20. Cuma Ada Kita

4.3K 668 205
                                    

"There are some things about myself I can't explain to anyone. There are some things I don't understand at all. I can't tell what I think about things or what I'm after... But if I start thinking about these things in too much detail the whole thing gets scary." - Haruki Murakami

" - Haruki Murakami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo mabok, Res."

"Lo udah janji mau jawab. Kelingking kita aja masih gini." Tersadar, Tetha melepas kelingkingnya yang sejak tadi terkait dengan kelingking Tares. "Ayo, jawab, Tha!"

"Lo mabok, Antares."

Tares menggeleng, "enggak, bukan itu. Jawabannya gampang loh, Tha. Tinggal pilih, iya atau enggak."

"Pentingnya apa dijawab sekarang? Nggak, gue nggak mau jawab."

"Jadi buat lo ini nggak penting? Tapi buat gue ini penting. Biar gue bisa ngambil keputusan."

"Keputusan macam apa yang orang lagi mabuk bisa ambil?"

Tares menyeringai mendengar pertanyaan itu, "Berarti jawabannya iya, kan?" Karena kesimpulannya sendiri itu, Tares semakin berani mendekatkan wajahnya hingga kening mereka bersentuhan.

"Kalau gue jawab pun, nggak akan merubah apa-apa."

Tares menggeleng, "kalau gue bilang, gue sayang lo juga, bisa bikin lo berubah pikiran nggak?" Tetha menjauhkan wajahnya, menatap Tares tidak percaya. "Kenapa? Kok kaget?" Tares tersenyum pahit. "Sikap gue selama ini nggak pernah gitu jelas nunjukin sayang gue ke lo, Tha?"

Rahang Tetha mengeras. Keduanya saling menatap sekian lama. Satu tatapan bermakna marah, satu tatapan lain bermakna lelah, penuh harap.

"Apa sih, Res. Lo ngomong apa sih? Mau lo apa? Maksud lo ngomong semua ini ke gue apa?"

"Lo." Jawab Tares tanpa menjeda. "Gue mau lo. Gue mau kita. Gue mau lo bahagia. Kita bahagia."

"Bahagia?" Tetha tertawa pahit, "coba jelasin bahagia versi lo itu emang kayak gimana?"

Tares semakin mendekatkan wajahnya pada Tetha. "Kayak dua hari ini. Kita sama-sama tiap hari. Cuma ada lo sama gue aja. Nggak ada yang lain... Emang selama dua hari ini lo nggak ngerasa lebih bahagia gitu?"

Perkataan Tares itu entah kenapa lucu di telinga Tetha membuat Tetha tertawa. Tapi suara tawa yang berawal pelan itu, lama kelamaan semakin mengeras dan tiba-tiba saja berhenti.

Tetha kembali menatap Tares. Tapi kali ini tatapannya dipenuhi amarah. Air matanya jatuh detik berikutnya.

Dan, Plak!

Tetha menampar Tares kuat sampai wajah Tares berpaling dan telinganya berdenging.

"Bangun, Res! Sadar!" Tetha mendekat menungkup wajah Tares. "Lo pikir gue akan bahagia mulai semuanya sama lo? Lo pikir semua bisa baik-baik aja setelah kita mulai semuanya, nyakitin Rion dan Rasi? Lo pikir kita bisa bahagia kayak gitu?"

Konstelasi (Hug Me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang