our time

935 187 18
                                    


Jimin keluar dari pekarangan rumahnya dengan kaus merah dan celana se lutut. Ia mengedarkan pandangan mencari keberadaan gadis yang semalam sempat membuatnya tersenyum sebelum tidur.

"Jimin!!" Jeongyeon melambaik- lambaikan tangan sambil meneriaki nama Jimin. Jimin yang sedang memunggungi Jeongyeon pastinya tidak tau gadis yang dicari ada di belakangnya.

Jeongyeon berlari dan menepuk pundak Jimin pelan. "Hai.." Gadis itu tersenyum canggung hingga memperlihatkan deretan giginya. Jimin menggaruk kepalanya sambil membalas senyuman Jeongyeon. Selama beberapa menit mereka hanya berhadapan dan saling tertawa canggung satu sama lain. Jeongyeon menggesek- gesekkan sepatunya ke tanah, dan Jimin lagi- lagi menggaruk kepalanya sambil menghindari kontak mata dengan gadis itu.

Jeongyeon menarik- narik pelan kaus merah Jimin dan menunjuk sepeda yang sedang terparkir di depan pagar rumah Jeongyeon. Tak lupa dengan senyum canggung yang membuat Jimin lagi lagi dan lagi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu berjalan pelan dan menaiki sadel sepeda.

"Pelan- pelan ya Jim..." Gadis itu berkata pelan di depan Jimin. Dibalas acungan jempol oleh Jimin.

Jimin mengkayuh sepedanya pelan, membuat rambut coklatnya melambai- lambai. Lelaki itu tertawa tanpa suara, menikmati udara dingin pagi itu. Begitupun juga Jeongyeon. Ia memegang bagian pinggang baju Jimin sambil bersenandung riang.

Jimin jadi bingung harus membawa gadis tersebut kemana. Jadi, selagi berputar- putar, Jimin memfikirkan tempat yang indah agar Jeongyeon terkesan dengan desa ini dan akan membuatnya betah di sini. Ah, beberapa waktu lalu Hoseok dan Jimin pergi ke sebuah danau yang indah. Dengan angsa berpasangan, dan bunga teratai yang mengambang indah. Jimin jadi berfikir untuk membawa Jeongyeon ke danau itu.

"Kita kemana Jim??" Jeongyeon menggoyang- goyangkan baju Jimin. Jimin pun menghentikan sepedanya dan sedikit berbalik.

'Danau'

"Kemana? Danau?" Tanya Jeongyeon sekali lagi karena takut salah membaca gerak bibir Jimin. Ah, harusnya ia membawa papan kecilnya.

●●●

"Mana danaunya Jim?" Gadis itu bertanya pada Jimin sehingga membuat dahi lelaki itu berkerut. "Danaunya tidak ada?" Tanya Jeongyeon sekali lagi dengan tempo yang lebih pelan.

Jimin menunjuk hutan lebat di hadapannya.

"Kau yakin? Bagaimana jika itu berbahaya?" Jimin memang tidak dapat mendengar suara Jeongyeon. Tapi, ia bisa merasakan hembusan nafas rasa takut milik Jeongyeon yang menerpa kulit lengannya.

Jimin menggeleng pelan dan melangkahkan kakinya. Ia bisa merasakan tangan gadis itu mulai melingkar pada lengannya. Jimin tertawa kecil karena melihat ketakutan Jeongyeon. Entah, rasanya Jimin ingin benar- benar memastikan kepada gadis itu bahwa tidak akan ada bahaya yang mengancamnya. Tapi ia bingung bagaimana cara menyampaikannya. Ah, rasa iri itu kembali hadir.

Jimin ingin bisa seperti yang lain. Bisa tertawa terbahak- bahak, berteriak sangat kencang, bernyanyi, ah sudahlah. Ia merasakan matanya memanas. Segera ia kedip- kedipkan matanya mencegah agar air matanya tidak jatuh.

Tiba- tiba Jimin merasakan Jeongyeon menahan tangannya. "Tidak Jim, ini terlalu masuk ke dalam hutan." Geleng Jungyeon yang langsung dipahami oleh Jimin bahwa gadis itu ketakutan. Jimin tersenyum untuk membuat gadis dihadapannya itu tenang. Lalu ia kembali berjalan, tapi dengan menggenggam tangan gadis itu erat.

Setelah melewati pepohonan rimbun, akhirnya mereka sampai pada danau yang dimaksud oleh Jimin. Jeongyeon langsung terpana saat melihat danaunya. Sudah Jimin duga bahwa gadis kota disampingnya itu akan menyukai pemandangan danaunya. Angsa- angsa yang berpasangan berlalu lalang di depan mereka.

A Quiet Love [PJM] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang