Kacau.

2.1K 243 2
                                    

"jadi, kekasih yang oppa maksud adalah seokjin eonni?"tanya Namsoon pada namjoon.

"Dan yeoja yang menjadi kekasihmu adalah Namsoon?"tanya seokjin pada Ji-Sung.

Ji-Sung dan namjoon hanya menganggukkan kepala mereka. Saat ini suasana begitu berbeda, Tak ada tawa atau pun candaan.

Mereka berempat duduk di ruangan yang sama, seokjin yang duduk di sebelah kanan dengan namjoon di depannya dan Ji-Sung yang duduk di sebelah kiri seokjin dengan Namsoon di depannya.

"Ini tidak benar, salah satu dari hubungan kita harus ada yang berakhir. iya kan?"ucap Namsoon kembali memecahkan keheningan dengan pandangan kosong menatap makanan di atas meja.

"Se-sepertinya begitu"ucap seokjin dan menundukkan kepalanya memainkan gaun yang ia kenakan.

"Dan aku rasa kau tau siapa yang harus berakhir"ucap namjoon.

"Maksud oppa, hubunganku dengan Ji-Sung?!"tanya Namsoon emosi dengan menatap kesal kakaknya yang duduk di sampingnya.

"Ya"balas namjoon singkat tanpa menatap Namsoon.

"Andwe! Aku dan Ji-Sung tak akan putus!"kesal Namsoon sambil berdiri dan menggebrak meja.

Seokjin terkejut melihat Namsoon yang marah, namjoon pun menatap adiknya dengan tangan yang sudah terkepal. Sementara Ji-Sung berusaha menenangkan Namsoon.

"Tenanglah soon, tak baik bicara dengan nada tinggi pada oppa mu"mengelus tangan Namsoon di atas meja.

"Ani, aku tak perduli! Yang pasti aku tak akan pernah putus dengan Ji-Sung! Aku dan Ji-Sung akan menikah!"

Brak!

"Aku yang akan menikah dengan seokjin!"teriak namjoon setelah menggebrak meja.

"Ani!, Aku yang akan menikah!"

"Tenanglah Namsoon"ucap Ji-Sung lagi.

"Aku dan seokjin yang akan menikah!"ucap namjoon dengan nada rendah mengancam.

"Tenanglah Joon, kita lebih baik mengalah. Mereka adik-adik kita"ucap seokjin menenangkan namjoon.

"Cih, adik?aku tak perduli! Kita yang akan menikah! Jadi kalian harus memutuskan hubungan kalian sekarang!"perintah namjoon.

Namsoon menatap kakaknya tak percaya, mata indahnya mulai mengeluarkan kristal bening yang membasahi pipinya.

"Aku benci kau!!!"teriak Namsoon dan berlari pergi dari sana dengan air mata yang turun begitu deras.

"Namsoon!"teriak namjoon hendak mengejar Namsoon.

"Tenanglah Hyung, biar aku yang mengejarnya"ucap Ji-Sung dan berlari menyusul Namsoon.

"Argh...sial! Kenapa semuanya jadi kacau?!"kesal namjoon sambil menarik rambutnya.

"Tenanglah, tak seharusnya kau bersikap seperti itu pada dongsaengmu. Namsoon pasti sedih"ucap seokjin sambil mengelus punggung namjoon.

Namjoon pun memeluk tubuh seokjin, menangis?tidak, namjoon tak meneteskan air mata. Almarhum ayahnya tak pernah mengajarkan dia lemah. Namjoon hanya butuh pelukan, pelukan penuh cinta dan kasih sayang.

°
°
°
°
°

"Hiks...Oppa jahat hiks...aku benci namjoon oppa!!!"teriak Namsoon dan jatuh terduduk di taman seoul dengan air mata yang belum juga berhenti turun.

Tak lama Ji-Sung pun datang, mulai menetralkan nafasnya karena berlari cukup jauh mengejar Namsoon.

Ji-Sung melihatnya, melihat Namsoon yang merupakan kekasihnya kini tengah menangis begitu pilu. Menumpahkan segala rasa sakit yang ia rasakan, Ji-Sung pun merasakan apa yang Namsoon rasakan.

Ji-Sung berjalan mendekati Namsoon, memeluk erat tubuh Namsoon dari belakang dengan terus membisikkan'Semua baik-baik saja'.

Meskipun kenyataannya, semua berjalan tak seperti expentasi mereka. Semua yang mereka fikir akan berjalan lancar hingga altar, kini hanya sebuah khayalan yang kemungkinan besar tak akan terwujud.

"Hiks...sakittt hiks...sakit jijie hiks..."ucap Namsoon sambil memegang erat tangan Ji-Sung yang tengah memeluknya dari belakang.

"Dimana yang sakit?"tanya Ji-Sung lembut.

"Di sini...hiks...sakittt hiks...sakitt"tangis Namsoon sambil memukul dadanya.

"Sssttt, semua baik-baik saja. Pasti, semuanya pasti baik-baik saja"ucap Ji-Sung dan memegangi tangan Namsoon agar tak memukul dadanya lagi.

Ji-Sung hanya mampu mengatakan semua baik-baik saja pada Namsoon. Namun, hatinya sendiri pun ragu untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya pasti dan akan baik-baik saja.

°
°
°
°
°

"Maaf, karena rencana kita malam ini harus hancur berantakan"ucap namjoon sambil menunduk sedih.

Seokjin yang melihat namjoon kembali sedih pun memegang tangan namjoon dan mengelus punggung tangan namjoon lembut.

"Jangan di fikirkan. Cobalah bicarakan ini baik-baik dengan adikmu, Namsoon pasti kecewa dengan sikapmu tadi"ucap seokjin dengan senyuman.

Namjoon melihat seokjin, ia pun menganggukkan kepalanya dan menarik tangan seokjin yang tengah mengelus tangannya untuk ia cium dengan lembut.

"Terimakasih"ucap namjoon.

Seokjin tersenyum dan mengangguk kecil, ia pun keluar dari mobil Van hitam mewah namjoon. Membiarkan mobil itu berjalan menjauhi dirinya.

Senyuman seokjin pun luntur saat mobil namjoon menjauh, seokjin memegang dadanya di mana jantungnya berada. Meremas kuat gaun merah yang di gunakannya.

Meneteskan cairan dari matanya yang selama ini ia tahan, sungguh seokjin benar-benar merasa begitu sakit. Ia berusaha tegar dan kuat di depan namjoon agar namjoon tak lemah.

Namun, kini akhirnya jatuh sudah apa yang telah seokjin tahan selama malam ini berlalu. Membiarkan air mata terus lolos dari matanya tanpa ingin menahannya lagi.

"Hiks...kenapa ini sakit?hiks..."tangis seokjin sambil memukul dadanya.

Tukang Pos!

Ini benar-benar aneh!

Why saya menulis ini?😂

Sungguh payahnya diriku ini😌

#TBC.

Tukang Pos [Namjin] (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang