Tolong Vote komennya ya...
Thank you💜😊●
●
●
●Jimin sama sekali tidak berniat mengabaikan Jeongyeon saat itu. Ia tidak benar- benar melakukan apa yang ia katakan pada Jeongyeon soal tidak ada lagi pertemuan di jendela. Sekarang gadis itu tertidur dengan kompres di dahinya. Jimin merasa bersalah.
Sebuah tangan besar menepuk pundaknya pelan. "Maaf, Jeongyeon- merepotkan-mu kemarin."
'Tidak Tuan.' Jimin menggeleng dengan tegas.
Pagi itu Jimin awali dengan menjenguk Jeongyeon sekaligus menjaganya karena lagi- lagi Tuan Yoo ke luar kota. Ia duduk manis di sofa yang ada di kamar Jeongyeon. Menikmati camilan yang diberikan Tuan Yoo sebelum beliau pergi. Memandangi Gadis di hadapannya tertidur pulas yang sesekali bergerak dalam tidurnya. Jimin membuka jendela kamar Jeongyeon yang sebelummya masih tertutup. Ia membiarkan udara segar masuk menyapa penciumam mereka.
"Eh- Jimin?" Gadis itu tersentak saat menyadari Jimin membenarkan selimut Jeongyeon yang sedikit tersingkap di bagian kaki. Jimin hanya menunjukkan senyum manisnya sambil mendekat.
Kepala Jeongyeon terasa pusing karena ia terbangun dalam keadaan terkejut. "Kau-kenapa-di-sini?"
'Me-ne-ma-ni-mu.'
"Menemaniku? Kenapa?"
Jimin mengernyitkan dahi. Kenapa?
"Tidak. Maksudku. Kau-kemarin- marah-denganku-kan?"
'Marah?' Jimin duduk di samping kasur Jeongyeon membuat kerja jantung Gadis itu kembali tidak normal.
Jeongyeon membuka notes yang tergantung di leher Jimin.
'Kupikir kau marah' Tulisnya.
'Sebenarnya aku marah. Tapi kau sakit jadi tidak jadi marah.' Jimin tertawa menunjukkan deretan giginya. 'Mangkanya jangan bandel.' Tulisnya lagi.
'Kemarin itu aku hanya cuci tangan. Jadi jangan marah lagi.' Jeongyeon mengerucutkan bibirnya.
'Harus cuci tangan di situ?' Jimin menyerahkan kertas sambil mengerutkan dahi.
'Lalu dimana lagi?'
"Eh tunggu. Ayahku-dimana?"'Pergi. Mungkin kerja.' Jeongyeon meremat kertas yang baru saja Jimin berikan.
"Ah, Ayah selalu sibuk. Ayah tidak pernah ada waktu bersamaku. Ayah selalu bekerja terus dan meninggalkanku di sini." Gadis itu menendang- nendang selimutnya hingga kasurnya berantakan. Jimin tertawa melihat kelakuannya. Jimin tau Gadis itu sedang protes karena kesibukan Ayahnya.
'Ayahmu itu bekerja untukmu. Untuk makan, mainanmu, dan sekolahmu. Eh, kau besok mulai sekolah ya?'
'Lusa Jim. Kenapa aku malas sekali sekolah.'
'Hey tidak boleh seperti itu.' Jimin menyentil dahi Gadis di hadapannya membuatnya mengaduh. 'Kau harus sekolah biar pintar. Biar tidak bandel lagi. Memangnya sudah beli persiapan sekolah?'
'Sudah. Ayah yang belikan.'
Tiba- tiba Jeongyeon menyingkap seluruh selimutnya dan mendekat pada Jimin. "Jim mau melihat seragamku?"
Di sini lah Jeongyeon dan Jimin sekarang. Di ruang tamu setelah menunggu Jeongyeon beberapa menit berganti baju untuk menunjukkan seragamnya.
"Ayahku baik sekali memilihkan sekolah dengan seragam ini. Roknya hitam dan bajunya warna pink."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [PJM] ✔
FanfictionYang Jimin tau, ia sangat tertarik dengan gadis bernama Yoo Jeongyeon, tetangga barunya. Gadis itu aneh, unik. Tapi Jimin suka. Terkadang muncul ide aneh di kepala gadis itu untuk bisa ikut Jimin menggembala domba- domba nenek di padang rumput diam...