Tolong Vote komennya ya...
Thank you💜😊●
●
●
●
●"Memangnya hal penting apa Taehyung?" Jeongyeon berjalan cepat menyusul langkah besar Taehyung.
"Mana aku tahu. Di rumahmu sepertinya ada tamu juga. Mungkin dia Bibimu." Ucap Taehyung sok tau.
"Bibi? Ah, Bibiku. Aku lama tidak bertemu dengannya." Jeongyeon melompat kegirangan. Taehyung tertawa gemas melihatnya.
"Yasudah sana lari. Peluk Bibimu."
Jeongyeon berlari menuju rumah membuat Taehyung tertawa. Jeongyeon itu seperti anak kecil dimata Taehyung.
●●●
"Ayah, ada Bi-, Eh... Nona siapa?" Jeongyeon terkejut karena menemukan seorang Wanita asing yang sedang duduk manis di sofa rumahnya. "Teman kerja Ayah ya?" Wanita di hadapannya itu tersenyum ramah, mengangguk.
"Kemari.." Wanita itu menepuk sofa kosong di sampingnya.
"Eh? I- iya..." Gadis itu ragu- ragu ikut duduk, meski berjarak sedikit jauh.
Aduh... Ayah kenapa tidak diberi minum tamunya... Batin Jeongyeon.
"Nona mau kubuatkan minum?" Tawarnya hangat.
"Mmm... boleh."
Jeongyeon bergegas pergi ke dapur dan membuat 3 gelas es lemon segar.
"Jeong?" Terdengar suara Tuan Yoo memasuki dapur.
"Eh, Ayah. Kenapa tadi teman Ayah tidak dibuatkan minum dulu?" Ucapnya sambil terus memeras lemon dan menuang gula. Tuan Yoo hanya diam sambil mengacak rambut putrinya.
"Jeong... Ayah tau kau sudah besar. Ayau tau kau pasti akan menerima keputusan Ayah." Ucapan Tuan Yoo membuat Gadis itu menghentikan aktivitasnya.
"Maksud Ayah?" Ia mengerutkan dahi.
"Nanti bersikaplah yang baik di depan sana ya... Ayah akan melanjutkan di ruang tamu bersama tamu Ayah." Tuan Yoo mengecup dahi Jeongyeon dan meninggalkan Jeongyeon di dapur. Jeongyeon menatap Ayahnya bingung, lalu ia hanya menggedikkan bahu. Lalu Jeongyeon meletakkan ketiga gelas berisi es lemon di atas nampan dan membawanya ke ruang tamu.
"Jadi, Ayah mau bicara apa?" Tanya Jeongyeon sambil duduk menyila di sofa.
"Ayah akan menikah." Ucap Tuan Yoo sambil menggenggam tangan Wanita di sampingnya.
"Ma- maksud Ayah?" Jeongyeon memicingkan kedua matanya menatap menyelidik. "A- aku akan memiliki Ibu tiri?"
"Iya sayang..." Ucap Tuan Yoo lalu mengusap pundak Jeongyeon. "Sekarang beri salam padanya."
Jeongyeon masih belum bisa mencerna semua yang dikatakan Ayahnya. Ini terlalu cepat untuknya. Mendengar Ayahnya dekat dengan seorang Wanita setelah Ibu meninggal saja tidak pernah. Jeongyeon juga tidak menginginkannya. Anak mana yang menginginkan seorang Ibu tiri? Bisa dibayangkan berbagai macam film menceritakan kekejaman Ibu tiri terhadap Anak tirinya. Tidak, Jeongyeon tidak menginginkan hal itu.
"Jeong?" Tuan Yoo menyadarkan Jeongyeon yang baru saja melamun.
"I- iya?"
"Beri salam pada Nona Kira."
"Halo sayang, ini Jeongyeon ya?" Ucap Wanita bernama Kira itu sambil menggenggam tangan Jeongyeon hangat.
"Kau bisa panggil dia Ibu atau-,"
"Ibu?" Jeongyeon memutus ucapan Tuan Yoo. "Ayah pikir siapa yang bisa menggantikan Ibuku? Tidak ada. Tidak. Aku tidak mau seorang pun menggantikan posisi Ibu di keluargaku dan juga dihatiku." Jeongyeon berdiri dari duduknya.
