[POB] Part 4

18K 1.2K 50
                                    

Hari telah berganti menjadi malam. Sejak siang, Tasya rasanya menjadi gila saja dengan perlakuan Rangga terhadapnya. Rangga belum memperbolehkan Tasya pulang, karena Rangga ingin tidur ditemani oleh Tasya. Jangan kira gadis itu akan menurut begitu saja, sempat terjadi perdebatan. Tapi, bukan namanya Rangga bisa menjinakkan Tasya.

Dengan ogah-ogahan, Tasya mengelus-elus rambut cowok yang tangannya melingkari perutnya dan terkesan posesif. Saking posesifnya, sampai-sampai Tasya merasa ada ular yang melilitnya dan hendak memakannya.

Tasya melihat wajah polos tanpa ekspresi Rangga yang sedang tidur,  dengan jarak hanya 10 cm dari wajahnya. Tasya bukanlah orang munafik, ia mengakui kalau cowok di hadapannya ini memang mempunyai kegantengan di atas rata-rata. Kulitnya yang putih susu, hidung yang tegak mancung, alis hitam tebal, bentuk mata elang dan lensa hitam legam, bibir yang tipis, rahangnya kokoh, dan gaya rambut yang semakin menambah kesan keren.

Tapi, bukan berarti Tasya suka. Tasya adalah tipikal cewek yang susah sekali jatuh cinta. Ditambah, ia sulit mempercayakan hatinya kepada seorang cowok. Ini artinya, Rangga harus berusaha keras untuk membuat Tasya jatuh cinta padanya. Bukan hanya modal tampang, tapi modal perhatian pun tak boleh Rangga lewatkan.

Ting!

Tasya punya ide yang cemerlang! Berhubung Rangga sudah tidur kenapa ia tak kabur saja dari sini?

Tapi... Lewat pintu tidak akan mungkin! Karena pintu apartemen Rangga hanya bisa dibuka jika dengan sidik jari Rangga atau  ia mengetahui pin nya. Lewat jendela balkon? Tapi bagaimana Tasya bisa turun dari lantai 3? Tidak mungkin kan ia harus rela mengorbankan tulang kakinya untuk loncat?!

Gadis itu mengibas-ibaskan tangannya di depan wajah polos Rangga, memastikan apakah Rangga sudah lelap tertidur. Sepertinya aman!

Dia kemudian pelan-pelan mulai melepaskan tangan Rangga yang melilit di tubuhnya. Berhasil! Rangga masih tidur saat ini. Perlahan gadis itu bangkit dari posisinya menjadi terduduk. Kali ini dia harus melepaskan kedua kakinya yang ditindih kaki panjang Rangga. Dengan langkah yang sangat hati-hati, Tasya melepaskan kakinya dari tindihan Rangga. Ya! Akhirnya ia bisa bebas dari lilitan si cowok aneh itu.

Kemudian Tasya turun dari ranjang yang bergambar Naruto itu. Dengan langkah pelan dan hati-hatii, Tasya membuka jendela balkon.
"Acha!"

Deg
Mampus!!

Dengan mental yang sangat tinggi, Tasya berbalik seratus delapan puluh derajat menghadap Rangga. Dan..

Cowok itu masih tertidur pulas, ternyata tadi Rangga hanya mengigau. Tasya bernapas lega. Sungguh ia merasa bagaikan tahanan yang diam-diam kabur. Dan memang benar, Tasya adalah tahanan, tahanan Rangga.

Tasya melihat ada buku dan pulpen di atas meja belajar yang didominasi oleh barang koleksi anime. Ia punya ide, agar ketika Rangga menyadari Tasya kabur, Rangga akan semakin kesal dibuatnya.

Tasya meraih buku, lalu menyobeknya menjadi selembar kertas. Kemudian ia meraih bolpoin bergambar one piece. Bolpoin yang ada di tangannya mulai menari-nari di atas kertas. Setelah dirasa cukup, Tasya tersenyum puas kemudian meletakkan di atas nakas pinggir ranjang Rangga.

Tak membuang waktu lagi, Tasya segera menuju balkon, untung saja Rangga tak mengunci pintu balkon jadi Tasya bisa mudah untuk keluar. Gadis itu melirik jam tangan putih yang melingkar di lengan kirinya, 24.00. Pantas saja keadaan sekitar komplek apartemen begitu sepi, hanya pos satpam yang masih terlihat berjaga. Tasya bingung, bagaimana caranya ia bisa turun dari sini? Pandangan gadis itu menyusuri setiap sudut mencari sesuatu yang mungkin bisa berguna untuk pelarian ini.

Tangga?

Pandangan Tasya tertuju pada tangga kayu di balkon apartemen lantai 2. Tapi, bagaimana caranya ia bisa turun ke sana? Tasya tak bisa memikirkan cara yang aman, sementara ia takut Rangga akan segera bangun.

Possessive and Overprotective Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang