"Kita tidak akan tahu telah melakukan kesalahan saat melakukannya. Kita akan tahu setelah waktu lama berlalu, setelah menyesalinya."
***
Rumah Tares dan Tetha sama-sama berada di daerah Cihanjuang, Cimahi atau biasa Tares dan Tetha sebut sebagai Cimohay, tapi berbeda perumahan. Tetha di Komplek Bumi Asih sementara Tares di Komplek Talaga Asri yang berjarak 2 kilo lebih jauh dari perumahan Tetha.
Seperti biasa setiap pagi keduanya selalu berangkat bersama. Walau Tares tidak ada kelas pagi, Tares akan tetap berangkat pagi jika Tetha ada kelas pagi. Begitupun sebaliknya. Tetha rela menunggu di kantin kampus atau perpus menunggu kelasnya jika hari itu tidak ada kelas pagi, agar bisa berangkat bareng Tares. Memastikan Tares sarapan, karena Tares tidak pernah sarapan di rumah. "Males sarapan sendiri, seruan sarapan bareng elu, suka jadi lahap liat lo makan." Alasan yang dibuat-buat padahal memang tidak ada yang pernah memasak di rumahnya termasuk Teh Tati-pembantunya- karena yang tinggal di rumah Tares hanya Tares, dan Tares hanya akan ada di rumah saat malam saat malam, saat Teh Tati dan Pak Yadi pulang.
"Assalamu'alaikum." Samar suara Tetha terdengar, membuat Tares mengalihkan pandangannya lalu tersenyum lebar, gemas melihat Tetha yang selalu kesulitan menggeser pagar rumahnya.
Mata Tetha membesar saat melihat Pajero Hitam terparkir di depan rumahnya bukan Yamaha Fazer merah yang biasa Tares pakai.
"Tumben nggak pake si Hideung?" Tanya Tetha setelah duduk di sebelah Tares.
"Mau diservis dulu hari ini sama Pak Yadi."
"Oh." Tetha menyimpan helm yang di bawanya di jok belakang sebelum memasang sabuk pengaman. "Yaaah, pasti telat deh kalo pake si hideung. Harusnya pagian berangkatnya."
Karena jalanan Cimahi akan sangat macet saat jam berangkat anak-anak sekolah seperti sekarang.
"Lo telat bangun lagi ya? Begadang main Dota lagi? Iya?" Todong Tetha.
"Enggak." Jawab Tares santai membawa mobilnya keluar dari komplek rumah Tetha. "Bangun subuh malah. Gue sakit perut nih. Dari subuh ada sepuluh kali bolak-balik kamar mandi." Kalau Rasi yang mendengarnya dia pasti langsung merespon, "EW! Awas ya lo, kalo kecipirit. Nggak mau tau, pokoknya langsung berhenti, gue turun."
Tapi ini Tetha jadi respon yang didapat Tares sesuai dengan harapannya, "udah minum obat belum?"
"Udah kok."
"Beneran? Jangan bohong loh, ntar tambah parah lo malah nggak bisa kuliah. Seminggu lagi kan UTS."
"Nih bungkus obatnya aja masih ada." Tares mengambil kemasan obat yang tadi dibuangnya, dari pintu mobil.
Sekedar informasi, pintu mobil adalah tempat sampah buat Tares.
"Kalo gitu sarapan sekarang skip dulu susu. Ibu bekelin sandwich buat sarapan kita, jatah sandwich buat lo gue ambil kejunya ya."
Tares tersenyum simpul melihat sekilas Tetha yang langsung sibuk membuka kotak bekal berisi empat potong sandwich yang dibuatkan Ibunya untuk dia dan Tares, lalu membersihkan tangannya dengan hand sanitizer sebelum dengan teliti mengambil potongan keju dari jatah potongan sandwich untuk Tares.
Tares yang dulu tidak menyukai pagi, sejak dua setengah tahun lalu jadi menyukainya karena paginya menjadi lebih hangat karena Tetha.
Dulu setiap menghabiskan bekal sarapan dari Ibunya Tetha, Tares pasti bilang, "bilangin makasih ya ke Ibu lo. Tiap pagi bikinin gue sarapan terus."
![](https://img.wattpad.com/cover/165866038-288-k614948.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi (Hug Me)
General Fiction(Completed) Tidak semua yang singgah dalam hidup ditakdirkan untuk tetap tinggal. Ada yang memang singgah untuk memberi pelajaran hidup melalui cinta dan rasa sakit, ada yang singgah mengenalkan pilu juga rasa bahagia, ada pula yang singgah untuk se...