Prolog

9.5K 492 24
                                    

Langkah gadis itu begitu tergesa, hatinya begitu gelisah, dan langkahnya terhenti didepan pintu putih yang terpangpang nama ruangan.
Tangannya mulai memegang gagang pintu, di terdiam sejenak, begitu banyak rasa takut dan ragu untuk masuk.

Dihelanya nafas, dengan tangan yang bergetar, ia membuka pintu itu dengan pelan hingga matanya bisa melihat seseorang yang duduk diatas ranjang rawat, dengan infusan yang masih terpasang.

Tubuh laki-laki itu begitu kurus, wajah yang pucat, wajahya tidak berubah sama sekali, dia masih tetap sama seperti setahun lalu, sorot mata yang melihat kearah jendela, laki-laki itu membuat gadis ini tertegun.
Hati yang begitu merasa bersalah seakan ragu untuk melangkah, menatap lelaki itu dengan penuh rasa, rasa yang pernah ia sia siakan, perlahan ia langkahkan kaki mendekati sang lelaki. Kini dia tepat dihadapan sang lelaki.

Mata laki laki itu masih memandang arah luar, mata berwarna coklat itu seakan begitu kosong, gadis itu terdiam menatap laki laki itu, kenapa laki laki itu tidak menyadari keberadaanya? Gadis itu memposisikan dirinya dihadapan laki laki itu.

Namun apa yang terjadi? Mata laki laki masih menatap lurus dengan pandangan kosong, apa yang laki laki ini pikirkan? Kenapa hanya diam dan tak berkata.
Hingga gadis itu berucap membuat sang lelaki melihat kesumber suara.

"Rio.."lirih gadis itu, bisa terdengar suara yang penuh dengan rasa membuat laki laki itu begitu merindu.

"Chaeng? Apa itu benar dirimu?"ucap laki laki yang bernama Rio itu.

Gadis itu menatap bingung, kenapa laki laki ini bertanya seperti itu? Bukankah sudah jelas jika dia yang laki laki ini maksud?.
Gadis itu terdiam, menatap lelaki itu penuh makna.

Gadis itu melambaikan tangannya kearah wajah laki laki, namun dia malah tersentak kaget saat mata laki laki itu tetap tidak menyadarinya.

"Ternyata hanya imajinasiku"ucap lelaki itu, membuat sang gadis spontan menutup bibirnya dengan tangan kanannya, matanya mulai berkaca kaca.

Lelaki itu tidak bisa melihatnya, ya, lelaki itu kehilangan penglihatannya, dan gadis itu meruntuki dirinya, maaf.

"Rio"ucap gadis itu dengn suara bergetar lalu duduk disamping laki laki ini

Rio melihat kearah suara,

"Rio, maafkan aku"tangis gadis itu pecah dengan cepat ia memeluk laki laki itu dan menangis di pundaknya.

Lelaki itu hanya diam tak menjawab, seakan bisu, lelaki itu hanya diam tanpa berkata, suara gadis yang di cintai dan ia rindukan datang dihari ini, namun ada rasa kecewa yang benar benar besar.

"Maafkan aku Rio, maafkan aku"tangis gadis itu,

Rio melepaskan pelukan dengan pelan, tangannya perlahan meraba raba mencari pipi gadis itu. Rio meraba dan menyentuh wajah gadis itu, memastikan jika ini benar benar nyata.

Meski yang ia lihat hanya kegelapan, namun ia masih bisa tersenyum, " tidak apa apa chaeng, tidak apa apa ",Rio memghapus air mata chaeyoung.
"Semua sudah terlalu lama untuk kita ungkit"lanjut lelaki buta itu.

"Maafkan aku Rio, mulai hari ini aku akan kembali disisimu,ak-"

"Tidak chaeng, kau tak perlu disisiku lagi, tak apa, aku sudah melepaskanmu, terima kasih karna akhirnya kau datang untuk melihatku, aku bersyukur kau masih mengingatku, " Rio berucap lalu tersenyum

Gadis itu bungkam, ingin berkata namun bibir seakan tersekat, begitu sulit untuk berucap, ada rasa sesal yang begitu besar, sesak yang mulai terasa dan air mata yang kembali jatuh.

"Pergilah chaeng, Dan cobalah untuk melupakanku, ", gadis itu menggelengkan kepalanya, "ahh, aku lupa kau kan memang sudah melupakanku"lanjut laki laki itu lalu terkekeh miris.

Falling[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang