"Jimin! Hey Jimin... Park Jimin! Tunggu aku!" Jeongyeon berteriak sambil berlari, mengejar Jimin dengan domba- domba di belakang Jimin. Gadis itu berhasil meraih lengan Jimin. Jimin terkejut. "Aku ikut ya...""Jeongyoen, jangan ikut Jimin. Nanti kau merepotkannya." Tuan Yoo berjalan pelan menghampiri mereka.
"Ayah~ aku tidak ingin sendirian." Rengek Jeongyeon.
"Janji tidak merepotkan Jimin?"
"Iya Ayah. Janji."
Tuan Yoo tersenyum pada Jimin, Jimin pun membalas senyuman Tuan Yoo. Lalu Jimin dan Jeongyeon berjalan beriringan dengan domba di samping kanan kirinya.
"Oh iya, ini." Jeongyeon mengeluarkan notes kecil dengan tali yang membentuk kalung dari saku bajunya. "Kupikir terus- terusan membawa papan akan sedikit repot. Aku pegang satu, kau pegang satu." Jeongyeon mengalungkannya pada leher Jimin.
'Te-ri-ma-ka-sih' Sepertinya Jimin langsung tau maksud dari pemberian notes kecil itu.
"Iya, sama- sama."
●●●
"Jim, masih-jauh-ya?"
'Tidak' Jimin menggeleng. Kemudian Jimin menunjuk pohon besar di ujung jalan dekat sungai biasa ia duduk- duduk sambil mengawasi domba- dombanya.
Jimin dan Jeongyeon duduk bersandar di bawah pohon. Sedangkan ke enam domba Jimin berlarian di lapangan rumput bersiap menyantap rumput- rumput segar.
"Wah sungai. Jim" Jeongyeon menepuk pundak Jimin dan menunjuk sungai kecil yang ber arus sedikit deras dan batu- batu tak jauh dari mereka. "Aku ke sana ya..." Jeongyeon berdiri bersiap berlari ke arah sungai tersebut. Tapi Jimin langsung memegang tangan Jeongyeon. Tapi, sepertinya Jeongyeon yang bandel mulai kembali. Jeongyeon terus berusaha melepaskan pegangan tangan Jimin.
Saat pegangan Jimin terlepas, Jimin langsung melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Jeongyeon. Jimin memeluk Jeongyeon dari belakang, berusaha menahan Gadis itu agar tidak ke sungai. Hal tersebut langsung membuat Jeongyeon dalam pelukannya membeku.
"J-jim.."
Jimin memutar balik tubuh Jeongyeon. 'Arusnya-deras.' Hanya itu yang keluar dari bibir Jimin. Jeongyeon menatap Jimin membeku, mengerjapkan kedua matanya dan jantungnya tidak bekerja dengan baik. Akhirnya, Jimin menggandeng Jeongyeon dengan erat kembali ke bawah pohon.
Jeongyeon memegangi dada kirinya.
Apa hanya aku yang merasakan ini? Apa Jimin tidak merasakannya? Batin Jeongyeon.
Jimin memberikan secarik kertas yang telah ia tulis di notes kepada Jeongyeon.
'Jangan kemana- mana. Aku harus mengecek domba- dombaku agar tidak terlalu jauh. Diam di sini. Jangan ke sungai! Atau aku akan marah.' Jeongyeon langsung mengangguk mantap, tidak ingin kejadian tadi terulang.
Kaus abu- abu Jimin terlihat kecil jauh di sana. Jeongyeon tersenyum bodoh mengingat kejadian beberapa menit lalu. Tapi, saat itu juga ia merasakan ada yang tidak beres di bawah telapak tangannya yang sedang di tanah.
"Astaga cacing!" Gadis itu melompat- lompat kegelian. Cacing itu sempat menggeliat di tangannya beberapa saat. "Aduh, jijik." Sejenak ia menatap Jimin di sana, berharap Lelaki itu tidak melihat dirinya. Ia memutuskan untuk pergi ke ujung sungai, membasuh tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [PJM] ✔
Fiksi PenggemarYang Jimin tau, ia sangat tertarik dengan gadis bernama Yoo Jeongyeon, tetangga barunya. Gadis itu aneh, unik. Tapi Jimin suka. Terkadang muncul ide aneh di kepala gadis itu untuk bisa ikut Jimin menggembala domba- domba nenek di padang rumput diam...