Mia duduk di atas ranjang sambil menatap kedua tangannya yang terbalut perban. Luka sayatan yang dihasilkannya sendiri belum sembuh benar, tapi dia sudah diizinkan untuk pulang.
Sedangkan Lio, laki-laki itu sibuk dengan tasnya. Dia memasukkan beberapa barang miliknya dan Mia. Dia melirik Mia yang masih fokus menatap perban di tangannya.
"Lo dikira mau bunuh diri tahu ga kalau orang liat luka lo ini," ucap Lio sambil berjalan ke Mia.
"Gue berharap juga mati," jawab Mia enteng.
Lio memberikan jaket hijau miliknya ke Mia, perempuan itu menatapnya bingung.
"Pakai, lo ga pengen orang-orang liat luka lo kan?"
Mia hanya diam menerimanya.
"Makanya lo jarang pakai pakaian pendek kan," ucap Lio lalu mengambil tasnya.
Mia membenarkan ucapan Lio, dia memang tidak ingin ada orang yang tahu kebiasaannya ini.
"Lo ikut gue ke Jakarta," ucap Lio yang sudah berbalik menatapnya.
Mia ingin membantah tapi Lio buru-buru bersuara.
"Ga ada bantahan Mi, lo mau di Bali sendirian? Tempat lo udah ketahuan," ucap Lio.
"Tapi Yo, Jakarta itu..." Mia ingin membantah.
"Luas Mi. Lo ikut gue, tinggal di apartemen gue. Rules-nya, kemana-mana lo sama gue, lo ga boleh sendirian. Lo cuma mau ke minimarket depan juga nunggu gue anterin."
"Kok gitu," Mia protes.
"Gue ga mau lo ketemu si brengsek itu," ucap Lio dingin tak terbantahkan.
.
.
Mia menatap orang-orang yang sibuk berlalu lalang membersihkan dan membereskan barang-barang di apartemennya. Barang-barang milik Mia yang akan dibawa ke Jakarta sudah dimasukkan ke beberapa kotak.
Lio sendiri tengah membantu anak-anak buahnya yang diminta untuk membereskan apartemen Mia. Laki-laki itu hanya membiarkan Mia membereskan pakaiannya untuk dibawa ke Jakarta.
"Lo udah selesai?" tanya Lio.
Mia mengangguk sambil menunjuk 2 koper besar dan 1 koper kecil untuk dibawa. Lio mengangguk.
"Eh udah kan?" tanya Lio ke Dika.
Dika memberikan jempolnya,"Beres bos."
"Yaudah lo bawa barang-barangnya ya, paketin aja. Alamatnya udah gue chat ke lo Dik," ucap Lio.
Dika mengangguk lalu mengangkat kotak-kotak yang berisi barang-barang Mia keluar apartemen.
Lio melihat ke penjuru ruangan, hanya ada properti besar yang tidak akan dibawa. Dia melihat Mia yang sedang menatap lantai dengan tatapan kosong.
"Semua bakal baik-baik aja Mi, gue sama elo," ucap Lio yang sudah jongkok di depannya.
Mia menatap mata Lio, tiba-tiba pandangannya sudah kabur. Air matanya mengalir lagi, setelah kejadian kemarin lusa dan dia sudah ketahuan oleh Lio, Mia seperti lemah dan tak canggung menampakkan ekspresi dan emosinya.
Lio tersenyum lalu memeluk Mia, perempuan itu semakin kencang menangis.
"Gue di samping lo Mi," ucap Lio.
****
Berbeda dengan Lio yang lahap menyantap makanannya, Mia hanya mengaduk-aduk makanannya tanpa minat. Hal itu dapat dilihat oleh Lio yang duduk di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arms Open
General FictionKenangan buruk di masa lalu, membuat Mia dan Lio tidak percaya apa itu cinta. Kedekatan keduanya karena pekerjaan membuat Mia membongkar rahasianya yang sudah dia tutup rapat selama ini. Bagaimana Lio dan Mia menyelesaikan traumanya?