Rangga akui Milly memang begitu gigih. Dia tidak membiarkan Rangga pergi kemana pun. Bahkan ketika Rangga izin ke kamar mandi, Milly akan menunggu di dekat pintu keluar—takut Rangga akan kabur meninggalkannya.
Hari ini Milly memulai lagi semuanya dari awal. Untung saja meskipun Angel berada jauh di negeri kanguru, wanita itu tetap membantu Milly untuk mengatur kembali jadwal-jadwal Rangga yang sebelumnya berantakan.
Pemotretan majalah yang sempat tertunda, mengisi acara talk show, dan rapat perdana untuk menjadi host di acara musik yang sebelumnya sempat menjadi kontra antara Rangga dan Milly. Semua jadwal untuk hari-hari berikutnya sudah tersusun rapi dalam bentuk tulisan yang difoto dari buku catatan Angel.
Rangga berkali-kali mengubah posisi duduknya di dalam mobil. Memberikan protes dalam bentuk yang tak bisa dimengerti siapapun. Bahkan pak Onang tidak mengindahkan Rangga yang menggeliat bak cacing kena garam di belakang sana kursi kemudinya.
Suara tubuh Rangga yang beradu dengan kursi mobil tak membuat Milly ataupun pak Onang melemparkan pertanyaan. Mereka berdua malah asik bersenandung, padahal tidak ada musik pengiring. Rangga menahan napas beberapa saat, menghembuskan dengan kasar, sangat kasar. Dia terus berupaya agar salah satu dari dua orang yang duduk di kursi depan menoleh dan bertanya, dan setelah itu Rangga akan marah-marah.
Semakin Rangga berusaha, dia semakin diabaikan. Dia memerhatikan Milly sesaat. Gadis itu terlihat lebih menyebalkan dari sebelumnya. Entah kenapa, dia lebih banyak diam. Padahal kalau dilihat dari raut wajahnya, Milly terlihat baik-baik saja.
Ah, sudahlah, masa bodo. Lebih baik Rangga fokus pada Marissa. Lebih baik Rangga memperbaiki hubungannya dan cepat-cepat memulai lembaran baru dengan gadis itu.
°°°
Ilham berjalan keluar dari kamar. Tangannya mengusap tengkuk yang terasa pegal. Dia menuju ruang basecamp untuk mengambil beberapa catatan pelajarannya yang tertinggal di sana.
"Astaga, Mikha! Jadi, bakso ini dari lo? Jadi, lo beneran udah jatuh cinta sama babang Eja?"
Ilham terkesiap di depan pintu ruang basecamp. Di belakangnya, Rafael juga melakukan hal yang serupa. Kedua dahi lelaki itu timbul lipatan berbentuk horizontal.
"Bang, sehat?" tanya Ilham terlebih dulu. Dia melangkah masuk dan bersimpuh di depan laci sambil mencari buku catatannya.
Rafael memainkan ponsel. Membuka pesan dari grup chat BBM. Pesan pertama dari Hendra segera tersapu ke atas layar karena kemunculan Dicky yang tiba-tiba saja heboh.
Dicky Prasetya : DEMI APAAAHHH??? Koq bisam sma rngga gk ngabarin?!!!
Dicky Prasetya : Ihhhhhh... Gw mlai mncium aroma tak sedapppp!!!!
Dicky Prasetya : Bau-bau cinta lma blom kelarrrr
Rafael men-scroll ke atas layar ponselnya mencari info yang baru saja ditulis Hendra—dan langsung mendapat semprotan dari Dicky. Rafael berharap penyakit lebay Dicky bisa sedikit berkurang.
Hendrawan : Jangan lupa, hari Sabtu kita ke Lampung. Jam 7 pagi harus udah siap!
Oh, tentang jadwal yang satu itu. Trip Action, kan? Acara jalan-jalan yang rapatnya dihadiri oleh Rangga dan Bisma. Kalau itu, Rafael juga sudah tahu.
Hendrawan :
Trip Action GoTV. Host Denny Sumargo.
Guest : SM*SH, Marissa Viska.
Lokasi : Lampung.
Destinasi : Menara Siger, Way kambas, Pulau Pahawang (ditambah stage kecil untuk mini konser).
Waktu : 2 hari 2 malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahat Hati
Fanfiction[TAMAT] Bercerita tentang Milly dalam kehidupan barunya bersama enam pahlawan kesiangan. Bisma, Dicky, Ilham, Rafael, Rangga, dan Reza. Enam orang itu tergabung dalam sebuah boyband yang paling disegani di dunia entertainment. Milly bertugas sebagai...