Part 21

166 35 0
                                    

Gadis itu mengulum senyum manisnya ketika melihat laki-laki di depannya sehabis meminum jus stroberi dari gelas dihadapannya ini. Sebelum tatapannya fokus lagi pada manik  mata untuk mendapatkan alasan bagaimana  bisa keduanya saling bertemu dan memilih tempat ini untuk berbincang.

“Maaf aku sudah menyita banyak waktumu hari ini.”

Eunji menghembuskan nafasnya pelan, menatap lembut manik Kai, memberikan laki-laki itu penjelasan jika tak ada yang merasa dirugikan dalam waktunya ketika bersama Kai.

“Berapa kali ingin meminta maaf padaku? Aku sudah bilang jika aku bisa meluangkan waktuku untukmu kapanpun. Ya, jika kau membutuhkan itu...”

Kai mendengarkan  kalimat itu tanpa ekspresi. Hanya tatapan sendu yang ia tujukan pada meja yang membatasinya dengan gadis itu. Suasana kafe yang mereka tempati itu memang tak ramai, dan membuat aura yang menguar diantara keduanya kini kian menjadi canggung dan dingin.

“Ya. Tapi satu detik itu sangat berharga bagiku. Aku tak akan membuat waktumu terbuang sia-sia hanya karena diriku.” Ujar kai dengan ulasan senyum samar yang kemudian hilang kembali.

“Lalu, apa yang kau inginkan dariku?”

Ada sedikit nada kekehan ketika kalimat Kai barusaja usai. Kini gadis itu memilih menopang dagunya di atas meja sambil memperhatikan Kai yang hanya diam saja sejak kedatangan mereka sepuluh menit lalu disini. Kai sedikit terkejut akan wajah Eunji yang tiba-tiba menjekat. Laki-laki itu memundurkan kepalanya lalu memberanikan diri untuk menatap manik gadis itu dengan sepenuh hati.

“Untuk yang semalam, sungguh aku tak tahu bagaimana bisa kau disana. Maaf yang sudah memperlakukanmu kurang sopan, dan–” atas kalimat itu, Eunji memundurkan wajahnya. Membuat ia duduk dengan normal lagi dan memandang Kai dengan alis berkerut.

“Ku kira apa? Hanya itu?” gadis itu menahan tawanya, “Sebenarnya semalam aku juga yang lancang, seenaknya saja di rumahmu. Tapi sungguh, aku tak tahu kalau pintu itu adalah kamarmu. Aku yang salah.” Putus Eunji lalu menunduk.

“ck, kau ini memotong ucapan orang! Aku belum selesai bicara.” Kai mendengus, membuat pandangnnya kembali bersapa dengan Eunji. “Bukan hanya ini maksudku menemuimu,”

Eunji sedikit medongak, ingin meramal kira-kira apa alasan laki-laki dingin itu menemuinya seperti ini. Sampai-sampai membuat jantungnya berdegup tak menentu di siang bolong seperti ini. Ia mengangkat alisnya penasaran.

“Aku, ingin mengembalikan barang yang tak seharusnya kusimpan.”

Dalam sedetik sebuah benda mendarat mulus di atas meja hadapan Eunji, ponsel warna hitam yang begitu ia rindukan. Eunji menatapnya terkejut namun Kai malah semakin menatap Eunji dalam, menikmati ekspresi langka ini.

“Aku harap kau tidak membenciku karena aku sudah melihatnya.” Ucapan bernada harap itu menutup segala atensi Eunji pada ponselnya lalu mengarah ke Kai lagi.

Eunji diam memandang Kai tanpa tahu harus mengatakan apa lagi. Ia tak tahu, harus menampakkan wajah marah atau terimakasih karena sudah mengembalikan barang miliknya itu. Berbeda dengan Kai, tubuhnya mati rasa ketika menghadapi diamnya Eunji.

Kai hanya berharap gadis itu tak akan membencinya setelah ini, karena sungguh, ia sudah lelah dengan rasa benci dalam rumus dunia selama hidupnya ini.

• • •

Seperti rasa lelah, namun Eunji tak melakukan kegiatan yang banyak menguras tenaganya seharian penuh ini. Hanya melakukan rutinitas biasa di kampus ditambah dengan beberapa alasan untuk mengindari Chanyeol dan soal pertemuannya dengan Kai sejam lalu.

Everytime [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang