Tasya hanya bisa mengumpat pada dirinya sendiri ketika ia lupa meninggalkan kotak bekal makanan di meja dapur. Gagal sudah dirinya menabung menyisakan bekal untuk membeli sebuah album boyband KPop yang baru-baru ini naik daun.
Masalahnya adalah, harga makanan di kantin Galaxy yang membuat jiwa kemissquenan Tasya terpanggil dan menjerit. Harga mie ayam disini Rp. 25.000,00 sedangkan Tasya suka beli di pinggir jalan dengan harga Rp. 10.000,00.
Mungkin bagi sebagian orang lima belas ribu bukanlah uang yang terlalu besar. Tapi lain dengan Tasya, lima belas ribu bagaikan satu hari penuh menahan perihnya lapar hanya demi celengan untuk kebutuhan K-Stuff nya. Jika Tasya tak punya malu, ia akan membawa handbanner dan berdemo meminta turun harga pada pak Kurdi si penjual mie ayam.
Sudahlah, percuma Tasya berkhayal ini itu tapi yang ia lakukan akhirnya adalah membayar, dengan kerugian lima belas ribunya.
Tasya masih memandang tak rela uang dua puluh lima ribu yang telah dimasukan Pak Kurdi ke dalam sakunya.
"Heh!" Arnaf membuyarkannya dari lamunan. "Ikhlasin aja napa," kekehnya di akhir kalimat.
Tasya mengerjap, kemudian memandang tak suka Arnaf.
"Gue perpus dulu, mau ikut?"
Tasya bergidik, "Gak, makasih, gausah repot-repot kalo urusan perpus." Usirnya halus.
"Oke."
Dengan penyesalan uang lima belas ribu, Tasya meninggalkan kantin. Ia menunduk sambil mengira berapa uang yang sudah ia kumpulkan dalam celengannya.
"Seratus lima puluh lima ribu, ditambah yang kemaren dua puluh ribu, jadi... Aww.."
Semua mata mengarah pada Tasya yang tiba-tiba menjerit, namun bukan itu yang menjadi pusat perhatiannya. Melainkan jas almamater Lizzy yang penuh noda jus alpukat gara-gara Tasya yang tak sengaja menabrak nya. Tasya kelabakan, ia cepat-cepat mengambil sapu tangan yang ada di sakunya kemudian bergerak membersihkan kotoran di jas almamater Lizzy.
"Maaf, gue gak sengaja." Sesal Tasya dengan tangan sibuk membersihkan.
Lizzy diam menggeram, ia mendorong tubuh Tasya keras hingga hampir terjungkal.
"Lo punya mata gak sih?" Teriak Lizzy di seluruh kantin.
Semua orang diam, suasana kantin yang ramai tiba-tiba berubah hening. Siswa Galaxy tak ada yang berani berkutik, semua diam seperti patung hidup yang sedang menonton. Bahkan para pedagang sekalipun, mereka lebih memilih bersikap bodo amat daripada ikut campur yang akan beresiko dikeluarkan dari kantin Galaxy.
Tasya kalut, kali ini dia yang salah. Tasya yang menabraknya, Tasya akui itu. Suasana ini, pusat perhatian, adalah hal yang paling Tasya benci. Siapa saja, Tasya mohon, keluarkan dia dari situasi ini.
"Ma-maaf, sumpah gue gak sengaja. Sini biar gue bersihin jas nya," Gadis itu berusaha bernego, berharap Lizzy menyetujui.
"Enaknya diapain nih?" Celetuk seorang perempuan dengan bibir paling merah, dia menyeringai senang, bakal ada pertunjukan yang seru hari ini.
"Keroyok di lapangan? Kunci di WC sampe besok? Atau... Potong rok nya?" Timpal seorang siswi dengan rambut yang di chat hijau, persis kawanan burung merak. Geng Lizzy dan lainnya terbahak, sungguh tidak ada yang lucu dalam perkataannya tapi kenapa mereka tertawa sangat puas?
"Lo!" Tunjuk Lizzy tepat di wajah Tasya "Awas lo-"
"Ada apa ini?" Suara seorang perempuan menggema di seluruh bagian kantin. Ya malaikat, siapa lagi yang akan menghentikan nenek sihir kalau bukan malaikat si ketua ekskul seni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive and Overprotective Boy [END]
Teen Fiction"Ngefans kok sama plastik." "Apa lo bilang?! Dasar wibu psikopat! suka kok sama cewek 2D!!!" "Siapa bilang gue suka sama cewek 2D? gue sukanya sama lo." Bagaimana rasanya ketika kamu diculik seorang cowok ganteng tak dikenal kemudian dikekang dan di...