[POB] Part 24

7.8K 456 15
                                    

Prang

Sebuah piring melayang menubruk tembok, mengakibatkan piring itu pecah seketika. Gadis kecil itu tersentak kaget, menutup telinga berharap suara-suara menakutkan itu pergi.

Cacian, bentakan, jeritan menjadi penghias rumah besar itu di malam hari. Dua orang dewasa itu tak mengerti bahwa anak mereka sangat ketakutan.

Gadis kecil itu hanya bisa duduk di pojok kamar, dengan memeluk kedua lututnya. Menutup mata, tak mau melihat percekcokan suami istri itu.  Bahunya bergetar menahan takut, gadis kecil itu hanya bisa terisak dalam diam.

"Cha, ayo kita pergi." Ucap seorang wanita pada gadis kecil itu, menarik tangannya agar mengikuti langkahnya.

"Ibu kita mau kemana?" Tanya gadis itu hati-hati. Jika tadi ia takut karena menyaksikan pertengkaran, kali ini ia takut karena mobil yang dikendarai ibunya terlalu kencang.

Wanita itu tak menjawab pertanyaan dari anaknya, ia terlalu hanyut dalam kesedihan. Menangis tanpa suara, itulah yang wanita itu lakukan sekarang.

Karena air mata yang menghalangi matanya, membuat matanya mengabur. Tak melihat jelas jalan yang sedang dilaluinya. Ditambah lagi kecepatan lajunya di atas rata-rata, membuat mobil yang dikendarai tak bisa dikendalikan.

Namun, wanita itu tak sadar ketika mobilnya oleng, dia terus menangis dan menangis. Bahkan terlinga nya terlalu tuli untuk mendengarkan jeritan anaknya yang sedang ketakutan. Sampai akhirnya...

DUARRR...

Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon. Saking kerasnya tabrakan, sampai-sampai pohon itu tumbang dan mengenai badan mobil. Bahkan, pohon itu hampir menimpa gadis kecil itu. Namun, wanita itu memeluk anaknya dengan tangisan yang masih mengalir di pipinya. Sehingga, tubuhnya lah yang terkena timpaan pohon.

Gadis kecil itu meringis, memegangi kepalanya yang berdenyut perih. Terdapat luka di kepalanya, namun tak parah. Dia mengerjapkan matanya, mencoba melihat keadaan.

Badannya bergetar kala melihat tubuh ibunya yang sudah koyak penuh darah sembari memeluknya. Ia ingin menjerit, namun seakan ada sesuatu yang menyumbat tenggorokannya.

Malam yang sunyi ditambah rintikan hujan, semakin menambah kesan mendalam baginya. Samar-samar ia melihat seorang wanita berambut hitam panjang berbaju putih tersenyum padanya dengan wajah retak penuh darah, sebelum akhirnya ia pingsan tak sadarkan diri.

"TIDAKKK...!!"

Seketika Tasya terbangun dari mimpi buruk itu. Mimpi yang merupakan kenyataan masa lalunya. Setelah bertahun-tahun, mimpi itu hinggap lagi di dalam tidurnya.

Tubuh Tasya bergetar, nafasnya tersengal-sengal, keringat banjir membasahi pelipisnya. Tasya coba menenangkan diri dengan meminum segelas air putih di meja dekat ranjangnya.

Setelah tenang, tiba-tiba Tasya menangis. Entahlah, ia juga tak tahu alasan apa ia menangis. Namun, saat ini yang ia inginkan hanyalah menumpahkan segalanya lewat air mata.

***

Seorang cowok berseragam Galaxyhigh, sedang menunggu di depan rumah Tasya dengan mengendarai mobil sport putihnya.

Sebuah senyuman, terbit di bibirnya kala melihat sosok Tasya keluar dari rumah. Namun, senyum itu pudar saat melihat wajah sembab Tasya.

"Lo kenapa?" Tanya Rangga ketika Tasya mengahampiri nya.

Tasya menggeleng.

"Jangan bohong," ujar Rangga khawatir sambil menangkup kedua pipi Tasya.

Possessive and Overprotective Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang