“There we were, sitting quietly on the edge of the world, and no one could see us. I just wanted to stay this way forever. I knew that was impossible – our life here was just a momentary illusion, and someday reality would yank us back to the world we came from.” - Haruki Murakami
***
Banyak yang menyamakan luka hati dengan luka fisik. Cara mengobatinya pun mereka pikir sama. Padahal keduanya berbeda. Luka fisik kasat mata, sementara luka hati sebaliknya. Orang lain bisa dengan mudah menemukan luka fisikmu sementara luka hati hanya bisa dirimu sendiri yang merasakan. Orang lain bisa melihat seberapa parah luka fisikmu, sementara luka hati parahnya hanya dapat dilihat sendiri. Maka salah menyamakan mengobati luka hati dengan luka fisik.
Luka fisik mungkin bisa diobati dengan bantuan orang lain. Tapi luka hati tentu hanya dirimu sendiri yang dapat mengobatinya. Jika memaksakan diobati orang lain, jangan heran jika nanti rasa sakit itu akan kembali terasa dan saat si penyebab luka hati itu kembali ada, luka itu akan kembali menganga.
Karena nyatanya luka hati itu tetap ada. Dia yang dikira bisa mengobati ternyata tidak mampu. Rasa sakitnya selama ini hanya mampu dia samarkan, tidak bisa dia sembuhkan.
Seperti yang terjadi pada Rasi dan Tares.
"Can I kiss you?" Bisik Tares pelan, mengusap lembut wajah Tetha.
Permukaan bibir tipis Tetha yang menyentuh permukaan bibir tipisnya adalah jawaban yang Tares dapatkan. Disertai ragu dengan jatuhnya air mata dari kedua matanya. Setelah itu, Tetha membiarkan Tares membalas ciumannya.
Anehnya, dibalik rasa sakit, marah dan kecewa pada diri yang Tetha rasakan, Tetha merasakan juga berbagai rasa kebalikan dari rasa-rasa itu. Tetha bisa merasakan bahagia juga lega yang perlahan bisa mengusir ketiga rasa yang sebelumnya Tetha rasakan.
Tanpa disadarinya, Tetha melingkarkan tangannya pada leher Tares, mengikuti perintah Tares dari bahasa tubuhnya dengan perlahan berbaring di lantai sebelum Tares memisahkan bibir mereka, menatap lekat-lekat setiap inci wajah Tetha dengan nafas menderu, lalu kembali menyatukan bibir mereka.
Tetha membiarkan bibir Tares terus turun menyusuri lehernya tapi seketika meminta Tares berhenti dengan menahan tangannya saat Tares menyentuh yang seharusnya tidak Tares sentuh.
Tares memisahkan lagi bibir mereka, merasa menyesal. "Maaf, Tha." Bisiknya.
Keduanya berakhir saling berpelukan, memejam erat kedua mata, berusaha percaya jika semua yang terjadi barusan adalah nyata.
"Res?" Tetha memecah sunyi.
"Hmm?"
"Dingin, tidur di kasur yuk?" Tares tekekeh, bangun terlebih dahulu lalu membawa Tetha ke atas tempat tidur dengan menggendongnya sebelum kemudian memeluknya, "perasaan gue campur aduk sekarang, Res. Sampai gue bingung menamai perasaan ini apa.
Tares mengecup puncak kepala Tetha, mengeratkan pelukannya. "Sama, Tha... tapi gue bisa menamai satu perasaan itu."
![](https://img.wattpad.com/cover/165866038-288-k614948.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi (Hug Me)
Художественная проза(Completed) Tidak semua yang singgah dalam hidup ditakdirkan untuk tetap tinggal. Ada yang memang singgah untuk memberi pelajaran hidup melalui cinta dan rasa sakit, ada yang singgah mengenalkan pilu juga rasa bahagia, ada pula yang singgah untuk se...