Sedih

44 1 0
                                    

akhir akhir ini Syaza cepat sedih, dia akan teriak teriak marah
aku tak tahu kenapa.
"Syaza, jangan nangis. bilang sama mommy kenapa?"
"syaza.....diam jangan cengeng." aku menghardik marah
"Syaza, duduk duduk yang bener" aku memegang badannya yang berguling guling
Syaza selalu mengguling gulingkan badannya dan berteriak kencang.
aku sedih, dan balik marah. membuat hubungan ibu dan anak menjadi sulit.
seperti ada jarak yang memisahkan ku dengan syaza
syaza sulit diatur, dan aku merasa kecewa.
aku pergi ke uwa ku yg psikolog menceritakan tentang kelakuannya syaza yang selalu teriak teriak dan berguling guling
"kamu tahu kan anak mu itu tidak bisa mendengar, susah bicara"
"yah aku tahu"
" kamu harus lebih sabar"
"maksudnya?"
" syaza butuh perhatian lebih mu. dia sulit mengutarakan apa yang ingin dia sampaikan. pada saat kamu salah mengerti keinginan dia atau kamu tidak fokus saat dia berusaha menjelaskan, dia akan sedih dan merasa marah"
aku termenung, meresapi apa yang disampaikan uwa ku.
yah akhir akhir ini aku selalu tak sabaran, dan kurang memperhatikannya.
aku salah, aku lah penyebab syaza melakukan hal itu.
"iya uwa, aku menyadari itu."
" sudah sekarang kamu pulang, beri perhatian lagi dan fokus dengan apa yang syaza utarakan"
aku pulang, berjalan ditengah rintik hujan, aku merasa bersalah yang amat sangat.
Biarlah rintik hujan ini menghukum ku atas kesalahanku selama ini.

Langit Tanpa BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang