(Completed) Tidak semua yang singgah dalam hidup ditakdirkan untuk tetap tinggal. Ada yang memang singgah untuk memberi pelajaran hidup melalui cinta dan rasa sakit, ada yang singgah mengenalkan pilu juga rasa bahagia, ada pula yang singgah untuk se...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"We don't meet people by accident, they are meant to cross our path for a reason." - anonymous
***
Seperti biasa selesai makan, Tares pasti menghilang untuk merokok di luar. Biasanya dia akan sendirian, tapi kali ini Tares tidak sendiri, ada Rion yang menemani.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo sama Tetha kenapa sih?" Todong Tares begitu Rion menyalakan batang rokoknya.
"Tumben Dunhil blue? Di Lembang nggak ada yang jual Marlboro Merah?"
"Ngalihin topik."
Rion terkekeh, menghisap rokoknya dalam sebelum menghembuskan asapnya perlahan. "Gue yakin abis ini kena tonjok lo."
"Apaan?" Cibir Tares, heran dengan ucapan mengada-ada Rion. Seperti yang nggak mengenal baik sahabatnya sendiri. Dipukul mantannya Rasi di depan umum saja, Tares hanya membalas dengan menunjukan seringainya dan mengatakan, "kita ketemu lagi di kantor polisi ya, Nyet." Tidak balas memukulnya. Karena bagi Tares percuma meluapkan amarah dengan menyakiti fisik seseorang, hanya buang-buang tenaga, tidak bisa menyelesaikan masalah, bahkan mungkin akan memperburuk masalah yang sudah ada.
Apalagi malam ini, Tares pikir nggak ada alasan kuat yang bisa membuatnya berpikir nggak rasional dan memukul sahabatnya sendiri.
"Gue... cium Tetha."
Tares yang sejak tadi menyenderkan punggungnya di dinding, menegapkan tubuhnya, "Lo apa?" Tares memastikan, takut salah dengar.
Rion menghembuskan nafasnya berat, mengatupkan rahangnya sebelum menatap Tares tepat di kedua matanya. "I kissed her, Res, on her lips." Rion langsung memejamkan matanya, yakin setelah ini Tares pasti akan mencengkram kerah kemejanya lalu memukul wajahnya bertubi-tubi tanpa ampun. Rion tahu yang dilakukannya pada Tetha saat itu sangat keterlaluan dan Tares pasti membencinya.