2. Apartemen

454 55 3
                                    

Lio sedang menerima telepon di balkon apartemen Mia. Sedang Mia masih sibuk menyalurkan imajinasinya ke laptop. 

Lio menutup pintu kaca balkon dan kembali duduk di tempat tidur Mia. Dia terus menatap ponselnya, mengetikkan sesuatu yang entah apa. 

"Kenapa lo?" tanya Mia dengan masih mengetik. 

"Kantor," jawab Lio mendesah.

"Ada masalah?"

"Dikit, tapi bisa lah mereka ngehandle."

"Bos besar," ucap Mia lalu tertawa.

"Gue kasih tiga hari bisa?" tanya Lio sambil terus mengetik di ponselnya.

"Ya gila lo," kesal Mia.

Laki-laki di belakangnya hanya terkikik.

"Kan lo biasanya kilat Mi."

"Lo pikir cetak foto 3x4," Mia makin kencang mengetik di laptopnya.

Mia berdiri dan meregangkan ototnya. Pegal dia duduk kelamaan. Perempuan itu pergi ke pantry dan membuat kopi.

"Kopi?" tanya Mia ke Lio.

"Ya," Lio menjawab sambil mengambil rokoknya di tas miliknya.

Laki-laki itu kembali ke balkon untuk merokok, menunggu Mia yang membuatkannya kopi untuk dinikmati bersama.

"Mi, lo ga kangen pulang?" tanya Lio saat Mia meletakkan kopi di atas pagar balkon.

"Pulang mana? Rumah gue di sini," jawab Mia sebelum menyalakan rokoknya.

Lio menghembuskan asap nikotinnya. Terkekeh pelan.

"Lo tau maksud gue kan, kerjaan lo di sana juga kan, seneng amat sendirian di sini."

"Enak sih," Mia lalu duduk di kursi kayunya.

"Lo ada kerjaan lain?" tanya Lio setelah meminum kopinya.

"Gak, cuma lo aja sekarang. Baru dua hari lalu selesai bikin series sih," cerita Mia.

"Di Bali?"

Mia mengangguk.

"Mi."

"Hmm."

"Tangan lo kenapa?" tanya Lio menatap tangan kiri Mia dimana lengan bajunya turun dan memperlihatkan luka-lukanya.

Dengan gugup Mia langsung menutupi lukanya, ia berusaha tenang.

"Oh, ini, kemarin ga sengaja kegores ujung meja," ucap Mia sambil tersenyum.

Lio mengangguk,"ceroboh lo," 

Mia hanya nyengir. 

Aman, batin Mia. Perempuan itu memang tidak pernah membicarakan perihal kebiasaannya yang menyakitkan itu. Dan belum pernah ketahuan oleh siapapun. Menurutnya, kebiasaannya ini memalukan dan terlihat mengenaskan. Mia ga pengen dikasihani, dia ingin disebut kuat.

****

Lio baru saja keluar dari kamar mandi hotel dengan hanya memakai celana tidurnya tanpa baju. Tangan kanannya sibuk mengusap rambut basahnya dengan handuk. 

Dia melirik ke arah jendela hotel, merasa tertarik untuk keluar dan berdiri di balkon kamar. Lio melihat Bali yang ramai dari sini.

Lio menghela nafas berat, menghirup kembali. Seperti ada sesak dalam dadanya. 

"Gue kayak bunuh diri sekarang," ucapnya lirih. 

Laki-laki itu terkekeh, dia menertawakan nasibnya. Lebih tepatnya keputusan gilanya untuk membuka luka lama. 

Arms OpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang