"Cha!"
"Acha!!"
"Tasya!!"
Suara tangisan dan lirih kesakitan semakin menjadi membuat Rangga kalut mencari gadis itu. Deru napasnya memburu tak teratur menandakan cowok itu sedang panik bukan main. Ia berlari tak tentu arah di sekitar koridor sekolah yang setengah gelap berharap sosok punggung kecil yang dicarinya ada.
Hingga Rangga berhenti di satu titik, di depan pintu gudang sekolah yang sudah tak terurus. Ia semakin jelas mendengar suara tangisan Tasya yang semakin mengiris hatinya. Ingin sekali Rangga memeluk Tasya, dan meminta gadis itu untuk berhenti menangis, agar goresan dihatinya segera berhenti.
Rangga membuka pintu gudang sekolah dengan tangan yang bergetar. Perlahan, menampakkan beberapa barang usang yang sudah berdebu. Namun, setelah itu Rangga melihat sesosok perempuan di ujung gudang sedang memeluk kakinya, menatap sayu seolah meminta pertolongan padanya.
"TASYA!!"
Rangga terperanjat dari tidurnya, mimpi itu benar-benar seperti nyata. Hampir saja Rangga terjatuh dari sofa yang ditidurinya. Cowok itu mengusap keringat dingin yang bercucuran di sekitar wajahnya, menetralkan detak jantung dan buruan napas yang seakan mencekat tenggorokannya.
Rangga baru ingat, ia terlalu sibuk bersama Naura sampai ketiduran disini. Bahkan, ia tidak sempat menghubungi Tasya. Cowok itu kemudian mengambil ponsel dari saku jaket yang disampirkan dekat nakas ranjang tidur Naura, mengambil dengan hati-hati takut gadis itu akan bangun mendengar pergerakannya.
Pukul 03.37
Baiklah, sebaiknya Rangga pulang saja ke rumah. Ia memang ingin cepat-cepat menemui Tasya, namun ia urungkan niatnya, tak mau menganggu Tasya yang kini mungkin masih tidur pulas. Besok pagi saja, Rangga akan menjemput gadisnya.
***
Sebagian siswa yang sedang berada di koridor kelas sebelas, memandang aneh seorang cowok yang berjalan dengan langkah terburu-buru. Pemandangan kali ini cukup aneh, cowok yang selalu berwajah datar, dan irit bicara kini memperlihatkan guratan panik di wajahnya. Tentu hal ini mengundang rasa penasaran para siswa yang melihatnya.
"Tasya!"
"Tasya mana?" Tanya Rangga ketika berada di kelas Tasya.
Siswa disana diam, terlalu kaget mengetahui Rangga berada di sana, apalagi tujuannya kemari adalah karena siswa baru itu. Kini Rangga tak peduli jika seluruh sekolah tahu hubungannya dengan Tasya, karena yang terpenting saat ini adalah sosok Tasya.
Sebelumnya Rangga pergi ke rumah Tasya untuk menjemput gadis itu, namun kontrakannya di kunci, Tasya tak ada disana. Rangga mencoba menelpon berkali-kali, namun tak kunjung dijawab. Hal itu tentu saja membuat Rangga panik bukan main, ia tak mau kehilangan Tasya, seperti Tasya kabur darinya tempo hari dulu.
Rangga berdecak kesal, karena siswa disana hanya memandang seperti orang bodoh, apa mereka tak tahu Rangga sedang panik sekarang?
"Mana Tasya?" Tanya Rangga pada Raya, Rangga tahu Raya ini adalah teman dekat Tasya selain Arnaf.
Raya gelagapan, ini terlalu tiba-tiba ia diajak bicara seorang most wanted sekolah.
"Saya gak tau kak." Jawab Raya jujur, ia juga sebenarnya heran, tak biasanya Tasya absen tanpa memberi tahu alasan.
"Lo kan temennya?!" Ucap Rangga sedikit membentak, ia kesal, dan saat ini obat penenang nya hanya Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive and Overprotective Boy [END]
Teen Fiction"Ngefans kok sama plastik." "Apa lo bilang?! Dasar wibu psikopat! suka kok sama cewek 2D!!!" "Siapa bilang gue suka sama cewek 2D? gue sukanya sama lo." Bagaimana rasanya ketika kamu diculik seorang cowok ganteng tak dikenal kemudian dikekang dan di...