°15

142 13 1
                                    

Dari kejauhan, Milly melihat Ilham berusaha menahan Reza. Dari jarak yang cukup jauh, tentu saja Milly tidak mengerti apa yang terjadi di antara kakak beradik itu. Milly melihat Ilham tak lagi menahan Reza. Dia justru berlari dan masuk ke dalam tenda back stage. Sementara itu, Reza pergi menuju pintu keluar.

Milly menatap bingung kepergian Reza. Ketika menyadari ada sesuatu yang tidak beres, dia segera berlari mengejar lelaki itu. Reza pergi, sementara dua jam lagi acara radio akan segera dimulai. Kepergian Reza tentu saja akan membawa petaka bagi yang lainnya.

Sebisa mungkin Milly berlari untuk mengejar Reza. Tetapi langkah lelaki itu terlalu cepat, sehingga membuat Milly kesulitan. Milly mengambil ponsel di saku celananya, mencari kontak Rangga.

"Reza pergi!"

Dengan napas memburu Milly mengatakan itu pada Rangga. Dilihatnya Reza semakin jauh dan mendekati pintu keluar.

"Dia ada di deket pintu keluar!" setelah memberi laporan, Milly segera mengambil ancang-ancang. Kemudian, dia berlari sekuat tenaga.

"Reza!" meski kakinya terasa sakit, sebisa mungkin Milly berlari. Tangannya terulur ke depan untuk meraih tangan Reza.

Hap.

Tangan Reza tertangkap. Dengan tubuh membungkuk Milly berusaha mengembalikan napasnya yang terdengar mematikan.

"Lepas!" tenaga Reza cukup kuat untuk menghempas tangan Milly. Tapi hebatnya, Milly bisa bertahan. Tangannya melekat kuat di tangan kekar itu.

"Rezah... astagah... Lo kenapah, sih?"

Langit perlahan mulai menggelap. Angin yang berhembus terasa lebih dingin dari sebelumnya. "Gue tau lo punya masalah yang harus lo selesaiin, tapi nggak bisa sekarang. Sekarang lo punya tanggung jawab lain, kan?"

"Lo nggak ngerti betapa pentingnya dia buat gue! Hidup gue bisa hancur tanpa dia."

Reza berusaha melepaskan tangannya. Tenaganya dia kerahkan agar bisa terlepas dari genggaman tangan Milly. Tapi dengan sekuat tenaga, Milly berusaha untuk tetap bertahan. Dia tidak mau Reza pergi dan menimbulkan masalah yang lebih besar.

"Lo masih punya orang tua lo, Za. Bahkan lo masih punya teman-teman dan penggemar yang sayang sama lo. Dengan kelengkapan itu, gue jamin hidup lo belum hancur," Milly masih tetap berusaha untuk membawa Reza ikut bersamanya. Bagaimanapun caranya, Reza harus kembali.

"Gue harus pergi!"

Milly masih mempertahankan tangan Reza. Memfokuskan segala tenaga hanya pada tangannya. "Za, lo salah kalau kaya gini. Lo bisa ketemu sama dia setelah acara ini, nggak sekarang."

"Gue cuma punya kesempatan sekarang! Asal lo tau, cewek gue lebih penting dari apapun!"

"Gue tau. Tapi jangan sekarang. Lo mau semua orang kena masalah gara-gara lo?"

"Gue nggak peduli! Sekarang lepasin gue!" Reza berusaha melepaskan tangannya dari Milly. Tenaga Reza saat ini bukan tenaga yang dikeluarkan untuk menghadapi perempuan.

Tekad Reza untuk bertemu dengan gadis pujaannya itu membuatnya mendorong Milly sampai gadis itu terjatuh. Milly meringis kesakitan ketika telapak tangannya terbentur dengan aspal. Bukannya menolong, Reza malah pergi dan tak mengacuhkan Milly.

Rintik-rintik hujan mulai turun. Menemani langkah kaki Reza yang tiba-tiba berhenti. Teriakan Milly membuatnya terpaksa berbalik. Gadis itu berdiri di tempatnya sambil menatap Reza.

Rintik-rintik hujan itu semakin lama semakin deras. Membuat kedua orang itu basah kuyup dalam sekejap. "Lo gila! Cuma gara-gara satu cewek, lo langsung merasa hidup lo akan hancur? Emangnya akan sehancur apa hidup lo?!"

Pahat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang