Suasana sekolah mulai ramai saat Attala memasuki toilet. Tampak di cermin wajahnya begitu sembap, lantas mencucinya. Kupingnya sedikit bergerak, ada suara berisik yang terdengar samar. Tangannya sigap mematikan keran. Suara itu sekarang jelas.
"Malam itu gue ke toilet eh gak sengaja nemu drama anak alay, udah deh gue videoin." Suara yang agak berbisik itu kini meledakkan tawa. Sudah tidak diragukan lagi siapa pemilik suara menyebalkan itu.
"Cepetan lo posting, biar jadi trending topik di sekolah ini, gedek gue ngeliat tingkahnya yang sok berkuasa!" tambah seseorang dengan nada suara hampir sama.
Jemari Attala mencengkram keran dengan kuat, seolah menyalurkan segala energinya. Perlahan terlepas dan membentuk kepalan tangan yang kini tergeletak kaku di bibir washtafle.
Tidak lama kemudian dua gadis berparas sama itu muncul dari balik pintu dan terkejut saat bertatap muka dengan seorang murid cewek yang ada di dalam cermin. Berdiri kaku dengan sorot mata yang tajam.
"Oow," gumam Sarnia membulatkan mulutnya. Kemudian melipir ke balik punggung kembarannya.
Sarmia juga ikut tegang. "Diem napa lo? Katanya gedek liat dia sok berkuasa, tapi malah takut!" bisiknya geram. Adiknya itu memang memalukan dunia perkembaran seantero goib.
"Siapa yang ngeposting video?" tanya Attala kemudian. Masih dalam posisi yang sama dengan tatapan yang menukik tajam. Saudara kembar itu hanya diam saja. "Siapa?!" tanya ulang Attala dengan nada yang lebih tinggi. Mereka tampak tercekat.
"Ini nih." Sarnia menunjuk kepala kakaknya.
"Bagus ya! Mana hape lo?" Attala berbalik badan seketika. Kakinya yang kaku mulai melangkah mendekati mereka. Sarmia dan Sarnia masih saja terdiam gagu. Attala kembali membentak, "Mana hape lo?!" dengan nada yang lebih tinggi.
Akhirnya Sarmia memberanikan diri menatapnya. "Apa hak lo nanya hape gue? Gak punya hape lo?"
Bruk!
Attala meninju pintu toilet hingga terdengar meledak di telinga mereka. Dia mendekatkan wajahnya dan mengecilkan suaranya bagai seorang psikopat yang berambisi menghabisi kelinci percobaan di hadapannya, "Apa hak lo memublikasi video aib orang lain?"
Perlahan Sarmia merogoh ponsel yang ada di saku kemeja seragamnya dan menjulurkannya dengan tangan gemetaran. Attala menyambarnya sekilas. Sarmia sadar jika orang yang selama ini selalu menjadi korban kebusukannya itu bukanlah orang yang bisa diremehkan.
Attala fokus menatap ponsel di tangannya itu, jempolnya lincah menari-nari di layar, satu menit kemudian dilemparkannya barang pipih itu ke dekapan Sarmia. Lantas Attala melangkah pergi dengan santainya.
"Demi apaaa itu cewek keren banget, Sar." Sarnia diam-diam menggumamkan kekagumannya.
Sarmia langsung menabok kepala adiknya. "Apaan sih lo bukannya bantuin gue malah ngumpet terus sekarang muji-muji, keliatan banget pengecutnya, padahal kita berdua bisa aja ngelawan dia!" gerutunya kesal.
"Justru gue pengecut, makanya ngumpet di belakang lo!" Sarnia malah ketawa. Otomatis kakak kembarnya itu langsung menoyor kepalanya.
*
Attala memasuki kelasnya dan membuka ransel berniat mengeluarkan alat tulis, akan tetapi tiba-tiba teringat sesuatu. "Ferguso?" gumamnya merasa kehilangan. Lantas dia meraba-raba tas, bangku dan kursi tapi iguana kesayangannya itu tidak ada.
"Bu saya ijin keluar." Attala nyelonong pergi begitu saja, padahal Bu Dewi baru saja duduk di bangkunya.
"Hey kemana? Hadeuh itu anak!" teriak Bu Dewi kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Too Late
Teen FictionJangankan udara, suatu saat nanti namaku akan berhenti hilir mudik ke ruang dadamu. Belom direvisi.