Baca sampai bawah ya... ada yang ingin kutanyakan 😁
●●●
"Aku minta maaf." Jeongyeon menundukkan kepalanya. Jimin menghela nafas pelan.
'Tidak apa.' Sambil menarik Jeongyeon ke dalam pelukannya. Bisa Jimin rasakan Gadis itu menangis, bahunya naik turun.
"Aku minta maaf." Gadis itu masih terus terisak beberapa saat sebelum Jimin melepas pelukannya. "Kemarin aku bilang kau bukan siapa-siapa, tapi kamu siapa-siapaku kok." Jeongyeon ngedumel sambil menatap Jimin. "Kau punyaku." Gadis itu tersenyum malu-malu dan dibalas senyum malu menggemaskan milik Jimin. Keduanya sama-sama bersemu.
'Maaf ya.' Jimin balik meminta maaf, membuat Jeongyeon mengernyitkan dahi, bingung.
"Kenapa?"
'Gara-gara aku, kamu jadi demam.' Jimin memegang jidat hangat milik Jeongyeon.
"Tidak apa kok. Yang penting sekarang kamu tidak marah lagi." Jeongyeon tertawa memamerkan deratan giginya. "Kalo aku tidak sakit kamu tidak mau memaafkanku hehe."
'Bukan begitu.' Jimin menggaruk tengkuknya. 'Jangan menyiksa dirimu sendiri hanya untukku.' Jimin mengelus rambut lembut Jeongyeon. Lalu menulis sesuatu di notes kecil yang tergantung di lehernya.
'Karena ini hidupmu. Jangan terlalu mengkhawatirkan orang lain, apalagi hingga mengorbankan dirimu.'
"Baiklah." Jeongyeon mengangguk singkat.
'Sekarang kau harus pergi istirahat. Agar besok bisa sekolah. Baru dua hari masuk sudah sakit.' Jimin mengacak rambut Jeongyeon gemas.
"Tapi aku masih ingin denganmu." Jeongyeon menarik-narik lengan Jimin, membuat Jimin tersenyum kecil.
'Aku akan mengajakmu ke sungai dengan Taehyung, Hoseok, dan Seungkwan akhir pekan nanti. Tapi bukan sungai yang kemarin.'
"Benarkah?" Bisa Jimin tebak Gadis itu akan kegirangan. "Ajak Kuku juga ya."
'Kuku?' Jimin memicingkan matanya, berharap tidak salah lihat gerak bibir Jeongyeon. Lalu keluarlah seekor anak anjing yang tidak asing bagi Jimin. Anak anjing itu menggonggong kecil sambil mengitari kaki Jeongyeon. Jimin ber 'a' teringat anak anjing itu kemarin.
"Ini Kuku."
'Baiklah.' Jimin mengacungkan jempolnya. Lalu menuliskan sesuatu di notes kecilnya. 'Tapi dengan syarat kau benar- benar sembuh besok. Jadi hari ini kau harus istirahat. Nona Kira akan menjagamu.'
Ah, iya. Nona Kira. Dia baik. Batin Jeongyeon sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mengingat semua perlakuan buruknya oada Nona Kira.
'Nona Kira itu baik Jeong. Jangan membencinya. Aku tau kau tidak ingin ada orang yang menggantikan posisi ibumu. Tapi aku pikir Nona Kira bisa menjagamu.' Jimin menyentuh kedua pundak Jeongyeon.
"Aku merasa bersalah." Jeongyeon cemberut. "Aku jahat ya?"
'Ku pikir itu akan terjadi kepada siapapun. Itu wajar Jeong. Kamu tidak jahat kok. Aku harap kamu bisa menerima kenyataan bahwa Ayahmu akan menikah lagi. Aku bukannya tidak mendukung penolakanmu, tapi kau tidak boleh egois. Kau punya aku untuk bersandar. Ayahmu? Mungkin Nona Kira akan menjadi sandaran yang nyaman bagi Ayahmu. Maaf jadi sedikit menyinggung soal ini.' Jimin menyodorkan kertas dengan tulisan yang sedikit panjang, membuat Jeongyeon menunggu.
Jeongyeon memajukan bibirnya, lalu menghembuskan nafasnya pelan. "Aku harus menerimanya ya?"
'Ku pikir satu-satunya jawaban adalah iya.'
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [PJM] ✔
FanficYang Jimin tau, ia sangat tertarik dengan gadis bernama Yoo Jeongyeon, tetangga barunya. Gadis itu aneh, unik. Tapi Jimin suka. Terkadang muncul ide aneh di kepala gadis itu untuk bisa ikut Jimin menggembala domba- domba nenek di padang rumput diam...