"Maaf." Entah sudah keberapa kali Rangga menggumamkan kata itu.
Dengan sangat hati-hati Rangga mengobati luka sayatan pisau pada lengan Tasya, seakan ia merasakan apa yang Tasya rasakan saat ini. Tak memperdulikan banyaknya luka dan lebam pada wajah dan tubuhnya, Rangga tetap bersikeras untuk mengobati Tasya meski sudah Tasya hentikan berkali-kali.
Rangga tak peduli dengan rasa sakit di seluruh tubuh hasil perkelahian sengitnya dengan Rayan, luka lebam itu tak lah sebanding dengan rasa sakit dan penyesalan nya yang telah gagal melindungi Tasya. Ia takut, sangat takut hal yang terjadi dulu akan terulang kembali pada Tasya. Rangga tak mau itu, mulai sekarang, ia akan sungguh-sungguh memberikan perlindungan pada Tasya. Rangga janji.
"Ga, udah..." Ucap Tasya mencoba membujuk Rangga. Tasya meringis, ia tak tega melihat Rangga yang terus mengobati lengannya sedangkan Rangga sendiri tak memperdulikan darah yang terus berceceran dari hidungnya.
Namun, Rangga sama sekali tak peduli.
"Rangga udah!" Ucap Tasya sedikit membentak.
Rangga berhenti, namun matanya seakan enggan menatap Tasya. Mungkin lebih tepatnya tak tega.
Tasya mengulurkan tangannya ke wajah Rangga, mengusap darah yang ada di hidung cowok itu, "Jangan buat gue merasa lebih sakit dengan lihat Rangga kayak gini."
Seketika Rangga mengakhiri aktivitas nya yang sedang mengobati luka di lengan Tasya. Ia mengangkat wajahnya, menatap mata Tasya lekat-lekat.
"Cha..."
Tasya diam, menunggu apa yang akan Rangga katakan selanjutnya.
"Acha..."
"Hmm?"
"Tasya..."
Tasya menghela napasnya, "Apa, Ga?"
"Aku cinta kamu."
***
Beberapa luka tonjokan bekas perkelahian nya dengan Rangga tak jadi masalah bagi Rayan. Toh ia sudah biasa menerima itu ketika tawuran. Rayan lebih memilih beristirahat dibanding mengobati luka itu, tak sedikitpun mengeluh kesakitan.
"Tasya Zea Nafeesa."
"Lo bocah cadel itu kan?" Rayan tersenyum mengingat kenangan kecil itu.
"Acha." Gumam Rayan menerawang masa lalu.
Beberapa Minggu sebelum Rayan bertemu Tasya, ia sempat kabur dari rumahnya. Seperti alasan yang selalu ia gunakan, karena Rangga. Rayan sangat membenci saudara tirinya itu, karena bagi Rayan, Rangga dan ibunya adalah penyebab keluarga harmonis nya hancur.
Dulu, sebelum Rangga dan ibunya datang, Reynando adalah sosok ayah dan kepala keluarga kebanggaan Rayan. Hingga, keluarga kecilnya yang bahagia harus pupus karena kedatangan Yuni dengan membawa Rangga hasil dari perselingkuhan Nando.
Saat itu Rayan masih kecil, ia belum mengerti apa-apa tentang hal ini. Yang ia tahu hanyalah hadirnya orang baru yang membuat suasana rumah tak lah senyaman dulu, dan ia kira penyebab karena Rangga. Sejak saat itu, Rayan sangat membenci Rangga sampai ia pernah sengaja mencelakakan nya. Hal ini tentu saja diketahui Nando, sebagai ayah ia harus berperilaku adil terhadap anak-anaknya. Namun, teguran dari Nando seperti pukulan keras bagi Rayan, ia iri karena selalu saja Rangga yang dibela. Apalagi pada saat itu Rangga selalu unggul dalam prestasi akademis nya, membuat Rayan merasa tersisih.
Nando memeluk kedua anaknya dengan sayang, hari ini adalah hari dimana ia akan menerima hasil belajar anak-anaknya selama satu tahun.
"Rayan, kenapa nilai kamu banyak merahnya?" Tanya Nando dengan nada kecewa. Rayan hanya bisa menunduk, memang sejak kehadiran orang baru suasana rumah jadi tak sehangat dulu, membuat Rayan lebih banyak termenung daripada belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive and Overprotective Boy [END]
Teen Fiction"Ngefans kok sama plastik." "Apa lo bilang?! Dasar wibu psikopat! suka kok sama cewek 2D!!!" "Siapa bilang gue suka sama cewek 2D? gue sukanya sama lo." Bagaimana rasanya ketika kamu diculik seorang cowok ganteng tak dikenal kemudian dikekang dan di...