Part 34

58 5 0
                                    


"Udah lo jangan cemberut lagi, enak di si Jack, gak enak di elu ntar. Kita kan mau senang-senang di rumah Elang sekarang!" Attala berusaha membujuk Sasa ketika mereka baru saja bubaran kelas dan berjalan menuju parkiran.

Mereka memasuki mobil dan Elang langsung menancapkan gas. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di rumah meski jarak tidak begitu dekat. Di sini Attala merasa gugup apakah keluarga kekasihnya itu akan menerimanya dengan baik. Namun di sinilah peran sahabat berguna, Sasa bergiliran untuk meyakinkan dirinya semua akan baik-baik saja. Mereka turun dari mobil dan mendapati wajah kaget Tante Kasih melihat mereka saat menyambut kepulangan sepasang putra-putrinya.

"Tante," sapa Attala mendekati wanita cantik terawat itu sambil menyosol telapak tangannya untuk diletakkan di keningnya.

"Hallo Tante, apa kabar? kita mau rusuhin rumah tante nih!" suara Sasa mencairkan suasana dan sukses membuat Kasih berpaling padanya.

"Sasa? sudah lama gak ke sini, ayo masuk-masuk!"

Attala hanya menghela napas saat merasa terabaikan. Melihat mereka begitu kompak berjalan lebih dulu. Ternyata begini rasanya diabaikan tuan rumah, apa kabar selama ini dengan Elang?

Kasih sibuk menyiapkan cemilan dan minuman berwarna-warni sambil bercengkrama dengan Sasa dan Ranya. Sasa meminta pendapat Attala mengenai salah satu hal topik pembicaraan mereka agar berbaur, tapi malah menjadikan suasana menegang. Siap tidak siap Attalla memanfaakan momen tidak nyaman ini untuk berbicara.

"Tante," ucapnya dengan suara tertahan.

Kasih masih sok sibuk meminta mereka semua untuk menyantap hidangannya.

"Tante, tujuanku ke sini untuk meminta maaf atau perlakuanku yang tidak pantas kepada Putra sulung Tante," lanjut Attala berhasil membuat wanita itu melirik ke arahnya.

"Baguslah kalau kamu sudah sadar Attala, masih sulit dipercaya kamu melakukan hal itu."

"Hukum Attala jika Tante mau."

"Tante tidak setega itu."

Attala merasa malu sendiri. Kejujuran Tante Kasih seperti menunjukkan bagaimana dirinya selama ini. Situasi menjadi lebih kikuk, terasa serba salah, kecuali Attala mengabaikan apa yang baru saja terjadi dan duduk termenung di tengah keramaian.

Bersambung ...

Never Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang