Mia bangun lebih dulu dari Lio, dia sudah berada di dapur untuk membuatkan kekasihnya sarapan pagi, pancake.
Lio berjalan dengan sedikit terhuyung menghampiri Mia yang masih membuat pancake. Laki-laki itu memeluk kekasihnya dari belakang dan menghirup aroma tubuh Mia.
"Pagi," ucap Mia berusaha konsentrasi dengan masakannya.
Lio menggumam, dia masih sedikit mengantuk.
"Gimana tadi malam?" tanya Lio kemudian.
"Ya gitu, seneng, kak Dev banyak cerita soal anaknya, kerjaannya," ucap Mia.
Tadi malam, Mia sampai apartemen sudah cukup larut malam dan mendapati Lio sudah tidur di kamar. Lio hanya menggeliat dan memeluk Mia saat tahu kekasihnya sudah pulang yang berbaring di sampingnya, dia cukup lelah.
"Nanti anterin mama sama kak Dev ya, sore," ucap Mia.
Lio mengangguk, dia lalu duduk di kursi menunggu sarapannya siap. Mia sudah mematikan kompor dan membawa 6 buah pancake ke meja makan. Dia lalu menyajikan 3 buah pancake untuk dirinya dan Lio. Lio lalu menuangkan sirup maple di atas pancake buatan Mia.
Keduanya kemudian menikmati sarapannya dengan tenang dan lahap.
"Tidur kamu nyenyak?" tanya Lio setelah menalan makanannya.
Mia mengangguk,"iya nyenyak."
"Udah ga pernah mimpi buruk ya?"
"Masih," jawab Mia lirih.
"Kapan?"
"Waktu di rumah sakit."
Benar tebakan Lio, Mia pasti bermimpi buruk setelah kenangan buruknya terungkap. Meski Johan gak akan berkeliaran, tapi kenangan tetap menjadi kenangan, yang lalu memang tidak bisa diubah. Yang perlu dilakukan hanyalah melupakan, tapi mana mungkin mudah melupakan hal itu dengan cepat.
Yang dilakukan Lio hanyalah bagaimana caranya membuat hati Mia tenang dan nyaman, serta tidak mengungkit hal itu.
"Kamu susah tidur lagi waktu itu?"
Mia hanya mengangguk.
"Kenapa ga telpon aku?"
Mia menatapnya sebentar,"udah mau pagi, kamu juga udah tidur."
Lio mendesah,"Kan aku udah bilang sama kamu, bilang sama aku kapanpun dan apapun itu."
"Iya, iya, maaf," Mia enggan berdebat.
Lio melirik kedua tangan Mia, tidak ada luka. Dia sedikit lega.
"Kamu ga aneh-aneh kan?" tanya Lio lagi.
"Enggak sayangku," Mia lalu memperlihatkan kedua tangannya dan kakinya yang mulus.
Lio tersenyum melihatnya. Meski begitu, ia semakin yakin untuk nggak ninggalin Mia sendirian. Dia ga mau Mia kenapa-napa.
Ah! Lio punya ide.
****
Mia mencium tangan dan kedua pipi Selvi, sore ini Selvi dan Dev akan terbang menuju Singapura. Giliran Lio yang mencium tangan ibu dari kekasihnya.
"Minta tolong jagain Mia ya Yo," ucap Selvi tulus, ada sedikit air mata yang menggenangi matanya.
"Iya tante," jawab Lio tak kalah tulus.
Dev menepuk lengan Lio,"Tar kapan-kapan lo berdua ke tempat gue ya."
"Pasti kak," jawab Lio lalu bersalaman sebelum Dev dan Selvi pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arms Open
General FictionKenangan buruk di masa lalu, membuat Mia dan Lio tidak percaya apa itu cinta. Kedekatan keduanya karena pekerjaan membuat Mia membongkar rahasianya yang sudah dia tutup rapat selama ini. Bagaimana Lio dan Mia menyelesaikan traumanya?