[POB] Part 1

42.8K 1.5K 146
                                    


Seorang gadis berlari tergesa-gesa di koridor sekolah. Sesekali ia menabrak siswa lainnya karena ia berjalan dengan pikiran tak karuan. Gadis itu mengumpat dalam hati, mengapa ia terlalu asyik mengobrol hingga ia melupakan tanggung jawabnya sendiri.
Setelah sampai di gerbang sekolah, Tasya celingukan mencari angkutan umum. Sial! Saat ini belum ada satu angkutan umum pun yang ngetem.

GULUDUGG..!!

Tasya menengadah melihat langit yang kini berwarna gelap. Tetesan air hujan perlahan-lahan turun, membasahi apa saja yang ada di bumi. Tanpa fikir panjang, gadis itu berlari mencari tempat untuk melindungi dirinya dari basahnya hujan. Dia memilih toko yang sudah ditutup oleh pemiliknya, sebagai tempat untuknya berteduh.

Tasya menyaksikan derasnya hujan, pikirannya melayang ke masa lalu. Hujan telah menjadi saksi, dari awal ia merasakan yang namanya penderitaan. Hujan telah menjadi saksi, bagaimana sakitnya kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Hujan juga telah menjadi saksi, dimana ia mulai merasa kesepian.

Gadis itu menghela napas panjang, memikirkan itu semua membuat dadanya sesak. Ingatan-ingatan kelam itu segera ia tepis, berharap tak akan pernah lagi diingatnya.

“Cha!” sapaan seseorang membuyarkan lamunan Tasya.

“Lagi ngapain lo?” tanya Alby yang mengenakan jas hujan. Dia menepikan motornya di dekat toko itu.

“Lo kira gue lagi apa?” balik tanya Tasya.
“Lagi neduh” jawab Alby polos.

“Nah itu lo tau kenapa lo tanya” Ucap Tasya sambil menoyor kepala Alby.

Alby hanya mendengus kesal atas tindakan Tasya yang menoyor kepalanya.

“Acha.. Acha.. jadi cewek jangan temperamen, pantesan lo sampe sekarang ngejones mulu” ucap Alby dengan tertawa kecil.

Tasya mencubit lengan Alby, hingga membuat cowok itu meringis.

“Alby.. Alby.. jadi cowok jangan bego, pantesan lo suka dimarahin guru mulu” ejek Tasya menirukan gaya bicara Alby.

“Hiliihh... Kimvrit..” dengus Alby yang hampir tak terdengar Tasya.

“Hah? Apa lo bilang??”

“Apa? Gue gak ngomong apa-apa kok”
“Berani bohong, gue gigit lo!” ancam Tasya sambil memamerkan deretan giginya dengan gaya vampir.

“Nggak kok, lo salah denger kali Cha!” elak Alby.

Alby menghembuskan nafasnya lega, karena Tasya percaya akan omongannya. Pasalnya, Tasya itu seorang cewek yang temperamen apalagi kepada cowok. Dia tak segan-segan memukul, mencubit maupun menggigit cowok yang berani mengusik kedamaiannya. Apalagi jika ia sudah benar-benar marah terlewat batas, Tasya pasti akan menjelma menjadi psycopat yang dengan brutal menghabisi mangsanya. Mungkin saja cewek itu mempunyai keahlian untuk menjadi seorang calon psycopat.

“Cha, kapan lo mau jenguk anak panti lagi? Bu Siti bilang ke gue, katanya anak panti nanyain lo mulu”

Raut wajah Tasya menjadi sendu, kemudian gadis itu nampak sedang berpikir.
“Mm.. kayaknya gue gak bisa ke panti sekarang-sekarang”

Alby mengernyit heran, “Kenapa?”

“SPP sekolah gue 3 bulan belom bayar. Kayaknya gue mau cari kerja tambahan”

Alby hanya mengangguk sebagai respon. Jika dia bisa, pasti dirinya sudah membantu Tasya yang notabene nya adalah sahabat kecil . Namun apalah daya, Alby hanya seorang anak panti asuhan yang hidup dalam belas kasihan orang lain sama seperti Tasya.

“Lagian kenapa lo pergi dari panti sih, Cha? Kalo lo masih di panti, mungkin bu Siti bakal cari jalan keluar buat masalah SPP”

Tasya tersenyum, “Hmm, gue cuman mau hidup mandiri, Al”

Sebenarnya, Tasya memutuskan keluar dari panti sejak 5 bulan yang lalu. Berat hati yang dirasakan Tasya saat pergi dari satu-satunya keluarga yang ia miliki. Keluarga yang merasakan sedih bersama saat tak ada sumbangan dari donatur yang memberi mereka makan sehari-hari, merasakan bahagia bersama saat mendapat sesuap nasi untuk menyambung hidup. Semua dilalui bersama.

Bukan tanpa alasan Tasya memutuskan pergi dan hidup mandiri. Ia hanya ingin meringankan sedikit beban panti dan beban pikiran bu Siti (pengurus panti). Sedih dirasakannya, saat melihat tangisan anak panti yang ingin sepatu baru tapi tak bisa didapatkan karena uang itu untuk biaya SPP sekolah Tasya. Sejak saat itu, Tasya yang baru menduduki bangku kelas XI itu, mulai mengontrak di rumah kontrakan yang sangat sederhana. Ia juga mulai bekerja paruh waktu untuk membiayai segala keperluan hidupnya.

“Hujan nya udah berenti, Cha.” Sahut Alby membuyarkan lamunan Tasya.

“Hm”

“Ya udah, gue duluan ya Cha” pamit Alby.

“Eittss,, enak aja main kabur” cegah Tasya sambil menarik upluk jas hujan yang di kenakan Alby, Alby terlihat seperti kucing yang mau dibuang.

“Kejam lo Cha! Udah temperamen, gue juga diperlakuin kayak anak kucing” sinis Alby.

Tasya terkekeh dengan pengaduan Alby yang terkesan lucu.
“Ya habisnya enak aja lo main kabur”

“Trus gue harus gimana? Gue harus cium tangan lo dulu gitu? Trus minta doa restu lo biar gue selamet di jalan? Atau gue harus bersujud dulu biar lo ngerestuin gue pulang?” sewot Alby panjang lebar.

Tasya menampar pelan pipi Alby, “Ya biasa aja keles, sewot mulu lo”
“Anterin gue ke tempat kerja!” titah Tasya bak seorang raja.

“Enak aja, lo pikir gue gojek?”

“Kalo gak, liat aja! Gue bakal gigit lo sampe mati!” ancam Tasya dengan menajamkan tatapannya.

Mau tak mau Alby harus menuruti keinginan Tasya. Ralat. Perintah Tasya. Karena jika tidak, kedamaian hidupnya akan benar-benar lenyap jika Tasya sudah memutuskan untuk balas dendam.

“Kampret lo! Buruan naek!”

Di sisi lain..

“Bos, dia pergi sama sahabatnya” lapor seorang pria bertubuh kekar dengan menggunakan pakaian serba hitam pada bos nya.

“Laki-laki atau perempuan?”

“Laki-laki bos”

Seorang pria di sebrang sana mendengus kesal.

“Sial!” Umpatnya.

“Denger, lo terus ikutin kemanapun dia pergi. Dan lo harus selalu lapor ke gue sama siapa aja dia deket!” titahnya.

“Cari informasi tentang dia! Sampe yang privasi sekalipun!!” Lanjutnya.

“Siap bos!”

~~~

See you next part.

Mohon dukungannya! jangan lupa, tekan tombol bintang 🌟

#Grasindostoryinc

Salam hangat,

Tzia. Zhayen

Possessive and Overprotective Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang