***
"One of the hardest things to deal with is being secretly in love with your best friend." - anonymous"Res?" Suara Mama menyambutnya saat Tares masuk ke dalam rumah. Mama lagi di ruang tengah, duduk di sofa, sepertinya sedang menonton TV, karena TV menyala. "Udah makan, Nak?" Tanya Mama pada Tares.
Tares menghentikan langkahnya, "Udah tadi di rumah Rasi." Jawabnya bohong. Tares tidak lapar. Mood Tares lagi jelek. Ia sedang tidak ingin berbasa basi dengan Mamanya, ingin segera ke kamar saja rasanya.
Ada yang tidak biasa menyambut kepulangan Tares malam ini. Pertama, lampu ruang tengah menyala, biasanya Tares akan menyusuri kegelapan menuju kamarnya. Kedua, ada Mama di rumah. Percayalah malam ini pertama kalinya Tares bertemu Mama lagi setelah tiga bulan lamanya, menemukan Mama di rumah merupakan pemandangan asing, karena Mama memang tinggal di rumah dinasnya yang lebih dekat dengan tempat kerjanya. Ketiga, Mama menanyakan Tares sudah makan apa belum, tidak 'dari mana kamu?' Seperti biasanya.
"Gimana sakit perutnya?" Suaranya terdengar khawatir. Apa mungkin Mama sengaja pulang karena ingin tahu keadaan Tares?
"Baikan."
"Diagnosis dokter apa?"
"Diare."
"Oh." Sadar jawaban anaknya seperti tidak ingin berbincang dengannya, Mama beranjak dari sofa, mendekat menuju Tares sebelum mengusap kepalanya lalu mengecup pipinya. "Then, good night, Sayang."
"Good night, Ma."
Tares pun berlalu menuju kamarnya. Meninggalkan Mama di ruang tengah yang masih menatap rindu punggung anaknya yang semakin mengecil.
Mama kangen kamu, sayang. Kapan kita bisa ngobrol biasa lagi, kayak dulu?
***
Sesampainya di kamar, Tares menghempas tubuhnya ke atas tempat tidur lalu kemudian menatap kosong langit-langit kamar, teringat kejadian tadi yang ia sesali.
"Bentar aja. Gue mau kayak gini dulu."
Dalam pikirannya Antares Aradhana terbagi dua; Antares yang ingin Tetha tahu perasaannya dan Antares yang takut kehilangan Tetha jika mengatakannya.
Beberapa detik berselang, Antares yang ingin Tetha tahu perasaannya kalah telak oleh Antares yang takut kehilangan Tetha jika mengatakannya.
Terus sekarang gimana? Pikir Tares tiga puluh menit yang lalu disaat ingin keluar dari suasana canggung itu. Dan hal terbodoh yang melintas dipikirannya, ia lakukan.
"Tangan lo masih bau butter hehehe..."
Seketika rasa yang membuat dada Tetha sesak nggak karuan hilang. Tetha membuang nafas berat lalu terkekeh.
"Masa sih?" Dia mencium tangannya dengan heran, "ah, enggak. Wangi sabun cuci tangan malah.
"Iya gitu?" Tares menciumi tangan Tetha lagi, "nih masih ada bau butter-nya." Yakinnya pada Tetha.
Tetha bingung dengan sikap aneh Tares ini, tapi ya sudah lah, Bira pasti sedang menuggunya. "Iya deh, iya." Tetha pun keluar dari mobil lalu mengucapkan, "Daah, Tares. Makasih ya." Seperti biasanya sebelum masuk ke dalam rumah.
Setelah pagar rumah Tetha tertutup. Tares mematung dalam mobil, menunduk pada kemudi, menyesal. Berani-beraninya ia memikirkan pikiran aneh itu.
Bodoh! Makinya pada diri sendiri. Lo emang bodoh, Res.

KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi (Hug Me)
Ficción General(Completed) Tidak semua yang singgah dalam hidup ditakdirkan untuk tetap tinggal. Ada yang memang singgah untuk memberi pelajaran hidup melalui cinta dan rasa sakit, ada yang singgah mengenalkan pilu juga rasa bahagia, ada pula yang singgah untuk se...