"Dua rasa yang membuat buta, cemburu dan marah."
***
Tares pikir lebih baik membawa Rasi kembali ke kelas. Tares tidak butuh obat sakit perutnya lagi. Sakit perutnya seketika sembuh akibat kejadian tadi. Tares juga mendengar apa yang Rasi dengar. Bedanya Tares bisa mengerti alasan Rion dan Tetha mengaku pacaran pada Darda, tapi Tares tahu Rasi tidak.
Tiga puluh menit berlalu, kelas pun selesai. Tares dan Rasi segera menuju parkiran untuk pulang. Rion dan Tetha sudah tidak ada di sana.
Selama berada di kelas sejak Rasi meminta Tares menjadi pacarnya, sampai dalam perjalanan menuju rumah Rasi bahkan sekarang ketika mobil Tares sudah terparkir di depan rumah Rasi, baik Tares maupun Rasi belum saling bicara.
Lima menit berlalu, keduanya masih betah dalam mobil, saling diam sampai Rasi memulai bicara.
"Lo masih inget 'kan kejadian setahun yang lalu?" Tares menyenderkan punggungnya menghela nafas. Tares tahu Rasi pasti akan membahas kejadian itu.
"Kejadiannya sama persis kayak tadi loh, Res. "Lanjut Rasi, "Rion, gue, Sandyㅡmantannya Rasi. Rion, Tetha, Darda... Waktu itu, gue sama kayak Tetha udah muak banget sama Sandy. Lihat mukanya aja males, apalagi ngobrol. Sama aja kayak tadi Tetha ke Darda. Tapi dulu Rion lebih milih pergi saat gue cuma minta dia ngaku jadi pacar gue ke Sandy. Rion bilang, 'lebih baik diselesaikan secepatnya, Ras, jangan dihindari.' Rion ninggalin gue gitu aja sama manusia brengsek itu sampai akhirnya gue minta lo dateng. Inget 'kan lo?"
Tares hanya menunduk memilih tidak menjawab.
"Gue seneng tadi Rion nggak ngelakuin hal yang sama ke Tetha kayak yang dia lakuin ke gue. Gue seneng dia ngelindungin Tetha depan Darda... tapi gimana ya-" Rasi tertawa pahit. "Gue iri? Kayak, kenapa ya Rion nggak ngelakuin hal yang sama ke gue?"
"Terus hubungannya minta gue jadi pacar lo apa?"
"Lo juga denger tadi kan? Rion kayak spontan ngaku ke Darda, dia pacarnya Tetha. Tanpa Tetha minta. Lo pikir itu karena apa? Gue nggak bisa berpikir alasan lain, selain karena Rion suka sama Tetha beneran. They broke the rule, Res. Kenapa kita enggak?"
"They?"
Rasi tertawa mendengarnya, membuat Tares bingung. "Tares, Tares... Lo nggak pernah ngerasa gitu, selama ini Tetha juga punya perasaan yang sama ke Rion?"
Tares diam.
Hal yang selama ini selalu Tares sangkal, dibenarkan oleh Rasi.
Tares jadi flashback menuju kejadian 6 bulan yang lalu, saat Tetha menghubunginya tengah malam minta diantar ke Instalasi Gawat Darurat rumah sakit dekat kampus setelah teman futsalnya Rion mengabarkan Rion cedera saat main futsal. Sepanjang perjalanan Tetha tidak berhenti menangis padahal teman futsalnya Rion sendiri bilang untuk tidak khawatir karena Rion hanya keseleo. Rion meminta Tetha datang karena dompet yang berisi ATM untuk bayar tagihan rumah sakit tertinggal di rumah Tetha karena keluarganya sedang di Jakarta untuk acara pernikahan sepupunya. Malam itu Tetha menolak pulang dan berakhir menginap di rumah sakit karena katanya khawatir, padahal kata dokter jaga IGD paginya Rion sudah boleh pulang, bisa rawat jalan.
Tares jadi teringat hal-hal yang selama ini mengganggu pikirannya. Tetha yang tidak pernah menolak setiap Rion memegang tangannya, tapi selalu menolak jika Tares yang menggenggamnya. Tetha yang pasti memeluk Rion balik, setiap Rion memeluknya, tapi Tetha tidak pernah memeluk balik dirinya. Tetha yang menginjinkan Rion menginap di rumahnya beberapa kali setiap selesai membantu Ibunya bikin kue tapi selalu menyuruh Tares pulang setiap Tares ingin menginap karena katanya rumahnya dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Konstelasi (Hug Me)
General Fiction(Completed) Tidak semua yang singgah dalam hidup ditakdirkan untuk tetap tinggal. Ada yang memang singgah untuk memberi pelajaran hidup melalui cinta dan rasa sakit, ada yang singgah mengenalkan pilu juga rasa bahagia, ada pula yang singgah untuk se...