Suara gonggongan anjing menggema di seantero hutan pinus yang sedang diselimuti kabut tebal. Seorang cewek bersetelan maskulin tampak berlari diiringi jeritan yang meluncur dari mulutnya dengan lantang.
Dari arah berlawanan muncul sebuah mobil jeep terbuka berwarna hijau army. Pengendara di dalamnya menangkap sosok perempuan yang melambaikan tangan. Semakin kemari semakin terlihat jelas siapa orang itu.
Dalam jarak satu meter, cewek itu langsung melompati bagian depan mobil berusaha untuk menghindari anjing yang berambisi menerkamnya.
Si pengendara mobil menghentikan lajunya kemudian turun diiringi gelak tawa yang menggelegar. Betapa konyolnya cewek yang paling ditakuti di sekolah justru bersikap pecundang di hadapan seekor anjing.
"Tawa aja terus sampe gue mampus!" gerutu si cewek menatap ketus si pengendara yang masih seusianya. Seorang cowok ganteng dan paling populer di sekolah tapi di rumah anak mami banget.
Sekarang anjing itu sedang bermanja di hadapan seorang Elang Mahawira yang dengan gemas mengusap-usap kepalanya beberapa detik yang lalu.
Sementara Jack masih sibuk mengabadikan peristiwa tersebut sejak dalam mobil. Dia terbahak-bahak bermaksud memposting videonya ke sosial media, namun segera mendapat sambaran dari Attala. Tapi sayang sudah terlanjur dipublikasikan.
Beberapa akun telah melihatnya dan iseng membagikannya lagi. Attala melotot tajam. Jemarinya mencengkram erat ponsel itu dan segera mengembalikkan dengan kasar ke dada cowok itu.
"Ta ngambek lo?" teriak Jack melihat cewek itu nyelonong pergi begitu saja.
"Oy Ta! Lo belum kenalan sama piaraan baru gue!" teriak Elang ikut-ikutan. Cewek itu malah menutup telinga sambil mempercepat langkahnya.
Attala sudah menghilang. Dan kedua cowok sahabatnya ini malah saling tatap kemudian tertawa sambil beradu kepalan tangan.
Sementara cewek itu sudah tiba di halaman rumah megah milik keluarga Elang di mana mereka selama ini tinggal.
"Neng Atta gak apa-apa?" tanya seorang penjaga rumah keluarga Mahawira, Mang Yana.
"Atta hampir gila, Mang!" Attala mendekati keran yang biasa berfungsi untuk mencuci kendaraan dan menyiram tanaman. Dia mencuci tangan dan kakinya yang kotor.
Mang Yana tampak khawatir sekaligus merasa bersalah karena kecerobohannya hampir mencelakakan orang lain. "Maaf Neng, tadi Mamang kurang bener ngiket talinya di tiang."
"Atta sebel aja sama Elang dan Jack bukannya nolongin malah ngetawain pake disebar di sosial media segala!"
Mang Yana terkekeh, "Mungkin karena Den Elang sama Jack gak tau kalau Neng Atta ternyata takut sama anjing. Mamang juga baru tau."
"Ih Mamang mah malah ketawa!" Attala berjingkat kesal dan pergi.
♡♡♡
"Ma, Papa mana?" tanya Attala yang baru saja duduk di meja makan. Mamanya baru saja selesai menghidangkan menu makan malam.
"Papamu kan jadwalnya tidur di Mama Lena," sahut sang mama tampak duduk lemas setelah menuangkan air teh hangat di gelas.
Atta yang baru saja mengambil lauk-pauk mendadak ikut lemas juga. Dia lupa jika seminggu yang lalu baru mengetahui kalau sang papa melakukan poligami. Padahal selama 17 tahun tahunya sang papa sibuk bekerja.
Beberapa hari yang lalu Attala pulang dari rumah temannya setelah menyelesaikan tugas kelompok. Tiba-tiba bola nyasar entah dari mana menimpa kepalanya saat mengenakan sepatu di halaman.
"Aaaw! Siapa yang nimpuk gue pake bola?" teriak Attala bangkit. Tak jauh di hadapannya berdiri seorang anak kecil yang ingin mengambil bolanya tapi takut dengan tampang garang cewek berseragam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Too Late
Teen FictionJangankan udara, suatu saat nanti namaku akan berhenti hilir mudik ke ruang dadamu. Belom direvisi.