"Jeong, sebentar. Jangan bersikap seperti ini. Ayah belum selesai menjelaskan." Tuan Yoo ikut berdiri di susul dengan Wanita bernama Kira itu.
"Aku tidak mau dengar penjelasan Ayah. Karena aku juga tidak ingin Nona Kira menggantikan posisi Ibu." Ucap Jeongyeon berkaca- kaca mencoba tidak menangis di sana. "Aku mau bersih diri, permisi." Jeongyeon melengos pergi menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar, menutup pintu sedikit keras.
"Jeongyeon!" Bentak Tuan Yoo yang tidak didengarkan oleh Jeongyeon.
"Tidak apa. Aku mengerti perasaannya. Kau terlalu terburu buru menyampaikan ini pada Jeongyeon. Aku akan berusaha membuat Jeongyeon menerimaku meski aku tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Yejin." Kira mengusap pundak Pria di sampingnya itu. "Ini memang sulit bagi Jeongyeon. Ia tidak ingin perempuan manapun menggantikan posisi Ibu yang sangat ia sayangi."
Tuan Yoo menghela nafas.
●●●
Pukul sepuluh malam, rasanya kedua mata Jeongyeon tidak lelah menangis sedari sore. Di dalam telinganya terus terngiang- ngiang ucapan Ayahnya yang akan memberikan Ibu baru untuknya. Matanya bengkak dan merah, pipinya basah dan rambutnya acak- acakan. Gadis itu memeluk sebuah bingkai foto kecil yang terdapat wajah Ibunya di sana.
Berkali- kali pintu diketuk, tapi Jeongyeon sama sekali tidak berniat untuk membukanya. Lampu juga ia biarkan mati. Lupakan soal dirinya yang takut gelap. Masih ada cahaya lampu daru ventilasi jendelanya.
Ah, iya benar. Jendela.
Jeongyeon perlahan membuka jendela kamarnya. Ia tidak mendapati Jimin di sebrang sana. Lampu kamar Jimin juga sudah mati menandakan ia sudah tidur. Gadis itu menopang dagu sambil menatap suasana di luar jendela kamarnya. Sunyi sekali malam itu, yang ia dengar hanya suara binatang malam dan sesenggukan tangisnya.
"Jimin..." Ucap Jeongyeon yang masih menangis. Gadis itu berkali- kali memanggil nama Jimin tanpa mendapat balasan dari sebrang sana. Merasa matanya semakin panas dan berat, Jeongyeon memilih untuk tidur setelah sebelumnya menutup jendela dengan rapat.
Ia memeluk gulingnya dengan erat dan membiarkan seluruh selimut menutupi tubuhnya. Namun kenyatannya malam itu Jeongyeon tidak bisa tidur. Memang benar ia mengantuk tapi kedua matanya menolak untuk tidur. Jadi, dari semalam sampai pagi ia hanya diam di dalam selimut.
Saat pagi datang, ia memutuskan untuk mencuci muka dan memandang melas dirinya di cermin.
"Astaga, aku jelek sekali." Jeongyeon mengelus pipinya, menyentuh mata bengkak dan hidung merahnya. Ia juga menyisir rambutnya yang acak- acakan.
"Aku butuh Jimin..."
Malam teman- teman😊😊😊😊
Maaf kemarin dua hari gak upadate. Masih galau dan kepikiran Bangtan kemarin. Sampe sekarang juga masih kepikiran :'
Jangan tinggalin Bangtan ya... :(Maaf kalo chapter kali ini pendek dan membosankan, gaada part JimJeongnya juga.
Don't forget vote and comment💜
Thany you...
-Alfa

KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [PJM] ✔
FanfictionYang Jimin tau, ia sangat tertarik dengan gadis bernama Yoo Jeongyeon, tetangga barunya. Gadis itu aneh, unik. Tapi Jimin suka. Terkadang muncul ide aneh di kepala gadis itu untuk bisa ikut Jimin menggembala domba- domba nenek di padang rumput diam...