35. Pernah Kita

3.2K 493 59
                                    

Kita kira kita rumah untuk satu sama lain, nyatanya kita rumah untuk orang lain.

Kita kira kita rumah untuk satu sama lain, nyatanya kita rumah untuk orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya hari ini menjadi salah satu hari bahagia bagi Tetha dan Rion. Seharusnya hari ini mereka bisa tulus tersenyum, tertawa, tidak berpura-pura, benar-benar bahagia seperti seisi ruangan ballroom hotel Endah Parahyangan ini. Iya, seharusnya mereka lah yang paling berbahagia dari orang-orang yang memadati ballroom hotel ini.

Namun, Rion dan Tetha malah menjadi yang paling bersedih dalam ruangan ini. Mereka merasa sangat bersalah dan jahat telah berhasil membohongi seisi ballroom, berpura-pura menjadi pasangan berbahagia yang siap melangkah ke tahap lebih serius dalam hubungan mereka, padahal nyatanya mereka benar-benar telah berakhir dua minggu yang lalu di Paris.

"Kita jahat, Yon." Gumam Tetha pelan tanpa menatapnya.

Rion yang berdiri di sampingnya tidak mengatakan apapun hanya membawa tangan kecil Tetha dari samping tubuhnya lalu menggenggamnya erat.

Seharusnya acara lamaran ini memang tidak pernah ada jika saja malam itu, dua malam setelah mereka kembali dari Paris, mereka berhasil mengatakan yang sebenarnya terjadi pada orang tua mereka. Tapi Tetha merusak semuanya setelah mereka berhasil mengumpulkan orang tua mereka dalam satu meja makan disebuah restoran malam itu.

Saat Maminya Rion bertanya, "wah, ada apa nih kita sampai diajak dinner segala kayak gini?"

Tetha malah menjawab, "pengen ngajak Mami, Papi, dan Ibu makan diluar aja..." Tetha balas menatap Rion yang menatapnya penuh tanya, "kayaknya kita belum pernah makan diluar bareng-bareng."

Tidak Tetha sangka, jujur ternyata bisa berat dilakukan bila akibatnya menyakiti orang-orang yang paling disayang.

Saat mengantar Tetha dan ibunya pulang ke rumah lalu memastikan Ibunya Tetha istirahat di kamar, keduanya pun berbicara serius dalam mobil Rion.

"Aku nggak nyangka ternyata nggak segampang yang aku bayangin... Berat ya ternyata, Yon." Buka Tetha, "tadi pas nunggu kamu dan papi datang, mami dan ibu asik ngobrol bahas persiapan acara lamaran. Denger suara mereka yang kayaknya bahagia banget juga raut wajah dan binar mata mereka, seketika keinginan buat jujur ilang gitu aja. Akhirnya aku ngerti rasa khawatir dan nggak tega yang selama ini kamu rasain. Tadi tiba-tiba aja aku rasain semuanya." Tetha menoleh menatap Rion, air matanya jatuh beriringan. "Berat ya ternyata... Aku nggak bisa liat mereka sedih."

Rion mengusap air mata dari wajah Tetha dengan punggung tangannya. "Aku ngerti, By."

Tetha menungkup wajahnya, menunduk. "Kita harus gimana sekarang, Yon? Harus gimana? Aku bingung."

"Kalo misalnya acara lamaran itu tetep ada, gimana?"

Tetha menghapus air matanya, menghadap Rion. Ia bingung.

"Tadi kamu denger kan, waktu mami bilang persiapannya udah 90%? Itu artinya segala sesuatunya udah siap. Keluarga besar kamu dan aku pasti udah tau soal acara lamaran ini dari Mami dan ibu kamu."

Konstelasi (Hug Me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang