"Loh, Jimin?" Jeongyeon terkejut saat mendapati Jimin berdiri di depan pagarnya.'Pagi.' Ia melambaikan tangan dan tersenyum menunjukkan deretan giginya, manis.
"Iya, pagi. Kamu sedang apa di sini?" Jawab Jeongyeon dengan senyum yang tak kalah manisnya. Lebih tepatnya menggemaskan, bagi Jimin.
'Mau mengantarmu ke sekolah.' Ucapnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana tiga perempatnya.
"Mengantarku?"
Jimin mengangguk. Kemudiam mengambil alih sepeda ontel Jeongyeon.
"Kenapa bajumu rapi sekali Jim?"
'Oh, aku mau pergi.'
"Kemana? Kenapa tidak bilang padaku?" Jeongyeon cemberut.
'Aku baru saja mau bilang.' Jimin tersenyum, menuliskan sesuatu di notesnya. 'Jadi, nanti siang aku harus pergi ke kota bersama ibuku. Aku mau memasang alat bantu dengar.'
"Serius Jim?!" Jeongyeon membulatkan matanya dan tersenyum sambil melompat-lompat senang. Kemudian memeluk Jimin, saking senangnya. "Maaf, aku terlalu senang."
'Cantik.'
"Jangan begitu Jim. Aku malu."
'Tapi lihat kamu senang gini, aku juga senang.' Jimin semakin membuat Jeongyeon tersipu malu. 'Yasudah, ayo naik.'
Jeongyeon memegang bagian pinggang baju Jimin. Seperti biasa, perjalanan mereka selalu diam. Apa yang bisa dibicarakan?
'Sampai.' Jimin menghentikan sepeda ontel milik Jeongyeon. 'Nanti pulangnya digonceng Taehyung ya... Hoseok ada rapat ketua kelas katanya.'
"Oke Jim. Jadi, sampai berapa lama di kota?"
'Mungkin 2 hari atau 4 hari.'
"Lama sekali." Jeongyeon cemberut.
'Kau takut merindukanku ya?' Senyum menggodanya
Oh, dari mana Jimin belajar kata-kata ini. Batin Jeongyeon.
"Tidak." Jeongyeon pura-pura memalingkan wajah.
'Masuk sana.' Jimin memberi isyarat dengan tangannya.
"Iya-iya." Jeongyeon membalikkan badannya.
Tiba-tiba Jimin memegang pergelangan tangan Jeongyeon, membuat Gadis itu mengernyitkan dahi. "Apa?"
Jimin menarik Jeongyeon agar lebih dekat, menyingkirkan rambut yang menutupi pipi Jeongyeon. Kemudian, Jimin mengecup ujung bibir Jeongyeon, seperti tempo hari. Membuat Jeongyeon membeku dan salah tingkah.
Jeongyeon menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pipi Gadis itu merah merona, wajahnya juga merah. Jimin menyobek kertas dari note yang sepertinya sudah ia persiapkan sedari rumah.
'Ini.'
"Apa ini?" Jeongyeon menerima kertas itu.
'Bacanya nanti saja.'
"Ok." Jeongyeon membuat tanda lingkaran dengan jempol dan telunjuknya, membuat tanda oke. Kemudian Jimin mengusap rambut halus Jeongyeon dan melambaikan tangan, tersenyum lembut sebelum mengkayuh sepedanya pergi.
Jeongyeon tersenyum sendiri sambil membuka kertas dari Jimin.
'Selama aku pergi, jangan lirik laki-laki lain selain Taehyung, Hoseok- dan Seungkwan. Aku akan segera kembali untuk mendengar suaramu. Sampai jumpa, aku menyayangimu.'

KAMU SEDANG MEMBACA
A Quiet Love [PJM] ✔
FanficYang Jimin tau, ia sangat tertarik dengan gadis bernama Yoo Jeongyeon, tetangga barunya. Gadis itu aneh, unik. Tapi Jimin suka. Terkadang muncul ide aneh di kepala gadis itu untuk bisa ikut Jimin menggembala domba- domba nenek di padang rumput diam...