Pelatih Spesial

65 0 0
                                    

“Ini hiung”
“hiung saya satu”
Syaza masih sengau, kata hidung masih susah diucapkan menjadi hiung. Saya mencari tahu bertanya kepada senior yang memiliki anak gangguan pendengaran namun sudah besar, ternyata Syaza mengeluarkan suaranya bukan dari tenggorokannya,
Syaza harus sering berenang supaya napasnya serta paru parunya kuat. Agar mudah mengeluarkan suara dan tidak capai saat bicara.      

Kolam renang itu penuh, ada beberapa pelatih dengan murid berderet,  Saya bertanya kepada para pelatih renang tersebut, dan memperhatikan satu persatu dengan pikiran yang berkecamuk “Apakah Syaza bisa memperhatikan instruksi?”, tanpa alat bantu dengar di kolam renang tentu sulit.
“Apakah syaza bisa mendengarkan pelatih renangnya?”
“Apakah pelatih renangnya bisa sabar?, sedangkan muridnya banyak”.
  Ada yang mendorong dorong gerobak sampah, dia mendekati saya dan Syaza.
Tanggannya menunjuk dirinya dan memperlihatkan gaya renang, lalu menunjuk syaza dan menunjuk kolam renang kecil disudut.
Mukanya tersenyum riang, sambil menggunakan bahasa isyarat menunjuk nunjuk dirinya dan Syaza dengan bicara yang tidak jelas.
Saya merasa ada chemistry, dia sama seperti Syaza tidak bisa mendengar.
Saya rasa dia cocok menjadi pelatih renang Syaza, dan saya harus memastikan kalau orang ini bisa berenang. Akan lebih mudah buat Syaza di kolam renang dengan menggunakan bahasa isyarat/gesture.

Saya datang ke resepsionis “Pak, itu yang mendorong gerobak sampah di kolam renang, apakah dia bisa melatih renang?”
“tidak, dia tidak bisa. Ada pelatih yang lain”
“begini, anak saya tidak bisa mendengar tanpa abd. Akan lebih mudah bagi anak saya diajar dengan orang yang sama sepertinya, karena anak saya tidak bisa mendengar seperti anak lainnya, sulit dikolam renang fokus melihat bibir ”sambil memperlihatkan alat bantu dengar yang menempel di telinga syaza.
“Saya ingin memastikan, apakah dia bisa berenang?” sebenarnya saya tidak peduli kalau dia bukan pelatih, hanya bantu bantu di sekitar kolam renang, yang penting dia bisa berenang , saya akan mengatur waktu agar Syaza bisa belajar berenang dengan orang itu.
  Resepsionis ini melihat Syaza, lalu meralat bicaranya
“Ya dia bisa berenang, dia dulu atlet porda juara II. Di antara para pelatih yang ada disini, sebenarnya dia yang paling bagus. Anak ibu bisa latihan renang dengan dia.” 
Saya senang, ketika pintu lain tertutup selalu ada satu pintu yang terbuka. Semoga saja Syaza senang latihan berenangnya.     

Langit Tanpa BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang