18 - Begitu Lugu, Begitu Naif

262 21 1
                                    

Di dengan cepat menghabiskan mi goreng kesukaannya.  Setelah itu menyambar ice cream big flash,  5 scoop ice cream dengan rasa berbeda ditaburi coklat leleh dan sugar sprinkle.

"Brain freeze" pekiknya tertawa setelah tiga suapan ice cream masuk kemulutnya.  Segera dia membalikkan lidahnya ke langit langit mulutnya.  Kemudian terkekeh. 

Ira hanya geleng-geleng.
"kelakuanmu dari jaman kuliah dulu sampe sekarang kalau nemu es krim gak kira-kira ya"

"Ra,  ajarin aku jurus bercinta"

"maksudnya"

"ayolah ra,  aku tau apa yang kau lakukan sama Revan tiap ketemu,  dan aku tau Revan juga nyusul kamu inap malam ini kan?"

"kamu tau Di?"

"tau,  kamu itu penganut seks pranikah,  tapi bukan seks bebas" Di tertawa.

"apa yang bikin kamu tau Di?" tanya Ira sambil tersenyum sok malu.

"Pokoknya aku tau aja Ra. Makin yakin setelah tadi pagi kamu bisa nebak aku udah diperawanin" Di tertawa. 

"sialan kamu Di.  Ku kira kau begitu lugu, begitu naif"

"kamu tu yang sialan Ra,  pake geleng-geleng bilangin 'gak bisa kamu nahan sebulan lagi aja'.  Ayok ajarin,  kasih tips"

"aku juga gak ahli Di,  aku cuma ikutin naluri aja, dan nikmati aja tanpa beban apa-apa, tanpa kuatir ini itu"

"oh gitu..."

"kamu bersyukur ngelepasin nya sama suamimu Di.  Aku kalau ditinggal Revan ya udah jadi barang second"

"tegasin lah Ra,  minta dia nikahin kamu"

"aku sudah pernah minta Di,  kapan kita berhenti bikin dosa,  dia jawab dosa nya gak cuma itu doang"

"berarti pertanyaan kamu yang salah Ra" Di tersenyum, kemudian mengelus punggung tangan sahabatnya.  Kemudian balik lagi menghabiskan es krimnya dengan cepat.

Segera Di membayar bill,  kemudian mereka melangkah ke departemen store,  Di memilih lingeri hitam transparan,  dengan kimono satin warna hitam,  kemudian menyusul Ira yang sedang memilih blus.

"beli gaun aja Ra. Ini yang merah cakep buat kamu.  Kulit kamu putih, kamu bisa pakai gak cuma kerja tapi bisa pakai dinner formal.  Klo kerja tambahin blazer hitam aja."

"gak kemahalan tu bu boss harganya?"

"enggak!  Udah ambil aja,  pake malu-malu"

"ibu boss ku baik banget"

"iya,  nanti kamu balas beliin kado pernikahanku yang mahal ya" kata Di terbahak, tentu saja bercanda.

Diam-diam Di juga memilih kemeja biru dan gaun biru yang matching buat dirinya dan RV.

Segera mereka balik ke Hotel setelah selesai membayar belanjaan.  Sudah hampir pukul 2. Sebentar lagi training di mulai lagi.

Begitu melangkah masuk ke Lobi,  Di sudah melihat Ally berkacak pinggang menatapnya.  Di mengkode Ira supaya langsung ke ruang training dan menitipkan tas belanjaannya. 

"kakak mau bicara sama kamu" kata Ally memulai percakapan.

"ya udah bicara aja kak"

"kamu yakin mau bicara disini? Gak takut diliatin orang kalau ribut?" tanya Thariq yang tiba-tiba sudah nongol disamping Ally dan Di.

"iya dek,  sebaiknya kita ngobrol dikamar kamu aja biar gak ganggu" kata Ally.

'Dan ngebiarin laki gilamu itu masuk ke kamarku gitu kak?' ucap di dalam hati 'kak liat muka suamimu itu ngeliatin aku kayak aku ini es krim' pikirnya lagi,  sungguh menjijikkan melihat seringai dan tatapan mata Thariq yang seperti menelanjangi

"enggak perlu,  disini aja.  Suamiku ngelarang orang lain masuk kamar kami." akhirnya Di mengeluarkan alasan.  Kemudian menunjuk deretan kursi disudut lobi,  cukup private buat berbicara.

"kamu bilang kamu nikah sama pacarmu,  kamu gak lagi halu kan dek?"

"kakak udah nanya bunda belum sih?"

Ally menggeleng.  "Kami gak percaya, kenapa kami gak diundang?"

"tanya bunda kak,  adek aja juga cuma hadir disana"

"trus maksud kamu apa ngegodain suami kakak?

Sialan memang di kambing yang satu itu.  Pikir Di sambil menatap tajam Thariq.  Bisa bisanya dia memutarkan fakta.

"kapan aku godain Abang?" tanyaku sambil menunjuk wajahnya Thariq.

"tadi kan kamu giring aku ke lift buat ngikutin kamu ke tempat pelatihanmu" jawabnya tanpa berdosa

Astagaaa,  pikir Di,  ini orang memang minta diracun.

"Oh, abang aja yang ge-er,  kan aku ngajak kesana biar siapa tau kampus abang juga mau ikutan hire biro kami buat training apa gitu."

"benaran dek? Kamu gak bohong? "

"kak gantengan mas kiki kemana-mana dari suami kakak ini ya.  Kakak tau CCTV kan?  Nah daripada kak curiga terus sama aku.  Kak liat aja rekaman CCTV hotel ini.  Biar kak liat sebenernya yang terjadi kayak apa"

"gak usah sayang,  kamu percaya aja sama aku" kata Thariq, "adikmu sengaja begitu biar kita berantem.  Yuk kita balik" Ally mengangguk.

"kakak balik ya dek" Ally memeluk dan mengecup pipi Di. Thariq juga ikutan ambil kesempatan memeluk dan mengecup pipi Di,  tapi kecupannya sedikit dekat dengan sudut bibir Di.  Di langsung mendorong Thariq.

"salah aku apa coba?" Thariq pura-pura bodoh dan pasang muka gak ngerti.

'modus' ucap Di ke arah Thariq tanpa suara.  Kemudian berdecak.

"kak ajarin suami kakak,  jangan cipika cipiki perempuan lain.  Kebiasaan gak bagus"

"loh kan budaya nya memang begitu dek" kata Ally malah geleng-geleng gak setuju.

"ya,  tapi aku gak suka.  Suamiku juga gak suka kalau istrinya cipika cipiki sama laki-laki lain" jawab Di.

"ah posesif sekali" kata Ally tertawa,  kemudian mengecup bibir suaminya dan menggandengnya pergi.  Dan Thariq sempat-sempatnya melirik Di dan mengedipkan matanya. 

'Najis' ucap Di tanpa suara.  Kemudian berbalik naik ke lantai dua.
'kak Ally,  mengapa kau begitu lugu,  begitu naif" pikir Di sambil mengulang ejekan Ira tadi padanya.

MISS Versus MASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang