Part 27

200 40 5
                                    

Sebenarnya rasa sesak itu sering menderanya selama tahun-tahun lalu sejak ia hidup. Jika melihat kilas balik hidupnya yang terlantar oleh orang tua kandungnya sendiri. Namun rasanya tak pernah separah yang saat ini. Ketika ia hendak meraih sebuah cahaya tiba-tiba ia ditikam dari belakang dan tak dapat merengkuh cahaya tadi dalam genggaman.

Dunia seorang Kim Jongin sama kelamnya, ia hanya bisa melihat cahaya itu tergantung di langit dengan jamahan orang lain. Mataharinya masih bersinar terang dengan dirinya yang tak dapat bergerak kemanapun untuk memilikinya. Perlahan dan tak terburu-buru, setidaknya begitulah strategi yang laki-laki itu andalkan untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.

Rasanya sudah lama sekali senyuman tulus tak tersungging dari bibirnya. Terakhir kali yang ia ingat dan yang paling ia resapi oleh hati adalah ketika senyum perpisahan itu terjadi. Belasan tahun silam, yang Kai kira semuanya sudah berakhir. Ketika gadis kecil si pemakai jaket biru miliknya, ketika ia sedang bermain dengan dauh-daun maple yang tengah berguguran di tengah musimnya. Selamanya, Kai tak akan pernah melupakan itu karena itu adalah memori terindah yang tercipta di kehidupan ini.

“Sepupuku itu selalu melarangku makan es krim di cuaca panas, ia bilang nanti malamnya aku bisa demam. Si cerewat itu juga bilang jika aku mudah sekali sakit karena  cuaca, ah payah.”

Kai menanggapinya datar sambil melihat di sudut bibir gadisnya yang nampak berantakan karena cairan es krim di tangannya. Sejak tadi ia terus mengoceh, menceritakan pada Kai bagaimana rasa cintanya terhadap es krim rasa vanilla. Dan sesekali laki-laki itu hanya memberikan senyuman kecil saja, tapi percayalah senyuman itu sangat sulit utuk segera dipudarkan.

“Makanlah pelan-pelan. Cepat ambil tisu dan bersihkan bibirmu!” tunjuk Kai dengan dagu yang terangkat.

Jung Eunji meringis lalu mengigit bibir bawahnya malu. Ia segera meraih selembar tisu dari tasnya, mengabaikan sebentar es krim di tangannya lalu mulai mengelapkan lembaran putih tadi di sekita bibirnya. Setelah selesai ia tersenyum, lebih tepatnya menunjukkan senyuman pada Kai.

“Sudah?” tanyanya antusias.

“Setidaknya itu lebih baik daripada tadi.”

Kai membuang jauh pandangannya pada bangunan tinggi di hadapannya dan juga Eunji. Lebih tepatnya menghindari wajah Eunji yang ia ketahui sedang tersenyum padanya. Laki-laki itu ingin menghilangkan fokusnya ketika mendapati jika Eunji masih saja memperhatikannya dari samping, terlihat jelas di ekor mata Kai. Dan alhasil Kai malah semakin menurunkan letak topi warna putih yang melindungi kepalanya dari panas.

Eum, aku belum tahu niatmu menemuiku tadi? Tiba-tiba muncul di depan gerbang sambil membawa sekotak es krim vanilla, apakah ada sesuatu yang penting?” tanya Eunji terlihat malu-malu. Gadis itu meluruskan kakinya dan membuat trotoar jalan yang mereka duduki menjadi terhadang jalannya.

“Aku bosan.” Jawab Kai cepat tanpa pikir panjang. Laki-laki itu ikut meluruskan kakinya lalu segera mengalihkan pandangan pada Eunji yang duduk lebih rendah darinya, “Kenapa, kau tidak ingin bertemu denganku lagi?” lanjutnya hingga membuat Eunji hampir tersedak sendok es krim.

“Tidak...” Eunji mengibaskan tangannya cepat pertanda tidak, “Maksudku hanya karena tidak biasanya kau seperti ini. Kau menungguku juga disana tadi? Apakah lama?” mata gadis itu berbinar menanti jawaban dari Kai yang sama seklai tak merubah ekspresi.

Jauh dalam hatinya Kai merasa damai namun wajah itu menggambarkan serat lain. Tiba-tiba saja ia berdiri, menepuk celananya pelan lalu menatap datar Eunji di bawah.

“Cerewet.” Sinisnya. Eunji mengikuti Kai berdiri, namun sebelumnya gadis itu membiarkan sekotak es krim yang sudah kosong ke tempat pembuangan. Gadis itu menyipitkan matanya mengahalau sinar matahari sore saat mendapati silauan dari topi laki-laki itu ketika menatapnya. Eunji memandang Kai dalam lalu tersenyum lagi.

Everytime [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang