6 - The DEALS

326 28 0
                                    

Plak, tamparan mendarat di pipi RV, setelah beberapa saat Di melongo, akhirnya otaknya jalan. Sudah dua kali RV dengan sembarangan mengecup pipinya. Kalau dibiarkan maka akan semakin mesum perlakuannya, dan Di sendiri akan merasa murahan.

"awch" RV mengaduh lirih. "kenapa ditampar? Salah mas apa Di?" tanya RV bingung

"jangan suka sembarangan cium orang" jawab Di dengan mata melotot, kemudian menggigit bibirnya sendiri, ya dalam hati dia juga merasa berlebihan nampar RV cuma gara-gara ciuman di pipi, toh sama rekan kerjanya juga budaya cipika cipiki begitu wajar saja.

"kemaren kok gak marah? Kenapa sekarang marah?" tanya RV masih mengelus pipinya. Sebenernya gak sakit juga sih. Justru RV menikmati bekas sentuhan tangan Di disitu.

"satu kali khilaf, dua kali bisa jadi kebiasaan! " marah Di lagi.

"ya gak apa dibiasain juga kan mas calon suamimu Di" RV mengedipkan matanya sambil menyeringai. "ya udah, klo gak mau. Mas juga males ah kerjasama sama biro kamu" ancam RV licik.

"ish, gak adil. Kenapa pake ngancam begitu? Gak ada kaitannya juga kan" Di mencubit lengan RV.

"duh, kamu ini masochist ya? Tadi nampar, sekarang cubit, bentar lagi apaan? Gigit, nyakar atau apalagi?" goda RV tetap dengan seringai mesum nya.

"emang mas ngerti BSDM?"

"ngertilah, tapi gak termasuk golongan itu. Cuma playing BSDM aja sama kamu pasti seru"

"udah jangan ngalihin omongan" Di berseru frustasi. "jangan cium-cium saya lagi, saya gak suka. Dan jangan kait-kaitkan pekerjaan sama hubungan lain-lain, itu juga saya gak suka"

"tapi mas suka cium kamu Di. Kalau bisa mas malah pengennya gak cuma dipipi, tapi disetiap centi tubuh kamu" RV sengaja membisikkan kata-kata itu pelan ditelinga Di.

Membuat Di, merasa tiba-tiba tubuhnya panas dingin. Di menutup matanya, menarik nafas kemudian pelan menghembuskannya. Menenangkan diri.

"Ok, mas mau apa sekarang?"

"mas, mau kamu jadi milik mas, saat ini jadi pacar mas, dan segera jadi istri mas. Gimana? "

"untuk urusan itu mas harus bilang langsung sama orang tuaku. Kalau mereka setuju, Di nurut aja" kata Di, sambil menyusun rencana. Dalam hati dia sudah membayangkan kalau orang tuanya akan menolak RV mentah-mentah. "buat urusan kerjaan dan kerjasama antara Muda Mandiri Consulting dan perusahaan yang Mas pimpin, mas ikutin permintaan Di. Gimana?

"gitu aja? Buat bikin kamu jadi milik mas, mas cuma harus minta langsung ke orang tuamu?" tanya RV memastikan. Di mengangguk.

"dan urusan kerjasama mas nurutin Di" Di melipat tangannya di depan dada. RV tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Deal?" tanya RV. Di menyambut tangan RV dan menjabatnya erat.

"Deal!" jawab Di. Keduanya tersenyum.

"urusan cium gimana?" goda RV lagi.

"kalau urusan itu,  tergantung izin dari orang tuaku ke mas.  Kalau mereka nerima lamaran mas.  Ya nanti semerdeka mas mau ngapain aja" Di tersenyum licik,  dan tentu saja dia sedang memberi harapan palsu pada lelaki dihadapannya ini.  Keduanya terus saling berpandangan sampai akhirnya mobil yang mereka tumpangi parkir di depan kantor dengan pamflet Muda Mandiri Consulting.

"sudah sampai pak" kata Yono,  supir RV. 

RV Segera turun dan memutari mobil membuka pintu sisi sebelah dimana Di duduk. Mengulurkan tangan membantu Di keluar dari mobil.

Di melingkarkan tangannya dilengan RV,  menggandengnya masuk ke dalam kantornya.

"act like pro,  call me miss Di.  Jangan bikin seluruh rekanku salah paham tentang hubungan kita OK?" bisik Di saat melepaskan gandengan tangannya,  memegang gagang pintu kaca dan masuk ke gedung. 

MISS Versus MASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang