Jimin memandangi Jeongyeon yang sedang asyik mengayuh sepedanya dengan Taehyung, Hoseok, dan Seungkwan. Iya, sore itu Jimin pulang kembali ke desanya."Hey itu Jimin!" Suara melengking Hoseok membuat Jeongyeon terkejut. Gadis itu langsung mengayuh sepedahnya lebih kencang, melompat dari sepedanya hingga sepedanya menabrak pot bunga. Gadis itu memeluk Jimin dengan erat.
"Aku merindukanmu.." Ucap Jeongyeon.
'Aku juga.'
"Apa kau bisa dengan suaraku Jim?" Jeongyeon tidak sabaran mendengar jawaban Jimin.
'Iya, suaramu lucu, aku jadi gemas.' Jimin mencubit pipi Jeongyeon dan mengacak-acak rambutnya.
"Hey, kau tidak ingin mendengar suaraku?" Taehyung menyenggol pundak Jimin.
'Suaramu berat ya.' Jimin tertawa, diikuti dengan yang lainnya. 'Wajahmu imut, tapi suaramu berat. Aku jadi kaget.'
"Kalau aku bagaimana?" Seungkwan menunjuk dirinya.
Jimin meletakkan telunjuk di dagu. 'Pantas saja Jeongyeon suka memukulmu saat kau berbicara. Suaramu melengking.' Kemudian Jimin tertawa lagi. 'Kalau Hoseok, suara dan wajahmu singkron kok.'
Hoseok tertawa kemudian menepuk pundak Jimin.
"Ih, kenapa kalian jadi lebih dulu bicara pada Jimin sih. Aku dulu dong." Jeongyeon menarik tangan Jimin.
"Dasar, Jimin kan teman kami." Seungkwan hampir saja menjitak kepala Jeongyeon.
"Yasudah terserah. Pokoknya setelah ini Jimin harus mendengarkan suaraku. Lama sekali." Jimin mencubit ujung hidung Jeongyeon.
"Aku berani bertaruh, kuping Jimin akan pengang. Alat bantu dengarnya akan gosong karena mendengar suaramu itu." Seungkwan melebih-lebihkan.
"Padahal suaraku itu biasa saja. Memangnya suaramu. Jelek, melengking, seperti nyamuk. Aku saja malas mendengar suaramu setiap hari." Mereka jadi bertengkar. Biasa..
"Ih, siapa juga yang mau mendengar suaramu setiap hari. Rasanya aku ingin menyumpal mulutmu dengan kaus kaki Tae." Seungkwan mengepalkan tangannya, mempraktekan memasukkannya ke dalam mulut.
"Loh, kenapa aku dibawa-bawa sih?" Taehyung cemberut.
"Sudah sudah... kalian ini selalu ya. Makin hari makin menjadi-jadi saja. Kasihan Jimin tuh, kupingnya pengang. Baru juga mendengar suara kalian, sudah pengang saja." Canda Hoseok membuat Jimin tertawa tanpa suara, menunjukkan gigi besar-besarnya. "Yasudah, aku balik ke rumah dulu ya. Jeong, selamat berbincang-bincang dengan Jimin. Jim, selamat mendengarkan suara Jeongyeon." Hoseok melambaikan tangannya. Begitu juga dengan Taehyung dan Seungkwan.
Mereka berdua jadi canggung.
'Kenapa diam?' Jimin tersenyum melihat Jeongyeon.
"Tidak papa." Jeongyeon menggeleng pelan. "Aku merindukanmu." Kata Jeongyeon malu-malu.
'Aku juga merindukanmu.' Jimin mengacak rambut Jeongyeon, membuat Gadis itu tersenyum malu hingga pipinya merah.
"Apa kamu sangat merindukanku?" Jeongyeon tersenyum menunjukkan deretan giginya.
'Iya, sangat. Kenapa tidak percaya?'
Ketahuilah, Jeongyeon sedang kehilangan topik. Dia jadi canggung hari ini bertemu dengan Jimin.
'Besok mau ikut aku mengembala domba?' Sudah lama rasanya, tidak menggembala domba berdua. Salahkan Jeongyeon yang selalu bandel saat diajak menggembala domba.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [PJM] ✔
FanfictionYang Jimin tau, ia sangat tertarik dengan gadis bernama Yoo Jeongyeon, tetangga barunya. Gadis itu aneh, unik. Tapi Jimin suka. Terkadang muncul ide aneh di kepala gadis itu untuk bisa ikut Jimin menggembala domba- domba nenek di padang rumput diam...