Cukup lama mereka saling menatap. Tasya yang memandang sorot teduh bola mata hitam legam Rangga, seakan mengingatkan ia pada seseorang. Tapi siapa? Bola mata itu... Sangat familiar di mata Tasya.
Keduanya tak sadar, kelingkingnya masih terpaut satu sama lain. Hingga, ketika Tasya menyadari, dia langsung memutuskan kontak matanya.
"Kenapa?"
"Eh, ini." Tasya menyerahkan kantong kresek putih, berisi barang yang tadi ia beli di minimarket, berniat menghindari pertanyaan dari Rangga.
"Apa ini?" Rangga melihat isinya, dahinya berkerut ketika melihat di dalamnya ternyata ada beberapa obat luka.
"Obat buat luka lo."
"Obatin." Titah Rangga sambil menyerahkan kantong keresek itu kepada Tasya.
"Gak mau, lo punya tangan." Tolak Tasya.
Gadis itu berdiri hendak meninggalkan Rangga, namun dengan cepat Rangga mencekal pergelangan tangan gadis itu.
"Obatin!" Titah Rangga sekali lagi.
"Kalo nggak gak mau, lihat aja---"
"Iya iya!!" Dengus Tasya sebal. Selalu saja begitu, lagi-lagi dia yang harus mengalah. Mengikuti semua perintah Rangga.
Tasya memutar bola matanya sebal, ketika Rangga malah tersenyum. Dengah ogah-ogahan gadis itu membuka botol Alkohol dan meneteskannya ke kapas.
Dengan telaten, Tasya mengobati sudut bibir Rangga yang sedikit sobek. Jarak wajah mereka yang sangat dekat, tak disia-siakan oleh Rangga. Dengan leluasa dia bisa menikmati setiap inchi wajah Tasya. Angin yang berhembus pelan, menerbangkan anak rambut Tasya, sehingga Rangga makin terpaku tak rela melepaskan pandangannya walau sedetik.
"Cha!!"
"Alby?!"
Rangga meringis, ketika Tasya menekankan kapas ke lukanya secara tak sengaja. Bukannya minta maaf, gadis itu malah pergi menghampiri cowok bertubuh tambun itu, membuat Rangga mendesis sebal.
"Akhirnya lo berkunjung juga." Sahut Alby ketika Tasya menghampirinya.
Tasya tersenyum.
"Lo darimana? Gue cari-cari gak ada,""Biasalah orang sibuk," Jawab Alby dengan nada sombong.
Tasya mencibir, membuat Alby terkekeh geli.
"Bang Fathan suka berkunjung ke sini gak?""Hmm... Kadang sih, kalo dia gak sibuk kerja atau kuliah. Atau dia gak ada jadwal perkumpulan Dancer."
Tasya mengangguk paham.
"O iya, bu Siti mana? Gue cariin dari tadi gak ada,"Alby mengangkat kedua bahunya, "Ketemu sama calon donatur, mungkin."
Hati Rangga seakan panas, saat melihat Tasya lebih memilih menghampiri Alby daripada melanjutkan mengobati lukanya. Tanpa basa-basi cowok itu segera menyusul dan mencekal pergelangan tangan Tasya.
"Eh, lepasin." Desis Tasya pelan.
"Gak."
"Rangga lepasin!"
Rangga hanya diam, memandang gadis itu dengan tatapan datar. Membuat Tasya ingin sekali mencakar habis wajah datar yang gak ada manis-manisnya kayak lemineral.
"Nanti orang ngiranya aneh-aneh lagi."
"Gak peduli."
Alby hanya bisa menatap bergantian dua orang di depannya ini. Dalam hatinya bertanya-tanya, mereka ini kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive and Overprotective Boy [END]
Teen Fiction"Ngefans kok sama plastik." "Apa lo bilang?! Dasar wibu psikopat! suka kok sama cewek 2D!!!" "Siapa bilang gue suka sama cewek 2D? gue sukanya sama lo." Bagaimana rasanya ketika kamu diculik seorang cowok ganteng tak dikenal kemudian dikekang dan di...