"Ketakutan ternyata bisa menjauhkan bahagia."
***
"Ini anak-anaknya, Kang."
"Rasi Ayu Gemintang, Sagita Tetha, Daniswara Orion, Antares Aradhana." Kakak tingkat yang menjabat ketua divisi keamanan itu membaca satu-persatu papan dada terbuat dari karton yang tergantung di leher masing-masing. "Oke... Kalian tau kenapa saya panggil?" Tanyanya pada keempat mahasiswa baru yang berjejer dihadapannya.
"Nggak tau, Kang." Jawab Rasi, satu dari dua cewek yang berdiri. Rasi ini walaupun cewek, kadar rasa takut dan kepekaannya sama seperti Tares, cowok tinggi, berkulit putih yang berdiri di sebelahnya. Sama-sama rendah. Berbeda dengan Tetha, cewek yang berdiri sebelah kanannya dan Rion, cowok yang berdiri dekat Tetha.
"Satu, empat hari ini kalian langgangan telat. Dua, kalian paling banyak bikin masalah diantara yang lain dan lo!" Tunjuk Kakak tingkat bernama lengkap Darda Palapa Arya yang biasa di panggil Kang Darda oleh panitia Ospek lain itu. "Bisa-bisanya nyemil Slay Olay pas renungan?!"
"Maaf, Kak!" Tetha tertunduk lemah.
"Gue nggak butuh maaf. Dan lo!" Tunjuknya dengan dagu, kali ini pada Rion. "Lima kali lo kepergok molor waktu pemberian materi. Emang ini kampus nenek moyang lo?"
Rion hanya diam. Walau sebenarnya ucapan Darda tadi ada benarnya. Kakek buyutnya Rion memang salah satu pendiri kampus ini dan sekarang Rektor kampus ini adalah kakeknya. Rion bisa saja mengatakan hal itu pada Darda sekarang tapi Rion bukan tipe orang seperti itu. Rion bukan tukang pamer. Sudah bawaan dari oroknya begitu.
"Lo dan lo!" Kali ini giliran Tares dan Rasi yang Darda tunjuk. "Temen-temen gue keganggu sama muka songong lo berdua. Jangan mentang-mentang bule, lo berdua jadi nggak ada sopan-sopannya sama kita-kita!"
"Emang bawaan muka saya gini, Kang. Saya nggak-"
"Bacot! Siapa suruh lo jawab?!" Potong Darda. "Mulai sekarang kalian berempat sampai Ospek selesai, duduknya pisah dari yang lain. Di paling belakang, deket tempat duduk panitia. Besok, bawa papan nama meja dari karton item, bikin yang gede! Tulisannya... hmm.." Darda berpikir sejenak, "Rasi Gemintang, Tetha, Orion, Antares? Ckckck... nama aja pada bagus ada unsur bintangnya, kelakuan pada minus..." ucap Darda tepat di depan muka Rion.
Darda menjauhkan wajahnya, berbalik seperti sedang berpikir. "Ah," dia menjentikan jarinya tiba-tiba membuat Tetha tersentak sampai mengusap dadanya, "Perusuh Rasi Bintang!" Darda kembali berbalik menghadap mereka, "tulis itu di papan nama meja kalian besok! Selama Ospek, panggilan kalian, Perusuh Rasi Bintang."
Itulah awal mula Perusuh Rasi Bintang saling mengenal. Awal mula mereka dekat. Awal mula mereka dikenal sepenjuru kampus. Awal mula Rion tidak keberatan jadi pusat perhatian. Juga awal dari semua kerumitan yang akan terjadi nanti.
Tidak terasa sekarang sudah tahun kedua sejak kejadian itu. Perusuh Rasi Bintang sudah semester empat, sudah jadi kakak tingkat.
"Yon... makan yuk, laper!" Ujar Tetha sesaat setelah keluar dari kelas.
Perusuh Rasi Bintang memang terbagi dua jurusan. Tetha dan Rion sama-sama mengambil Manajemen Bisnis sementara Tares dan Rasi mengambil Ilmu Komunikasi.
"Baru keluar lima detik dari kelas padahal loh, Ta."
"Namanya juga laper. Mana ada yang bisa tahan." Kilahnya.
"Gue bisa."
"Gue kan nggak bisa." Balas Tetha nggak mau kalah.
"Hhh.... yaudah. Mau makan dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi (Hug Me)
General Fiction(Completed) Tidak semua yang singgah dalam hidup ditakdirkan untuk tetap tinggal. Ada yang memang singgah untuk memberi pelajaran hidup melalui cinta dan rasa sakit, ada yang singgah mengenalkan pilu juga rasa bahagia, ada pula yang singgah untuk se...