Dalam lift Di mengambil hpnya dan mengetik pesan ke Ira dan Midi.
Pals, aku gak enak badan, jadi istirahat dikamar. Is it ok?
Dont worry babe, we can handle these... Have a nice rest.
Di masuk ke kamar hotelnya dan langsung melepas sepatunya. Mengganti dress birunya dengan baju kaos dan celana panjang yang dipakai RV tadi pagi. Kemudian dia langsung naik ke ranjang dan memejamkan matanya, kepalanya tiba tiba terasa berat dan dia tertidur terlentang.
RV menelfon Di dari tadi, sudah belasan kali tapi tidak diangkat. Pagi tadi dia menyuruh istrinya menunggu di lobi saat istirahat siang selesai jumatan agar mereka bisa segera keluar makan siang. Akhirnya RV naik ke lantai 2 ruang pelatihan. Dan menemukan ruangan itu kosong. Dia mau menelfon Ira, tapi mengurungkan niatnya, dia akan mencari Di dikamar terlebih dahili, kalau gak nemu barulah dia akan menelfon Ira. RV memencet pintu lift, tak lama lift menjemputnya intuk naik ke lantai dimana mereka menginap.
RV membuka pintu kamarnya. Matanya langsung mencari. Dan menarik nafas lega melihat istrinya berbaring di ranjang. Wajah Di yang terlelap terlihat pucat saat RV menatapnya. Rv tersenyum melihat istrinya memakai pakaiannya, dia dekati istrinya dan menyentuh pipinya, sedikit hangat. RV menyentuh kepingnya kemudian mengusap kepalanya lembut. Sentuhan itu buat Di terbangun, mengheliat lembut sebelum membuka matanya.
"hey" sapa RV, masih mengusap kepala Di lembut.
"hey Tayo" jawab Di sambil tersenyum, mengingat lelucon anak sekarang yang didengarnya di cafe.
RV terkekeh mendengarnya dan mencubit hidung istrinya.
"Didi sakit? Mas rasa Di agak hangat"
"hmm, Di memang lagi butuh kehangatan, mas" Di terkekeh sendiri mendengar modusannya, Kemudian duduk. RV juga terkekeh, kemudian memeluk istrinya.
"belum solat zhuhur kan?" tanya RV masih memeluk istrinya. Di menggeleng. "solatlah, mas pesan room service aja, kita makan dikamar" Di mengangguk. Melepaskan pelukannya, dan beranjak ke kamar mandi, RV mengambil telfon kamar dan memesan makanan. Selesai itu RV duduk di kursi dekat jendela.
Di keluar dari kamar mandi dan solat zhuhur. RV memperhatikan semua gerakan istrinya sambil tersenyum. Tak bosan bosan dia menatap istrinya tersebut.
Selesai melipat kain solatnya, Di menatap suaminya yang sedari tadi terus menatapnya. RV memberi kode agar Di duduk dipangkuannya. Di menurut, dia juga suka dekat-dekat RV, meluk RV dan ngendus-ngendus wangi suaminya itu jadi hobi barunya sekarang. Makanya tadi Di pakai baju bekas RV biar berasa dipeluk.
Di duduk dipangkuan RV, dan memeluknya. Kepala RV bersandar dibahu Di. Hobi barunya juga ngedusel-dusel di tubuh istrinya.
"mas kiki"
"hmm" jawab RV sambil mulai menciumi leher Di yang jenjang, tangannya mengelus punggung hingga pinggang istrinya. Membuat istrinya mulai mendesah dan menggeliat.
"maaaaas... Di mau ngomong serius. Stop dulu maaaas" kata Di sambil mengerang. Tangannya menjambak rambut RV pelan, menahannya agar berhenti beraksi. RV terkekeh. Memandangi wajah istrinya yang sudah memerah.
"mau ngomong apa sayangnya mas?"
"apa mas bakal tetep sayang Di, sampe kapanpun? Kalau Di jadi jelek, gemuk, tua, keriput?"
"enggak" jawabnya. Di menatap RV dengan kecewa. "mas bakal makin sayang, makin cinta sama Didi. Bukan tetap sayang, tapi semakin" lanjutnya kemudian mengecup pipi istrinya. "kalau Didi tua, keriput, gemuk dan teman-temannya yang bikin perempuan galau sama penampilannya, mas mau Didi inget, kita menua bersama, mas terima Didi sekarang dan nanti."
Di menarik nafas lega, memeluk RV dan mengecup kepala RV."kenapa didi galau begini?"
"kita baru kenal, langsung nikah. Trus sekarang saling bergantung, Di kepikiran, apa mas bakal sayang Di selamanya, apa cuma sekarang aja? Nafsu sesaat? " Di menatap ke jendela dibelakang RV, tangannya mengelus lembut kepala RV.
"Di, sini liat mas" pinta RV, Di menurut, menatap wajah RV, tepatnya menatap wajah matanya lekat-lekat. "Di, ingatlah mata ini hanya akan memandangmu sebagai satu-satunya wanita pendamping hidup mas, yang mas cinta. InsyaAllah sampai akhir hayat mas nanti. Trust me" RV mengecup lembut bibir istrinya. Lalu kembali menatap Di.
"Di takut, nantinya sedih seperti kak Ally" akhirnya Di melontarkan beban dihatinya. "kasian kak Ally"
"Ally kenapa? "
" Bang Thariq sudah dua kali bilang ke Di, kalau dia mau memiliki Di, dia suka Di, bukan sekedar senagai adik istrinya"
"hmm?" gumam RV sambil mengerutkan kening ke Ally. "Dia jahatin kamu?" Di menggeleng
"gak secara fisik, tapi secara mental, dia melukai perasaan Di. Di gak sanggup Mas, dituduh yang enggak-enggak"
"coba cerita dari awal, biar mas lebih ngerti"
"dulu waktu Di sama kak Ally remaja, setiap cowok yang ditaksir kak Ally sukanya sama Di. Dan kak Ally bakal marah besar suruh Di menjauh" Di menarik nafas. "pertama kali jumpa bang Thariq dia dosen muda yang baru mulai mengajar di kampus kaka Ally, Di mengantarkan makalah kak Ally yang ketinggalan. Disitu Thariq bilang ke kak Ally kalau dia naksir Di, tapi Di beneran gak ada rasa apapun sama dia. Ally seperti biasa marah besar. Dan Di menjauh seperti biasa, bertahan dua tahun hingga lulus kuliah dan kemudian melarikan diri, kerja sebagai pramugari "
"kalau tidak suka dia kenapa Di lari sampai segitunya?"
"kejadian itu berulang terus, Di gak sanggup lagi. Mas tau, mulut Ally slebih sering terlalu kejam. Di pergi agar tenang. Ternyata saat Di balik dia menikah dengan Thariq. Dan dua hari ini Thariq menggoda. Di bisa melawannya. Tapi Di sedih, Ally dipermainkan olehnya" Di meneteskan airmatanya.
"mas bukan Thariq, mas gak kan sakitin atau mainin hati Didi" RV mengecup pipi istrinya dan menyeka airmatanya.
Ketukan dipintu terdengar, menghentikan percakapan mereka "room service" teriak pelayan di depan pintu. Di bangun dari pangkuan RV dan membuka pintu. Pelayan mendorong trolleynya dan meninggalkannya disitu. RV memberi tips dan menyuruhnya segera keluar. Kemudian mereka menikmati makan siang, sop buntut, nasi dan jus buah naga sambil saling suap dan kembali berbincang ringan. Setelah membereskan makan siang dan menyelipkan trolly disudut ruangan, mereka istirahat lagi. RV membuka dasi, kemeja dan celana panjangnya, menuisakan singlet dan boxer nya.
"Apa mas perlu kasih pelajaran sama Thariq? "
"jangan pake adu fisik ya" pinta Di cemas. RV mengangguk dan tersenyum.
"iya sayangnya mas. Abis ini Didi makan paracetamol ya, biar hangatnya turun. Trus istirahat lagi"
"peluk ya bobo siang nya" pinta Di manja. Dan RV mengangguk bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISS Versus MAS
RomanceAdia gadis 27 tahun yang terpaksa harus pensiun dini jadi pramugari karena permintaan orang tua nya yang takut anak gadis nya jadi perawan tua, padahal kakak nya sendiri Allisa (29 tahun) yang seorang nutritionist juga belum menunjukkan tanda mau...