Ketika bel istirahat istirahat berbunyi, bagi siswa SMA Budi Bhakti itu seperti alunan lagu indah yang menyelamatkan mereka dari belitan rumus dan teori yang diberikan guru di kelas.
Kantin, adalah surga sesaat.
Tempat mereka mendinginkan otak setelah bekerja sampai mengebul bak kereta api selama berjam-jam."Tugas kimia udah belom, Sya?" Tanya Inggrid yang kini memasukan sedotan es jeruk ke mulutnya.
"Udah dong. Meskipun bukan anggota OSIS, gue kan murid teladan" ucap Tasya bangga.
Inggrid menoyor kepala Tasya pelan, "Emang anggota OSIS doang yang bisa jadi murid teladan?"
"Hehe, enggak sih. Tapi kan biasanya gitu." Cengenges Tasya.
Inggrid memutar bola matanya malas.
"Heleh. Tapi bagus sih, nanti gue liat ya."Tasya memutar bola matanya jengah
"Sudah ku duga."
Inggrid hanya cengengesan sambil garuk-garuk kepala."Eh, gimana si Rangga, Sya?"
"Ya, gitu." ucap Tasya seadanya.
Jika sudah berhubungan dengan Rangga, Tasya jadi malas bicara. Karena, sejak Rangga suka antar jemput sekolah, Tasya selalu dikepoi oleh siswi-siswi Budi Bhakti.
Tak lama, seorang cowok berbadan sedikit gendut datang membawa bubur pesanan mereka. Ia duduk di kursi samping Tasya.
"Makasih ya, Al." ucap Tasya dan Inggrid bersamaan.
Tasya mengaduk buburnya, kemudian beralih pada Alby disampingnya.
"Lo gak makan sama temen lo?" Tanya Tasya, arah pandangnya tertuju pada kumpulan cowok teman sekelas Alby yang sedang asyik bercanda ria."Nggak." jawab Alby singkat. Setelah itu ia melanjutkan makannya dengan lahap.
"Kenapa?"
"Mau sama lo aja."
Tasya mengernyitkan dahinya, "Tumben, kangen sama gue?"
Kemudian terkekeh sambil melemparkan kerupuk ke muka Alby.Alby mencomot kerupuk yang dilemparkan Tasya, kemudian memakannya.
"Ya habis, sekarang lo jadi sibuk.""Jarang ke panti lagi." lanjut Alby, membuat raut wajah Tasya berubah. Inggrid tak ikut nimbrung dalam pembicaraan itu, ia sibuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.
Memang sejak adanya Rangga, Tasya jadi jarang berkunjung ke panti. Rasanya tak enak, ia seperti kacang lupa kulitnya.
Tapi, mau bagaimana lagi. Setelah pulang sekolah ia harus bekerja di minimarket sampai larut malam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika waktu libur, Rangga akan memaksa membawanya jalan-jalan, dan tidak bisa ditolak.
"Maaf." Sesal Tasya.
"Hm, gapapa kok. Gue juga ngerti." Alby menepuk pundak Tasya, terseyum ramah kemudian pamit menuju meja teman-temannya.
"Eh, lo tau gak, Sya?" Tanya Inggrid setelah Alby berlalu.
"Apa?"
"Boyband Wanna One mau bubar bulan Desember kan?"
"Tau lah." jawab Tasya acuh sambil terus memasukkan bubur ke mulutnya. Sedetik kemudian Tasya sadar.
"Kenapa malah diingetin 😭" rengek Tasya, membuat seisi kantin melihat heran ke arahnya.
Inggrid hanya bisa garuk-garuk kepala melihat kelakuan sahabatnya. Ia sudah biasa, Tasya akan sensitif jika menyangkut idolanya.
"Dasar kpopers!" gumam Inggrid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive and Overprotective Boy [END]
Fiksi Remaja"Ngefans kok sama plastik." "Apa lo bilang?! Dasar wibu psikopat! suka kok sama cewek 2D!!!" "Siapa bilang gue suka sama cewek 2D? gue sukanya sama lo." Bagaimana rasanya ketika kamu diculik seorang cowok ganteng tak dikenal kemudian dikekang dan di...