18. Melbourne

360 54 3
                                    

"Mi atur penerbangan gue sama Mia ke Melbourne dong seminggu, tiket pp sama hotel aja deh," ucap Lio pada Mimi di seberang sana.

Mia yang duduk di sampingnya menoleh, kaget. Lio emang punya rencana pengen survei lokasi syuting buat film LDR-nya, tapi ga secepet ini juga perginya.

"Paling lambat lusa berangkat," ucap Lio sambil melirik Mia yang hanya diam nerima.

Mimi di seberang sana uring-uringan, jadwal meeting Lio dan segala macamnya selama seminggu ke depan harus cancel.

"Makasih Mimi cantik," gombal Lio lalu menutup telponnya.

Dia lalu menatap Mia dengan cengiran.

"Packing yuk," ucap Lio.

Mia mendengus,"apaan, orang belum dapet tiketnya."

Lio terkekeh.

"Kirain ga secepet ini lo ngajak perginya," ucap Mia sambil memainkan ponselnya, dia browsing lokasi di Melbourne.

"Lebih cepet lebih baik Mi, gue juga suntuk di Jakarta," ucap Lio.

Mia mengarahkan layar ponselnya ke Lio, bermaksud memberikan rekomendasi lokasi syuting.

"Boleh, masukin list aja," ucap Lio.

Mia lalu menuliskannya di note dalam ponselnya. Lio melirik perempuan yang duduk di sampingnya itu, ditatapnya tangan kiri Mia yang masih terperban. 

"Belum ganti perban Mi," ucap Lio lalu beranjak dari duduknya bermaksud mengambil obat-obattan untuk Mia. 

Mia menatap tangan kirinya dan Lio yang sudah masuk ke dalam kamarnya. 

"Antibiotik udah diminum?" tanya Lio setelah menutup pintu kamar. 

Mia mengangguk. Lio sudah duduk kembali di sofa dengan posisi menghadap Mia. Tanpa diminta, Mia sudah memberikan tangan kirinya ke Lio.

Pelan-pelan, Lio membuka perban yang membelit tangan Mia. Mia sedikit meringis, lukanya belum kering.

"Masih sakit?" tanya Lio. 

Mia mengangguk sambil menatap luka-luka sayatan di tangannya. 

"Bentar lagi sembuh kok," ucap Lio sambil memberikan obat pada luka Mia.

Keduanya diam, Lio sibuk memasang perban di tangan Mia sedangkan Mia menahan perih di tangannya. 

"Kok lo kemarin bisa gini lagi? Lo dapet pisau dari mana?" tanya Lio tanpa menatap Mia.

"Punya gue," jawab Mia. 

Lio menatapnya tajam membuat Mia seketika kaget melihatnya.

"Lo bawa pisau kemana-mana?" tanya Lio dengan nada sedikit lebih tinggi.

"I...iya..." jawab Mia gugup.

"Ngapain coba?"

"Pertahanan," jawab Mia malas. 

"Besok-besok ga usah bawa," ucapan Lio membuat Mia ingin protes.

"Kalau lo marah, sakit hati, atau apalah yang bikin lo emosi, keluarin ke gue, lo mau maki mau tonjok gue silakan, yang penting jangan lakuin ini lagi," ucap Lio tegas sambil menunjuk tangan kiri Mia yang sudah terperban. 

Mia diam menatap Lio. 

"Kita udah sepakat Mi, kita saling bantu buat sembuh, gue bantuin lo lupa sama 'itu' dan ga nyakitin diri lo lagi," ucap Lio.

"Terus gue bantu lo apa emangnya?"

"Bantu gue bisa jatuh cinta lagi," ucap Lio sambil menatap mata Mia.

"Jatuh cinta? Kenapa mesti gue yang bantu?"

"Karena gue pengen jatuh cinta sama lo," ucap Lio yakin.

Mia langsung diam, tidak tahu harus ngomong apa.

****


Untuk kesekian kalinya Mia mendengus setelah sampai di hotel tempat dia dan Lio menginap di Melbourne.

"Lo tajir tapi kenapa pelit sih?!" kesal Mia pada Lio yang sudah sibuk dengan ponselnya.

Yang dimaksud Mia adalah Lio hanya pesan satu kamar untuk seminggu mereka di Melbourne, dan itu membuat Mia kesal.

"Maksud gue baik Mi, lo kan suka bangun karena mimpi buruk, di Jakarta juga gue sering nemenin lo tidur kan," jawab Lio enteng.

Blush, pipi Mia langsung memerah, malu. Memang benar Lio selalu ikut kebangun dan nemenin dia sampai tidur lagi saat dia kebangun tengah malam karena mimpi sialannya itu.

"Ya tapi ga satu bed juga kali, lo kan bisa nyewa yang dua bed," ucap Mia sambil menghentakkan kakinya.

Tanpa menjawab, Lio mengarahkan layar ponselnya ke Mia. Ada chat Lio dengan Mimi.

Mimi mengatakan bahwa kamar dua bed sudah kosong.

See.

Mia kalah sekarang, dan dia benci itu.

Tanpa banyak omong, Mia memilih masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian.

Sedangkan Lio, dia hanya melirik Mia dan mendengus merasa dikerjai oleh Mimi.

Lio langsung men-dial nomor Mimi.

"Lo ngerjain gue ya?" tanya Lio langsung setelah Mimi mengangkat telponnya.

Bukannya menjawab, Mimi justru tertawa mendengar pertanyaan Lio.

"Ngerjain lo gimana sih? Kan sesuai perintah lo satu kamar, apa yang salah?" ucap Mimi di seberang sana.

"Dua bed Mi, ini kenapa cuma satu?" ucap Lio menggeram marah. 

"Kan gue udah bilang, habis," ucap Mimi sembari tertawa pelan. 

"Tai ah lo," ucap Lio kesal lalu menutup sambungan telponnya.

****

Lio dan Mia sedang bersantai di kamar hotel sambil menonton televisi yang menampilkan film action. Mia tampak berminat menontonnya, sedangkan Lio hanya sesekali karena sambil mengecek rekomendasi lokasi untuk mereka survei keesokan harinya. 

"Mi kita cuma nyari lokasi buat kampus, cafe, apartemen, sama pusat belanja aja sih ini di sini," ucap Lio tanpa mengalihkan tatapannya pada laptop.

Mia hanya mengangguk dan menggumam, dia sudah tau dan dia terlalu fokus dengan film yang ditontonnya. 

Lio meliriknya dan tv yang menyala. Kesal dengan respons Mia, Lio langsung menangkup pipi Mia dan mengarahkan wajahnya ke dia, membuat Mia kaget.

"Mi, lo denger gue ga?" tanya Lio.

Mia mengangguk, mulutnya susah bicara karena kedua pipinya ditekan Lio. 

Lio tidak jadi kesal karena melihat wajah Mia yang lucu dengan bibir pink monyong seperti ikan. Laki-laki itu tertawa sambil memainkan pipi Mia. Mia berusaha melepaskan kedua tangan Lio dengan susah payah.

"Sakit," ucap Mia pelan sambil mengusap kedua pipinya.

"Uluh...uluh, kasian," Lio langsung mengusap kedua pipi perempuan di depannya. 

"Iya gue denger tahu, kan gue juga tahu apa aja lokasinya," ucap Mia kesal. 

Lio masih tertawa, dia lalu menyerahkan laptopnya ke Mia. 

"Baca dulu rekomendasi lokasinya yang dicari Tommy, mau cek yang mana dulu besok," ucap Lio.

Mia langsung membacanya satu persatu, tidak begitu banyak lokasi rekomendasinya hanya satu dua, paling banyak 5, itu juga apartemen.

"Yaudah besok cek kampus sama cafe aja dulu, kalau tempat belanja bisa sambil jalan lah," ucap Mia.

.

.

.

Tbc

Arms OpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang