picnic

830 184 19
                                    


Vote komen ya... :' aku sedih kalo gaada yg vote dan komen :' 💜

"Selai kacang atau selai coklat Jim?" Jeongyeon menjinjing kedua toples di kedua tangannya. Jimin nampak berfikir, meletakkan jari telunjuknya di dagu. Lalu dengan mantap ia menunjuk selai coklat di tangan kiri Jeongyeon.

'Kau sering piknik dengan ayahmu ya?' Tulis Jimin pada papan kecilnya.

"Tidak. Sulit-menemukan-tempat- piknik-di-kota. Kau?" Jeongyeon memberikan roti selai coklat kepada Jimin dan balik bertanya.

'Kau orang pertama yang mengajakku piknik.' Tulis Jimin pada papan.

"Kau- bisa- menulis- dengan- tangan- kiri?" Jeongyeon melupakan roti miliknya dan menatap Jimin dengan mata berbinar.

Jimin mengangguk sambil menggigit roti selainya. 'Kau?' Jimin menunjuk Jeongyeon.

"Hanya tangan kanan." Jeongyeon mengangkat tangan kanannya. "Kau- kidal?"

'Aku bisa menulis dengan tangan kanan maupun kiri. Aku istimewa.' Jimin meletakkan spidolnya dan membuat tanda centang dengan jari telunjuk dan jempolnya, lalu meletakkannya di bawah dagu.

Jeongyeon memutar bola matanya, membuat Jimin tertawa.

"Jim." Jeongyeon menepuk paha Jimin. 'Kau tidak punya teman lain selain diriku ya?' Lalu memberikan papan kecil kepada Jimin.

'Punya banyak.' Tulis Jimin di papan miliknya.

'Lalu mereka mana? Aku tidak pernah melihat kalian bersama.'

'Bagaimana aku bermain dengan mereka jika setiap hari kau mengajakku bermain terus Jeong-ah :'( ' Tulis Jimin dengan emot sedih yang dibuat- buat.

Jeongyeon mem-pout kan bibirnya. 'Maaf' Jimin bisa membaca gerak bibir gadis itu.

Jimin tertawa dan mengelus puncak kepala Jeongyeon. 'Mau bertemu mereka besok?' Tawar Jimin dan langsung saja Jeongyeon mengangguk mantap.

'Siapa saja teman- temanmu?'

'Taehyung, Hoseok, Seungkwan, Taemin. Itu yang seumuran denganku. Lalu ada Jungkook dan Mingyu yang masih SMP.' Jeongyeon membaca nama- nama yang dituliskan Jimin sambil melafalkannya.

'Ngomong- ngomong tentang umur. Apakah kita seumuran? Aku merasa kau lebih tua Jim.'

Jimin berfikir sejenak. 'Jangan bilang kau seumuran Jungkook. Aku 16. Kau?'

'Untunglah, aku juga 16.' Jeongyeon mengelus dadanya. 'Lalu, kau tidak bersekolah?'

'Untuk apa aku bersekolah?'

Jeongyeon rasa, pertanyaan yang ia lemparkan pada Jimin sedikit sensitif.

'Lupakan Jim.' Jeongyeon merasa bersalah karena pertanyaannya barusan. Bisa Jimin lihat dari raut wajah Jeongyeon.

Jimin menyenggol pundak Jeongyeon dengan pundaknya. Lalu memainkan satu alisnya naik turun sambil tertawa. 'Kau tidak sekolah?' Kini giliran Jimin yang bertanya. Jimin seperti tidak keberatan dengan topik mereka saat ini.

'Aku sedang mencari sekolah. Mungkin minggu depan aku mulai bersekolah.' Bisa Jimin lihat gadis itu sedikit tidak senang.

'Kenapa kau cemberut?' Jimin menunjuk mulut Jeongyeon yang cemberut.

'Kita tidak bisa bermain lagi...' Jeongyeon menuliskannya di papan sambil cemberut, dan itu malah membuat Jimin tertawa gemas.

'Sebegitu serunya kah aku?' Jimin tersenyum.

A Quiet Love [PJM] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang