnya, tapi memeriksa tubuh Mia.

"Kamu kenapa sih?" Mia mulai risih.

"Periksa kamu," dia lalu menekan paha kanan Mia membuat Mia mengaduh.

"Sakit? Luka?" tanya Lio panik.

"Iya sakit, kamu tekan kayak gitu ya sakit. Kamu kenapa sih?"

"Hah? Ga berdarah kan?" tanya Lio lagi.

Mia memutar matanya malas, dia lalu memasang seatbelt.

"Jalan sayang," ucap Mia.

Lio bengong, baru kali ini dia dipanggil semesra itu oleh Mia. Bukannya menjalankan mobilnya, Lio justru tersenyum senang.

"Kayak orang bodoh kamu ini. Aku ga kumat, kalau itu yang kamu khawatirin," ucap Mia.

Lio tampak lega, dia mengusap rambut Mia lalu melajukan mobilnya menuju kantor.

"Kamu uda sarapan?" tanya Lio sembari matanya fokus ke jalan.

Mia menggeleng,"rasanya ga enak makan."

"Di belakang ada kotak makan, tadi aku sempet bikin pasta, siapa tau kamu mau," ucap Lio.

Mia lalu mencari-cari kotak makan yang dimaksud Lio. Setelah menemukan, Mia langsung membukanya. Aroma dari pasta buatan Lio langsung menyeruak membuatnya lapar.

"Kamu udah makan?" tanya Mia.

"Udah tadi, kamu habisin aja. Air minumnya ini," Lio lalu memberikan sebotol air putih ke Mia.

Mia mengangguk menerimanya.

****

Dev calling....

Mia menatap layar ponselnya, kakaknya menelepon.

"Halo kak," sapa Mia, dia memilih meninggalkan pekerjaannya sementara.

"Apa kabarmu Mi?"

"Aku baik, kakak ap..."

"Kakak udah denger semuanya, kamu tinggal dimana sekarang?"

Dev memotong ucapan Mia. Perempuan itu hanya mendesah.

"Aku tinggal di apartemen temanku kak," jawabnya.

"Mama kakak ajak tinggal di Singapura, kamu ikut juga ya," perkataan Dev membuat Mia membeku.

"Ke..kenapa aku ikut kak?" Mia ingin menolak.

"Kamu ga mau kumpul sama kakak sama mama Mi?"

"Bukan gitu kak, aku...."

Bukankah ini yang dia mau dari dulu? Keluarganya berkumpul meski tidak sempurna. Tapi paling tidak dia berada di tengah-tengah keluarganya. Seharusnya dia senang, tapi kenapa dia merasa berat dan ingin menolak, apa karena Lio?

.

.

"Tadi kakak aku telepon," ucap Mia di sela-sela makan siangnya dengan Lio di rooftop kantor.

Arms OpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang