Ya.

1.7K 191 4
                                    

Seokjin menatap dalam pada kedua bola mata namjoon, berusaha mencari kebohongan dari ucapan namjoon yang mengajaknya menikah.

Namun, bukan pancaran kebohongan yang namjoon berikan, melainkan pancaran penuh harapan. Namjoon mengecup pelan bibir seokjin, mencoba untuk menyadarakan seokjin.

"Bagaimana? Will You Marry Me?"tanya namjoon lagi.

Kali ini, namjoon mengucapkannya dengan dahi yang sudah menjauh dan tangan yang menggenggam erat tangan seokjin. Menatap mata seokjin penuh harap, berharap agar pujaan hatinya mau menerimanya.

"Tapi, bagaimana dengan-"

"Mereka akan baik-baik saja, bukankah mereka rela berpisah demi pernikahan kita?"ucap namjoon saat sadar akan ketakutan seokjin.

"Tapi-"

Namjoon menaruh jari telunjukknya di bibir seokjin. "Sstt...jangan memikirkan apapun lagi, coba fikirkan hubungan kita, mereka sudah rela berpisah. Kumohon, hanya jawab Ya atau Tidak"ucap namjoon mengelus tangan seokjin.

Seokjin diam, "Aku tak menerima penolakan, Jadi aku ingin kau berkata Ya"ucap namjoon tegas.

Seokjin menghela nafas, kekasihnya ini benar-benar keras kepala, selalu ingin mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Ya"ucap seokjin singkat dengan senyuman.

Namjoom diam, memandang wajah seokjin. Apa tadi seokjin mengatakan Ya?.

"Ap- apa tadi kau mengatakan 'Ya'"?

"Tergantung, apa telingamu itu benar atau rusak"ucap seokjin mengangkat bahunya acuh dan pergi meninggalkan namjoon yang terdiam menuju dapur untuk membuatkan minuman.

Namjoon berkedip beberapa kali, menatap punggung seokjin yang sedang membuat teh hangat. Setelah sadar namjoon tersenyum dan berjalan ke arah dapur, memeluk seokjin dari belakang.

"Gomawo"ucap namjoon dan mengecup pipi kanan seokjin.

"Hm"singkat seokjin.

Namjoon tersenyum, mengelus perut rata seokjin dengan bibir yang terus mengecupi leher seokjin.

"Engh...berhenti, air panasnya sudah matang"ucap seokjin.

"Arrasheo"pasrah namjoon dan kembali duduk di sofa.

Seokjin menghela nafas lega, berjalan kembali ke sofa dengan nampan berisi dua gelas teh hangat di tangannya.

"Minumlah"ucap seokjin dan memberikan gelas ke arah namjoon.

Namjoon menerimanya dengan senyuman dan meminum teh hangat buatan sang kekasih. Mengucapkan terimakasih dan mengatakan bahwa teh buatannya enak.

"Jadi, kapan kita akan menikah?"tanya namjoon dengan senyuman lebar dengan tangan kanan berada di bahu seokjin.

"Aku tidak mau menikah denganmu"ucap seokjin dengan bibir mengerucut.

"Wae?"dengan mata membola.

"Kau melamarku dengan cara yang tidak romantis, aku tidak mau memiliki suami yang tidak romantis"ucap seokjin dan menyingkirkan tangan namjoon.

"Oh God!, jadi kau tidak mau menikah denganku hanya karena lamaranku tidak romantis?"

"Tentu saja tuan kim, aku selalu bermimpi jika calon suamiku akan melamarku dengan begitu romantis!"dengan tangan di lipat di dada.

"Arrasheo, kalau begitu besok aku akan melamarmu kembali dengan romantis"

Seokjin semakin menekuk wajahnya kesal, namjoon benar-benar tidak romantis, tidak peka pula. Seokjin ini hanya ingin di lamar dengan kejutan romantis. Dengan kesal seokjin mencubit perut kota-kotak namjoon.

"Aw!, kenapa kau mencubitku chagi-ya?"ucap namjoon sambil mengelus tempat bekas seokjin mencubitnya.

"Kau itu, kenapa harus mengatakan padaku jika kau akan melamarku kembali dengan romantis besok?!"

"Wae? Tadi kau bilang ingin kejutan romantis"sambil berkedip polos.

Seokjin memukul jidatnya, kim namjoon adalah seorang pria yang benar-benar tidak peka terhadap seorang wanita.

'Sabar seok, kau masih mencintainya. Jika aku tidak mencintainya, bisa ku pastikan dia akan ku kubur hidup-hidup!'-batin seokjin.

"Maksudku lamaran romantis memang, tapi itu seharusnya menjadi kejutan! Kenapa kau justru memberitahuku bahwa kau akan melamarku kembali besok?!"kesal seokjin.

"Kalau begitu, pura-pura saja kau tidak mendengarnya"cuek namjoon dan meminum tehnya lagi.

"PERGI KAU KIM NAMJOON!!!"




_



"Apa tidak sebaiknya kita katakan pada mereka yang sebenarnya?"ucap song hye kyo pada song joongki.

"Bersabarlah sebentar lagi, mereka akan mengetahuinya. Ini bukan waktu yang tepat"sambil mengelus tangan istrinya.

Song hye kyo menghela nafas mendengar jawaban sang suami. "Tapi ini sudah terlalu lama, bukankah seharusnya mereka tahu?"sambil mengelus dada bidang sang suami.

Song joongki menghela nafas, "Aku tahu, tapi mengertilah sedikit dengan keadaannya"sambil mengelus rambut sang istri.

Song hye kyo menghela nafas pasrah, mengangguk lemah dan memeluk tubuh sang suami dengan perasaan yang campur aduk.

'Bersabarlah seokjin jisung, kalian berdua akan bahagia sebentar lagi'-batin song hye kyo.











TBC.

Tukang Pos [Namjin] (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang