°21

124 6 2
                                    

"One, two, three, four, five, six, seven, eight..."

"Udahan, ah! Coh, istirahat dong," kata Bisma diikuti oleh anggukan setuju dari keempat temannya yang lain.

Begitu mendapat persetujuan Rafael, mereka semua langsung menjatuhkan tubuh di lantai. Rafael pun ikutan duduk bersama dengan kelima teman-temannya yang nampak kelelahan.

Sudah tiga jam mereka latihan dan inilah puncak dari ketidaksanggupan. Pagi-pagi seperti ini seharusnya mereka masih tertidur lelap dan memanjakan diri di atas kasur yang empuk. Akan tetapi, mereka harus bangun dan latihan koreografi untuk tampil di mini konser Lampung.

Latihan dilakukan bukan di ruangan khusus dengan kaca besar membentang. Mereka hanya berlatih di ruang basecamp. Melatih ingatan pada perpaduan musik dan gerak tubuh. Melatih napas untuk menjaga vokal agar tetap aman saat tubuh bergerak.

Lelah? Pasti. Apalagi Rangga, hari ini dia masih harus syuting dan datang ke beberapa jadwal pribadinya.

"Rangga, sejam lagi kita ke lokasi syuting," ujar Milly dari pintu ruang basecamp.

Rangga mengangguk seraya menyebutkan barang-barang yang harus Milly siapkan. Barang-barang yang pada dasarnya sudah Milly hafal karena itu adalah barang-barang yang wajib Rangga bawa. Hanya sia-sia belaka bila lelaki itu kembali menyebutkan.

Yenny muncul di belakang Milly, wajahnya langsung berbinar begitu melihat gadis itu, "Ada yang cari kamu."

Mendengar itu, lantas Milly bertanya bingung. Ini kali pertama ada orang yang mencarinya, di apartemen ini, tempat yang konon sangat privasi bagi Smash. "Siapa, Kak?"

"Hm, siapa, ya, tadi namanya? Rey... siapa gitu, yah."

Dicky segera menegakkan tubuhnya yang semula telentang. Matanya menatap dengan tatapan laser penuh selidik. Nama Rey pernah viral di dalam otaknya. Sampai saat ini belum ada cerita resmi dari Rangga—yang sudah mengikuti Milly bertemu dengan orang itu. Orang yang Dicky yakini adalah selingkuhan Milly.

Dicky beranjak begitu melihat Milly meninggalkan ruangan. Dia memerintahkan teman-temannya agar mengikuti Milly. Ilham nampak ogah-ogahan melihat reaksi tidak wajar dari Dicky. Tapi sebuah kalimat membuat sinyal-sinyal ingin tahu mereka bergejolak.

"Mau liat selingkuhannya Milly nggak lo?! Buruan, ayo!"

Bukan hanya Ilham, Bisma dan Reza pun ikut terpengaruh. Bahkan Rafael selaku member tertua juga ikut berdiri. Berbeda dengan Rangga yang hanya berdiam diri di tempatnya.

Di lorong apartemen, Dicky melihat Milly memeluk seseorang. Tak terlihat jelas karena tubuh Yenny yang condong menutupi. Dicky mendekat, diikuti oleh buntut-buntut kepo di belakangnya. Mereka semua mencari-cari sosok lelaki selingkuhan yang disebut-sebut Dicky. Namun, yang mereka temukan malah seorang perempuan ber-hoodie navy.

"Reyni, kok lo bisa sampai ke sini?"

Mata Dicky membulat utuh. Begitu juga yang lainnya. Dalam sekejap ekspresi terkejut itu berubah menjadi goresan sangar yang siap menerkam. Dicky menoleh ke belakang, dengan wajah cengengesan dia berkata, "Ternyata namanya Reyni..."

°°°

Reyni nekat mendatangi tempat kerja Milly bukan tanpa alasan. Sejak semalam ponsel gadis itu tidak bisa dihubungi sampai pagi menjelang. Tentu saja hal itu membuat Reyni geregetan. Dia tidak bisa berdiam diri tanpa bertindak untuk menyampaikan sebuah kabar.

Bi Aas sakit.

Mungkin bagi segelintir orang itu hanya berita biasa. Berita kecil yang tak pantas dibesar-besarkan. Tapi bagi Reyni berita ini sungguh penting. Bi Aas adalah dunia Milly, Bi Aas adalah orang paling berjasa setelah kedua orang tuanya tiada. Oleh karena itu, apapun berita yang menyangkut wanita paruh baya itu, Milly harus tahu, dan Reyni wajib melaporkannya pada Milly.

Pahat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang