Bab 44

5 0 0
                                    

Elang berjalan membelah keramaian yang dipadati oleh pengunjung, kebanyakan mereka yang mengidolakan pembalap dunia yang sedang melakukan kunjungan undangan ke Indonesia dalam rangka memeriahkan festival otomotif tahunan.

Cup Starbucks milik Elang terlepas dari genggamannya yang sudah berusaha sekokoh mungkin akhirnya terjun begitu saja karena tersenggol tas bahu seorang perempuan. Badan dan tutup cup tersebut tergeletak dengan acak disertai isi kopi yang menggenang di sekitarnya. Elang sangat terkejut, tetapi bukan karena satu gelas kopi mahal yang kini bisa ia beli sebagian sahamnya, melainkan sebuah gelang bergantungan bintang kecil yang tergeletak tidak jauh dari sana, terlihat bekas injakat ribuan manusia yang melintas.

Jemarinya cekatan menyelamatkan gelang itu dan memerhatikannya, dia mengingat sesuatu. Bagaimanapun gelang ini terlalu jauh untuk pada akhirnya terlihat sia-sia di sini. 

Dari samping tampak salah satu temannya yang memanggilnya terburu-buru untuk ke sebuah lokasi. Tanpa pikir panjang, Elang refleks memasukkan gelang itu ke dalam saku celananya dan bergegas mengekori teman, setelah memastikan ada seorang cleaning service yang menyadari lambaian tangannya dan menemukan kekacauan yang ditunjuknya.

"Terimakasih, Kak!" serunya sekilas sebelum menghilang di tengah keramaian.

Elang tiba di salah satu meja sebuah stan yang memamerkan koleksi mobil rubicon terbaru bersama beberapa teman cowoknya yang ia kenal dekat dari ranah pekerjaan dengan kebetulan hobi yang sama.

"Bener ya, lo depe-in gue rubicon kalau gak berhasil dapatin tuh cewek!" seru seorang cowok bertopi dengan jaket baseball terdengar lantang begitu Elang baru saja bergabung. Dia sudah menduga pasti kerusuhan mereka tidak jauh dari taruhan soal cewek.

"Benerlah, tapi jangan pede dulu lo! cewek mana sih yang nggak tertarik sama jantan high quality kayak gue? apalagi dia cuman pembalap yang baru terkenal!" sahut cowok berambut spiky, anting di kuping kirinya serta sepatu jordan yang selalu mengudara karena sebelah kakinya tumpang lutut setiap duduk.

Cowok itu berdiri dan semua mata tertuju pada arahnya yang mendekati seorang cewek cantik berambut sebahu yang menampakkan wajah manisnya meski tubuhnya dibalut kostum balap dan berdiri di depan stand poster yang menjadi sponsornya.

Elang terkejut saat melihatnya sambil bergumam, "Attala?" sejenak menyimak bagaimana aksi temannya mendekati cewek itu mulai dari berkenalan dan berhasil meminta kontaknya. Lalu kembali dengan eskpresi wajahnya yang berkelakar.

Orang-orang menyambutnya dengan tepuk tangan sebagai bentuk validasi kehebatan cowok itu dalam menaklukkan setiap wanita. Kecuali Elang.

"Apa gue bilang? tuh cewek gampang!"

Mendengar temannya berbicara sejauh itu, Elang merasa tidak terima, dia segera menginterogasinya. "Cuman karena tuh cewek ngasih kontak ke lu, bukan berarti lu sembarangan ngecap dia gampangan!"

"Ya buktinya gampang kan? hebat kan gue bro? cowok mana yang gak lagi ngebahas dia? dan gue dapat!"

"Bisa jadi itu cewek emang karakternya baik ke semua orang, mungkin tipe cewek yang senang bersosialisasi, nyari relasi?"

"Ribet amat sih jadi lo, kalau mau kontaknya nih gue kasih!"

"Nggak, makasih!" jawab Elang singkat dan ketus. Ia berusaha menahan diri karena memang cowok itu teman baiknya, ia pun heran kenapa emosinya bisa terpancing sedikit lebih banyak tidak biasanya seperti itu.

"Kenapa lo, Nyet? PMS?!" celetuk cowok bertopi yang disambut gelak tawa yang lainnya.

"Sorry, tadi gue abis nemu orang ngeselin di jalan, jadinya kebawa deh!"

Never Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang