"Suasananya enak ya, Ga" ucap Tasya memecah keheningan diantara mereka yang sedari tadi lebih memilih menikmati suasana malam daripada saling bicara. Sesekali ia menjilati es krim rasa coklatnya.
Rangga menoleh pada gadis di sampingnya. Mengamati setiap bagian wajah dari Tasya. Angin malam yang menerpa, membuat rambut Tasya tergerai bebas. Wajahnya juga diterangi sinar rembulan, memberikan kesan indah.
Tasya mempunyai wajah yang friendly dan manis, menunjukkan bahwa gadis itu sederhana apa adanya dan tidak neko-neko. Wajahnya tidak tirus, namun berbentuk bulat telur. Garis hidungnya memang tak semancung Rangga, namun cukup untuk dikatakan bangir. Bentuk matanya tak bulat tak juga sipit, namun memiliki bulu mata yang lentik. Kulitnya memang putih, tapi tak bisa dikatakan putih susu, namun tak juga bisa dikatakan sawo matang seperti kebanyakan warna kulit orang Indonesia. Bibirnya juga tak sexy, tapi bisa dikatakan ranum dan memiliki warna kemerahan meski tanpa lipbalm. Yang terakhir adalah hal yang paling disukai Rangga. Adanya cekungan di kedua pipinya, yang mempunyai ketertarikan tersendiri setiap Rangga menatapnya.
Lamanya Rangga mengamati wajah Tasya, membuat desiran aneh pada tubuhnya. Entah karena apa, Rangga jadi senyum-senyum sendiri membuat gadis yang diamatinya jadi risih.
"Apa lo pandang-pandang?" Ketus Tasya dengan nada tak suka.
Rangga langsung kembali ke dunia nyatanya, menyadari es krim yang sedari tadi ia pegang, menetes lengket mengenai tangannya.
Tasya merogoh tas yang diselempangkan di pundaknya, mengambil benda yang mungkin bisa membantu Rangga membersihkan tetesan lengket es krim.
"Nih" Tasya mengulurkan tangannya memberikan tisu, yang langsung disambut baik oleh Rangga.
"Lo tau gak alasan gue suka banget jalan-jalan di malam hari begini?" Ucap Tasya dengan pandangan lurus, kakinya tak berhenti melangkah entah kemana. Yang jelas, ia hanya ingin menikmati suasana malam itu.
Tak memperdulikan beberapa orang yang duduk di bangku Taman, tak memperdulikan beberapa pedagang di pinggir jalan. Suasana Taman ini memang agak sepi pengunjung jika malam hari, tak banyak pedagang juga seperti di siang hari. Sangat cocok untuk orang yang menginginkan ketenangan, melepas semua lelah di siang hari.
Rangga menoleh Tasya yang memandang lurus, diam. Tanpa mengatakan apapun, cowok itu justru sibuk menggigit es krim vanilla nya.
"Karena adanya angin malam. Seakan angin itu membawa semua beban hidup gue, rasa lelah gue dan terhempas begitu aja. Rasanya tenang." Jawab Tasya meski Rangga tak bertanya. Di matanya memancarkan ketenangan, sejalan dengan apa yang barusan dia katakan.
Rangga hanya diam, dia tertegun.
Rangga tak tahu, ada makna tersirat dalam kata-katanya.
Bukan bermaksud mengacuhkan racauan Tasya, atau tak peduli dengan apa yang Tasya katakan. Namun, Rangga tak ingin merusak momen ini. Momen dimana Tasya mencurahkan isi hatinya pada Rangga. Biarlah hanya Tasya yang berbicara, Rangga hanya ingin jadi pendengar yang baik untuknya.
Tasya menoleh pada cowok disampingnya yang sedang menggigit es krim nya lalu mengunyahnya tanpa rasa ngilu.
"Lo suka malem atau siang?" Tanya Tasya yang mau tak mau Rangga harus bersuara."Malem."
"Kenapa?"
"Suasananya tenang." Rangga menghembuskan napasnya, bukan lelah namun lega.
"Tapi, terkadang malam hari itu memberikan kesan menakutkan" Lanjutnya lagi. Ia kembali menggigit dan mengunyah es krim vanilla yang hanya tinggal setengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive and Overprotective Boy [END]
Teen Fiction"Ngefans kok sama plastik." "Apa lo bilang?! Dasar wibu psikopat! suka kok sama cewek 2D!!!" "Siapa bilang gue suka sama cewek 2D? gue sukanya sama lo." Bagaimana rasanya ketika kamu diculik seorang cowok ganteng tak dikenal kemudian dikekang dan di...